Ficool

Chapter 8 - PESUGIHAN UNTUK PENGLARIS

BAB 8 – Warung yang Berdiri Lagi

Tiga bulan telah berlalu sejak tragedi misterius di warung Rahmat.Desa Mandikerep mulai tenang kembali… atau setidaknya, begitulah yang dikira warga.

Lahan bekas warung itu telah kosong cukup lama. Hanya tersisa bekas arang hangus, dan sebuah papan kayu gosong yang masih menempel di tiang, bertuliskan samar:

"Dilarang membuka usaha di sini."

Namun larangan itu tak bertahan lama.

Hari itu, datang seorang pendatang.

Namanya Bayu, pemuda perantauan dari Jawa Barat yang katanya ingin memulai usaha kecil di desa yang tenang.

Warga memperingatkan.Tetapi Bayu hanya tertawa.

"Kalau warungnya laris, kenapa ditinggalkan?""Saya nggak percaya tahayul. Rezeki kan dari Tuhan."

Dan dalam waktu dua minggu, warung baru berdiri.

Lebih rapi. Lebih bersih. Bahkan ada banner digital kecil yang menyala di malam hari.

Malam pertama buka… warung itu sepi.Malam kedua, juga.

Tapi pada malam ketiga, pelanggan berdatangan.

Tanpa suara. Tanpa kendaraan.Beberapa berjalan kaki tanpa alas. Beberapa hanya berdiri di depan… dan kemudian duduk di pojok.

Bayu heran. Tapi senang.

"Warung saya langsung laris… ini sih hoki!"

Namun ada satu hal aneh.Bayu tidak pernah melihat pelanggan-pelanggannya benar-benar makan.Mangkuk tetap kosong. Nasi tetap utuh. Tapi ketika pagi tiba… semua ludes.

Dan setiap malam, satu kursi di pojok selalu dipenuhi asap tipis.

Pada malam ketujuh, Bayu sedang mencuci piring ketika ia melihat pantulan dari panci:

Wajah seseorang.

Tapi bukan miliknya.Bukan pelanggannya.

Wajah itu terbakar. Matanya berlubang. Dan kulitnya penuh luka.

Itu wajah Rahmat.

"Jangan ulangi kesalahanku…""Tutup warung ini… sebelum mereka kembali menagih…"

Bayu menjatuhkan panci. Jantungnya hampir berhenti.

Ia berlari keluar, tapi warung sudah penuh pelanggan.Semua menoleh padanya. Wajah mereka samar.Sebagian tak punya mata. Sebagian terlalu gelap untuk dikenali.

Dan mereka serempak berkata:

"Kami kembali… karena kamu membuka pintunya."

Di luar warung, angin berputar membentuk pusaran.Tanah bergetar. Dan dari lantai warung, muncul kembali kain mantra yang dulu dibakar Rahmat.

Tertulis di atasnya:

"Penglaris tak pernah mati… ia hanya pindah tangan."

Bayu berteriak…Tapi suaranya tidak terdengar.

Dan malam itu, warga mendengar dentingan sendok dari warung baru—lebih nyaring, lebih padat, seolah seluruh dunia bawah sedang berpesta.

More Chapters