Ficool

Penunggu Sumur di Hutan Terlarang

DUNIABETomaxwin
28
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 28 chs / week.
--
NOT RATINGS
0
Views
Synopsis
Di tengah hutan yang dilupakan peta, ada sebuah sumur tua yang tak pernah kering—bahkan saat kemarau panjang. Konon, siapa pun yang mendekat saat malam bulan mati… tidak akan pernah kembali. Ketika Nadya, seorang mahasiswi peneliti urban legend, nekat menelusuri kisah itu, ia tak menyangka akan menemukan makhluk yang menunggu jiwa-jiwa tersesat. Sumur itu tidak hanya menelan tubuh—tapi juga mengungkap masa lalu kelam yang telah dikubur dalam diam.
VIEW MORE

Chapter 1 - Penunggu Sumur di Hutan Terlarang

Bab 1: Jangan Pernah Berbisik di Dekat Sumur Itu

"Kalau kamu dengar suara dari dalam sumur... jangan jawab. Kalau kamu bisikkan sesuatu... dia akan dengar. Dan kalau kamu lihat sesuatu di dalam air... jangan dekati."

Itulah peringatan terakhir yang Nadya dengar dari kakek tua penjaga gerbang desa sebelum memasuki Hutan Larangan Karangjati. Tapi Nadya—mahasiswa semester akhir yang tengah menyusun skripsi tentang mitos daerah—menganggap semua itu hanyalah bumbu cerita untuk menakut-nakuti.

Ia tidak percaya hantu. Ia percaya data dan jejak sejarah.

Namun, sesuatu dalam ekspresi kakek itu... membuat hatinya sedikit merinding.

Masuk ke Hutan yang Tidak Diinginkan

Hutan Karangjati dikenal sebagai wilayah terlarang. Tidak ada jalur resmi ke dalamnya. Bahkan Google Maps pun tak menunjukkan jalan. Namun Nadya bersikeras. Ia menemukan peta tua peninggalan Belanda dari arsip kampus, dan dari situ—ia tahu letak sumur tua yang sering disebut dalam legenda masyarakat sekitar.

Sumur yang katanya menjadi tempat persembunyian penunggu.

Jam menunjukkan pukul 17.23 saat Nadya melewati batas batu nisan kecil bertuliskan aksara Jawa kuno. Awan mulai menutupi matahari. Angin berhenti. Hutan menjadi sunyi.

Dan di tengahnya... ia menemukannya.

Sumur Tua Tanpa Dasar

Sumur itu tak dijaga pagar, tak ada tanda larangan, hanya ditutupi dengan semak dan lumut yang menguning. Batu-batunya tua dan retak. Di sekitarnya, tanah terasa lebih dingin.

Nadya mendekat, menarik napas, lalu menyalakan voice recorder di ponselnya.

"Lokasi sumur sesuai dengan peta tua Belanda. Tidak ada aktivitas manusia. Tidak ada sinyal HP. Lingkungan sangat sunyi. Akan mendekat untuk dokumentasi."

Ia mengambil senter, lalu menyorot ke dalam sumur.

Gelap.

Dalam.

Tak terdengar bunyi air.

Ia bersiul, berharap ada gema.

Tidak ada.

Lalu...

"Nadya..."

Suaranya pelan. Seperti dibisikkan langsung ke telinga.

Ia menoleh. Tak ada siapa-siapa.

Lalu terdengar lagi.

"Nadya... kembalikan yang kau bawa..."

Nadya terdiam. Ia tidak membawa apa-apa selain peralatan dokumentasi.

"Kembalikan… nama yang telah dicuri."

Tangannya gemetar.

Dan saat ia menyorot senter sekali lagi ke dalam sumur...

sepasang mata putih menatap dari dasar gelap.