BAB 10 – Reinkarnasi Dapur Neraka
Tiga bulan setelah kepergian Bayu, warung itu kembali sunyi.Tapi tidak pernah benar-benar kosong.
Warga Desa Mandikerep sudah tahu:
"Kalau lewat situ, jangan tengok ke kiri.""Kalau bau amis menyengat, jangan hirup… jalan terus.""Kalau dengar suara orang makan… jangan jawab."
Namun larangan itu tak berlaku untuk orang luar.
Namanya Rico, pebisnis muda dari kota yang punya misi ambisius: membuka cabang urban café di pedesaan sebagai konsep "retro mistis".
Ia melihat lokasi warung tua itu di marketplace properti desa.Tanahnya murah. Lokasinya strategis.Dan meskipun banyak rumor, Rico menganggap semuanya mitos murahan.
"Justru ini yang bikin konsep café-ku bakal viral.""Horror sells."
Tanpa banyak tanya, Rico membeli bangunan bekas warung.Ia rombak interior: pasang neon hijau, tambahkan mural tengkorak di dinding, dan menyebutnya:
"Café Kaki Lima Neraka"Slogan: Makan sampai Setan pun Iri!
Warga hanya bisa menggeleng.Beberapa sudah memperingatkan. Tapi Rico tertawa sambil live TikTok.
"Kalau ada hantunya, malah kontenku makin rame, kan?"
Café itu dibuka pada malam Jumat Kliwon.Rico mengadakan event uji nyali dengan 13 kursi dan menu "Soto Neraka", terinspirasi dari warung lama.
Dan benar, malam itu… café penuh.
Tapi bukan oleh manusia biasa.
Pukul 01.00, listrik café padam tiba-tiba.Lampu backup tak menyala. Live TikTok Rico mati total.
Tapi suara langkah… tetap terekam.
Satu per satu, kursi-kursi tertarik sendiri.Panci mendidih, padahal kompor mati.Dan dari dapur, asap hitam keluar, disertai aroma kemenyan dan anyir darah.
Rico panik. Ia coba menenangkan tamunya.Namun saat ia menoleh ke kursi paling ujung, semua tamu telah lenyap.
Yang duduk di sana…Adalah Rahmat.
Wajahnya gosong. Tangannya membawa mangkuk.Dan di dalamnya, isi organ manusia—masih berasap.
"Kau buka tempatku lagi… tapi tak beri izin.""Sekarang, aku yang jadi tuan rumah."
Rico menjerit. Ia coba kabur lewat pintu belakang.
Namun pintu itu menghilang.Lantai berubah menjadi bara.Dan suara lusinan makhluk tertawa serempak, menggema:
"Selamat datang di dapur neraka…"
Esok paginya, café itu kembali seperti semula.Meja-meja bersih. Tak ada jejak keributan.
Tapi di meja kasir…Ada panci mendidih tanpa kompor, dan di dalamnya… terapung kartu nama Rico.
Sejak saat itu, café itu tak pernah benar-benar tutup.Lampunya menyala sendiri setiap malam Jumat.Dan dari kejauhan, warga sering melihat bayangan pelanggan…tanpa kepala.