Bab 4: Tubuh yang Dipinjam
Pagi hari berikutnya, Nadya terbangun dengan tubuh terasa berat. Seluruh sendi seperti membatu, dan tengkuknya panas seperti terbakar. Ia berdiri di depan cermin… dan menyadari satu hal mengerikan:
Simbol di lehernya semakin jelas.
Bukan hanya guratan. Tapi seperti terukir dari dalam kulit, membentuk tulisan aksara Jawa kuno yang belum bisa ia baca sepenuhnya.
Namun di matanya… terlihat bayangan kedua.Refleksi cermin memperlihatkan seseorang berdiri di balik dirinya—meskipun saat ia menoleh, kamar itu kosong.
"Kau memanggilku... maka kau harus membawaku.""Tubuhmu... kini milikku separuh."
Pelepasan Kesadaran
Selama beberapa menit, Nadya merasakan tubuhnya bukan miliknya sendiri.
Tangannya bergerak tanpa ia sadari, membuka laptop, mengetik kalimat-kalimat dalam bahasa asing yang tak ia pahami. Matanya menangis, tapi wajahnya tersenyum.
Lalu semuanya gelap.
Saat ia sadar kembali, ia sudah berada di tepi sumur.
Kembalinya Sri Kenanga
Hutan gelap. Angin tak berhembus. Hanya ada suara gesekan ranting dan dengungan samar.
Di hadapannya, sumur tua itu tampak lebih hitam dari biasanya.
Dan dari dalam sumur, kabut merah mulai naik, membentuk wujud tubuh perempuan muda. Rambut panjang terurai, gaun compang-camping, dan wajah yang separuh hancur oleh waktu.
Sri Kenanga.
Namun kali ini, ia tak hanya muncul sebagai roh gentayangan—ia muncul dalam bentuk nyata.
"Aku pernah dikorbankan.Dibuang tanpa nama.Dikubur hidup-hidup.Sekarang... aku ingin nama itu kembali.Dan tempatku... akan kuambil dari tubuhmu."
Nadya gemetar. Tapi kalung manik yang tergantung di lehernya—warisan dari ibunya—tiba-tiba bersinar lembut.
Sinar itu menghentikan langkah Sri Kenanga.
"Darah penjaga…" bisiknya. "Kau bukan sembarangan."
Tawaran dari Arwah
Sri Kenanga tak marah. Ia hanya menatap dengan mata kosong.
"Aku tidak ingin membunuhmu, Nadya.Tapi aku ingin dunia tahu... siapa aku.Tolong, bawa namaku keluar dari sumur ini.""Dan jika kau gagal… maka aku akan mengambil alih. Untuk selamanya."
Nadya terdiam.
Ia sadar sekarang—ini bukan sekadar kutukan. Ini adalah perjanjian.
Dan ia hanya punya dua pilihan:
Membawa nama Sri Kenanga keluar dan mengungkap kebenaran sejarah desa.
Atau kehilangan tubuhnya… dan digantikan oleh roh yang telah lama dikubur.