Ficool

Chapter 7 - Penunggu Sumur di Hutan Terlarang

Bab 7: Kepala Desa yang Tidak Tua

Pagi-pagi sekali, Nadya sudah berdiri di depan rumah Pak Ranu, kepala desa Karangjati. Rumah itu besar, bergaya kolonial lama, dan terlalu megah untuk ukuran desa terpencil.

Ia datang dengan alasan akademis—katanya ingin mencocokkan data sejarah desa untuk penyusunan skripsi.

Tapi sesungguhnya, ia hanya ingin satu hal:

Kebenaran tentang Mbah Sarka.

Percakapan yang Penuh Retakan

Pak Ranu menyambutnya ramah, seperti biasa. Mengenakan batik halus, bersih, rapi. Tapi Nadya kini melihat yang tak pernah ia sadari sebelumnya: bayangan wajah Pak Ranu di cermin tidak bergerak seirama.

Sesuatu di dalam dirinya… bukan sepenuhnya manusia.

"Jadi, kamu tertarik dengan kisah lama desa ini?" tanya Pak Ranu, sambil menuangkan teh.

"Iya, Pak. Tentang sumur tua… dan warga yang menghilang puluhan tahun lalu."

Pak Ranu tertawa kecil. "Itu hanya mitos. Kamu terlalu dalam kalau percaya hal-hal begitu."

Nadya tak menjawab. Ia hanya mengeluarkan lembaran lontar yang bertuliskan nama Sri Kenanga, dan menunjukkannya perlahan.

Raut wajah Pak Ranu berubah. Tawa hilang. Matanya… kosong.

"Kamu tidak seharusnya membawa nama itu kembali.""Kami sudah mengunci semuanya. Termasuk Mbah Sarka."

Ritual yang Belum Selesai

Sebelum pergi, Nadya mencoba memancingnya.

"Kalau begitu, Bapak juga tahu… siapa yang membisikkan kepada warga agar menanam paku di lidah Sri?"

Pak Ranu berdiri. Tegak. Wajahnya kini bukan lagi wajah pemimpin ramah, tapi seperti topeng tua yang retak.

"Satu pengorbanan tidak cukup.Tapi kamu... bisa menjadi pelengkapnya."

Tiba-tiba lampu rumah berkedip. Semua jendela tertutup sendiri.

Dari balik tembok, muncul bayangan hitam besar—tinggi, dengan tangan panjang dan kuku seperti ranting patah.

Nadya berlari sekuat tenaga keluar rumah. Nafasnya memburu. Tapi ia sempat menoleh ke belakang...

Pak Ranu masih berdiri di depan pintu. Tapi kini tubuhnya... setengah bayangan.

Rumah yang Pernah Terbakar

Di malam hari, Nadya mendatangi rumah Mbah Sarka yang kini kosong dan hancur. Menurut warga, rumah itu pernah terbakar, dan api tak bisa dipadamkan selama tujuh hari tujuh malam.

Namun yang aneh, fondasi rumah itu tidak hangus.

Ia menemukan batu ukir hitam di bawah lantai, dengan satu kata yang terukir dalam huruf kuno:

"Penukar."

Nadya tahu:Sumur itu bukan tempat penyimpanan arwah. Tapi tempat barter.Dan Pak Ranu… adalah penjaganya.

More Chapters