"Nona Holand, keahlian putri kedua tidak harus digunakannya untuk pamer dan mengharap pujian bukan?" Reina balas dengan tersenyum meremehkan.
Telak, jawaban Reina membuat raut wajah Emely sedikit pucat. Dia kemudian tersenyum memaklumi, "Tidak apa-apa jika putri kedua tidak bersedia, kita jangan menekannya. Mungkin putri kedua mempunyai hal yang lebih penting."
Jawaban Emely sangat bagus, karena jika Evelyn tetap saja menolak, itu akan dinilai sebagai tindakan tidak sopan karena menolak ajakan Ratu. Hal apa yang lebih penting dari mengikuti perintah ratu?
Reina jengkel, dia ingin menimpali lagi sampai merasakan tepukan di pundaknya. Evelyn menepuk pelan sambil tersenyum meyakinkan, memintanya untuk tenang.
"Hormat yang mulia raja dan yang mulia ratu. Maafkan saya karena tadi sedang sibuk membuat gelang sehingga tidak sempat menanggapi permintaan itu. Saya bersedia untuk memperlihatkan keahlian sederhana saya dalam menyeduh teh. Harap Raja dan Ratu akan menikmatinya." Evelyn menunduk sedikit dengan hormat dan tersenyum bijaksana.
Hal ini membuat Emely dan pendukungnya terkesan tidak sopan karena bersikeras memaksa seseorang.
Para pengikut Emely menatap sinis ke arah Evelyn, hal itu membuat mereka mendapatkan tatapan tajam dari Reina.
"Baiklah, maafkan mereka karena terkesan menekan anda Putri Kedua." Ratu tidak punya pilihan selain mengakui ketidaksopanan Emely dan teman-temannya.
"Jika anda berdua bersedia, saya akan menyuruh para pelayan membawakan bahan-bahan untuk menyeduh teh."
Mereka mengangguk sopan dan ratu segera memerintahkan para pelayan membawakan dua kursi, meja dan peralatan lainnya.
Evelyn dan Emely duduk di kursi masing-masing, di atas meja sudah tersedia teko, cangkir, saringan, dan berbagai macam teh. Juga ada beberapa bahan herbal seperti madu, lemon dan bahan pendukung lainnya.
Mereka memulai dengan lancar, Emely memilih mengambil teh hijau, menyeduhnya dengan air panas dan menambahkan sedikit madu agar rasanya lebih enak dan sehat.
Warna hijau pekat pada teh terlihat menyegarkan, membawa aroma menenangkan yang membuat beberapa orang menatap penasaran.
Sedangkan Evelyn mengambil teh tubruk atau biasa disebut teh hitam. Evelyn memilih teh hitam karena minuman itu sudah biasa ia seduh untuk mengusir rasa penat atau ketika ia lelah belajar.
Sembari menunggu air mendidih, Evelyn memanggil seorang pelayan dengan suara pelan dan memberikan beberapa instruksi padanya.
Tak lama, pelayan itu datang dengan membawa beberapa cangkir lagi dan sebotol susu segar.
Di sebelah, Emely sudah selesai menyeduh teh hijau, wangi daun teh yang memenangkan segera tercium oleh semua orang.
Emely membuat dua cangkir teh hijau, ada yang ditambahkan madu, sedangkan yang satunya ditambahkan perasan lemon.
"Baginda, saya menyeduh teh hijau."
Emely meletakkan kedua cangkir itu di atas meja dan menambahkan, "cangkir ini dengan madu untuk melegakan tenggorokan. Sementara ini diberi perasan lemon untuk meningkatkan daya tahan tubuh."
Emely menyebutkan semua informasi yang didapatnya di kelas menyeduh teh dan tata krama.
"Putri Mahkota sangat pintar dan terlihat sempurna." Seseorang menggumamkan kalimat pujian yang segera diangguki oleh yang lain.
Raja dan Ratu pun mengangguk senang, segera meminta pelayan mengambilkan teh itu.
Melihat Ratu mulai meminum teh nya, Emely lanjut berkata lagi, "teh hijau ini juga bisa menyehatkan kulit, Ratu. Anda akan terlihat jauh lebih muda jika rutin meminumnya."
Ucapan itu tentu membuat Ratu tersenyum senang, beliau memuji. "Ini sungguh segar dan menyehatkan."
