Di sebuah kerajaan yang terletak di kaki Pegunungan Langit yang menjulang tinggi, hiduplah seorang alkemis muda bernama Kael. Ia dikenal karena penemuannya yang aneh dan eksentrik, serta mimpinya untuk bisa terbang melampaui puncak gunung tertinggi. Suatu hari, saat Kael sedang menguji penemuan terbarunya—sebuah balon udara mini yang didorong oleh uap—ia melihat sesuatu yang luar biasa. Jauh di atas awan yang selama ini ia kira kosong, tampak siluet sebuah kastil kuno yang megah, diselimuti kabut dan cahaya misterius.
Setelah terkejut dan kagum, Kael segera tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus mencapai kastil itu. Berhari-hari Kael menghabiskan waktu di bengkelnya, bekerja siang dan malam, merancang sebuah kapal udara yang lebih besar dan lebih kuat, mampu menembus awan dan mencapai ketinggian yang belum pernah dijelajahi manusia. Dengan bantuan serangkaian mekanisme uap, roda gigi yang presisi, dan sayap kanvas yang kokoh, kapal udara itu akhirnya siap. Namanya: "Awan Pengembara".
Pada hari keberangkatan, penduduk desa berkumpul, menatap Kael dengan campuran kekaguman dan keraguan. Kael, dengan kacamata penerbangnya dan tekad membara, mengaktifkan mesin. Balon besar di atas kapal udaranya menggembung, dan uap mengepul dari cerobongnya. Perlahan tapi pasti, "Awan Pengembara" terangkat dari tanah, melewati puncak gunung, dan menghilang ke dalam samudra awan yang luas.
