Ficool

Chapter 8 - Penunggu Sumur di Hutan Terlarang

Bab 8: Penukar Jiwa

Malam itu, Nadya menyalakan semua lampu di penginapannya—bahkan lilin di sudut kamar ia biarkan menyala.

Tapi tetap saja, bayangan di pojok ruangan tak ikut hilang.Bayangan itu tetap berdiri. Tak bergerak. Tak menyatu dengan dinding.

Dan dari dalam kegelapan, terdengar suara berat yang tidak pernah terdengar sebelumnya.

"Kau sudah membangunkan pasar ini, Nadya…""Dan jiwa-jiwa kelaparan itu mulai berdatangan."

Ritual Penukaran

Keesokan paginya, Nadya memutuskan kembali ke sumur. Kali ini bukan untuk mencari nama—tetapi untuk mencari jawaban.

Di sekeliling sumur, ia menggali tanah menggunakan tangan kosong hingga menemukan benda keras. Sebuah lempeng batu bulat, dengan simbol-simbol ukiran mirip mata dan mulut terbuka. Di tengahnya terdapat satu lubang kecil seperti tempat meneteskan darah.

"Ini bukan sekadar sumur. Ini altar penukaran."

Dulu, jiwa ditukar dengan permintaan: kesembuhan, kekuasaan, panen berlimpah.Dan Pak Ranu adalah penjaganya, penerus perjanjian tua dari masa penjajahan.

Perjanjian yang Tidak Pernah Putus

Malam itu, Nadya kembali mempelajari lembaran lontar yang ia ambil dari rumah Mbah Sarka. Di sana, tertulis nama-nama yang pernah melakukan "barter" di sumur tersebut.

Karso – Meminta kekebalan. Memberi anak bungsunya.

Mira – Meminta kesuburan. Memberi janin 4 bulan.

Harjo Wibowo – Meminta kekuasaan. Memberi… Sri Kenanga.

Nadya tercekat. Harjo Wibowo... ayah Sri.

Seluruh pengorbanan itu… bukan untuk menolak kutukan, tapi untuk mendapat sesuatu sebagai gantinya. Dan Pak Ranu... adalah penjaga kelangsungan pasar tersebut.

Penampakan dari Dalam Sumur

Tengah malam, Nadya mendengar bisikan dari luar jendela penginapannya. Ia keluar. Langit gelap. Suara jangkrik berhenti.

Dan dari kejauhan… sumur itu menyala merah samar.

Ia mendekat, perlahan.

Dari dalam sumur, bayangan-bayangan tubuh mulai muncul, bukan utuh, tapi seperti disatukan dari potongan-potongan yang tak cocok.

Mereka bukan roh. Mereka adalah sisa barter—jiwa-jiwa yang tak diterima sepenuhnya, tapi tak bisa kembali.

Salah satu dari mereka berkata:

"Kami bukan korban. Kami... adalah mata uang."

Nadya Dipilih

Tiba-tiba, simbol di batu altar kembali menyala. Udara menjadi berat.

Dari balik sumur, sosok tinggi muncul. Bukan Pak Ranu. Tapi sesuatu yang jauh lebih tua.Tingginya lebih dari tiga meter, bertanduk, berselimut kabut hitam pekat, dan matanya… kosong.

"Penukar berikutnya harus dari luar desa… agar darahnya tidak mencemari rantai.""Kau, Nadya, telah menggali lebih dari yang seharusnya."

Dan pada malam itu, Nadya sadar:Ia bukan lagi pengamat legenda. Ia telah menjadi bagian dari perjanjian yang belum selesai.

More Chapters