Raja yang baru selesai meminumnya juga mengangguk mengiyakan, tampak raut puas dari wajahnya.
"Putri kedua, apakah anda juga telah selesai menyeduh teh?" tanya Ratu ketika melihat Evelyn masih berkutat pada kegiatannya.
"Sudah hampir selesai Ratu, kali ini saya menyeduh teh hitam." Evelyn membalas singkat, lalu melanjutkan prosesnya yang akan segera selesai.
"Untuk meningkatkan rasa dan aromanya yang kuat, butuh waktu sedikit lebih lama untuk menyeduhnya, juga perlu menggunakan air yang lebih panas." Evelyn menjelaskan lagi dengan penuh perhatian.
Orang-orang akhirnya menyadari bahwa Evelyn juga seberbakat itu, gadis itu juga pintar dan mempunyai pengendalian emosi yang baik.
Evelyn sudah mengambil satu sendok teh hitam, menyeduhnya dengan air yang sudah agak mendingin. Menyeduh teh hitam biasanya hanya berada di antara 80° sampai 90° celsius agar tidak mengurangi kualitas tehnya.
Selesai menyeduh, Evelyn juga menambahkan sedikit madu untuk mengurangi rasa pahit teh hitamnya. Di cangkir yang lain, dia menambahkan susu segar ke dalam teh nya agar memberi rasa lebih enak.
Begitu tutup cangkir dibuka, aroma teh hitam yang kuat menyebar membuat orang-orang secara tidak sadar juga ingin mencobanya.
"Baginda, saya membuat teh hitam dengan campuran madu agar memberikan rasa manis pada tehnya. Selain itu, ada juga teh dengan campuran susu, ini membuat rasa tehnya semakin enak. Anda bisa mencobanya," tutur Evelyn sembari menunjukan beberapa cangkir teh dengan isi berbeda di depannya.
Teh umumnya hanya ditambahkan dengan madu dan lemon, sehingga ketika mendengar teh dengan campuran susu, orang-orang mengernyitkan heran.
Bisik-bisik yang tadinya memuji Emely mulai berhenti, berganti pada tebakan samar akan rasa teh yang diseduh Evelyn.
Raja dan Ratu mengangguk mengerti, kemudian pelayan dengan sigap mengambil beberapa cangkir itu untuk diberikan kepada raja dan ratu lagi.
Sembari Raja dan Ratu mencoba teh buatannya, Evelyn menambah beberapa informasi lagi. "Teh hitam berguna untuk mengurangi kecemasan, membuat kita merasa lebih tenang. Selain itu, teh ini bisa meningkatkan konsentrasi–cocok untuk diminum saat bekerja."
Gadis itu sepertinya sangat hapal pengetahuan umum tentang teh. Beberapa mata beralih, mulai menatapnya dengan pujian samar.
Raja mencicipi teh hitam dengan campuran madu, rasanya sama enaknya dengan yang biasa diminumnya.
Ketika sampai pada teh campur susu, raja tersenyum senang, "Luar biasa, teh ini sungguh nikmat dan kaya rasa. Darimana putri kedua belajar menyeduh teh seperti ini?"
"Menjawab Raja, saya telah belajar menyeduh teh di kediaman Gregory. Karena saya lebih sering berdiam di kediaman, saya melakukan beberapa kegiatan untuk mengusir rasa bosan," jawab Evelyn dengan bijaksana.
"Benar sekali, teh ini sangat enak, anda juga sangat berbakat." Ratu tersenyum memuji sambil melirik sedikit ke arah Emely.
Memang, teh seduhan Evelyn yang ditambahkan susu dan diseduh dengan air panas yang pas, terasa lebih enak dan kuat.
Beberapa tatapan kini beralih lagi pada Emely, membuat ungkapannya sebelumnya itu terdengar kurang bijaksana.
"Bukankah menyeduh teh adalah keterampilan dasar, seharusnya sudah diajarkan ketika gadis-gadis masih muda, tidak harus ketika masuk ke istana." Seseorang berbisik, nadanya sangat pelan karena takut terdengar oleh Emely.
"Iya benar, sepertinya Putri Kedua terlihat lebih pintar dan elegan." Gadis di sebelahnya menimpali. Tangannya terangkat, menutupi gerakan bibirnya agar tidak terbaca.