Ratu secara alami memperhatikan tatapan putranya, dia juga memiliki pemikiran yang sama. Tidak masalah, mereka masih mempunyai banyak kesempatan untuk membunuh Ethan, sekaligus Evelyn.
Satu persatu peserta keluar dan orang terakhir–yang ditunggu- tunggu semua orang akhirnya tiba.
Dari kejauhan, Leonardo terlihat berkuda dengan sedikit lebih lambat, di belakangnya ada sebuah tas besar berisi banyak hewan buruan.
Leonardo turun dari kuda dengan lancar kemudian berusaha menurunkan tas besar itu. Di tumpukan paling atas buruannya, terlihat seekor harimau besar yang mempunyai luka sayatan di sepanjang leher.
Ethan menatap dingin bangkai itu, tampaknya harimau yang tidak jadi dikejarnya telah berakhir menjadi mangsa pangeran mahkota.
Orang-orang terkesiap memuji kemampuan berburu pangeran mahkota lagi. Sementara sisanya mulai membandingkan hasil buruan pangeran mahkota dengan pangeran kedua.
Para penjaga masing-masing mengeluarkan tumpukan hewan buruan mereka untuk ditimbang.
Seperti dugaan, hewan buruan Louis menjadi yang paling banyak ketiga karena pria itu menangkap beberapa ekor babi hutan besar.
Yang hal yang paling ditunggu tentulah pengumuman pemenang perburuan. Siapapun bisa melihat hasil tangkapan pangeran mahkota dan pangeran kedua setara banyaknya.
Jadi sangat sulit bagi para penjaga untuk mempertimbangkan karena takut menyinggung salah satu dari mereka.
Dalam sekejap, orang-orang terbagi menjadi dua kubu, mereka sama-sama bertaruh tentang hasil akhirnya.
Dan hasilnya, pangeran mahkota menang dengan selisih berat yang sangat tipis. Sebagian orang merasa itu memang pantas, sementara yang lain sedikit menyayangkan pangeran kedua yang kalah hanya dengan sedikit perbedaan.
Leonardo menghela napas lega lalu matanya sedikit melirik ke arah Ethan. Tanpa diduga, Ethan bahkan tidak menampilkan raut kecewa atau marah, seakan semua hasil itu tidak berarti apapun baginya.
Leonardo mendengus pelan kemudian kembali tenang. Ia berdiri agung sambil menatap mereka semua seolah dialah yang berada di puncak paling tinggi.
Emely tersenyum sumringah, gadis itu sudah mempersiapkan hal ini. Ia sengaja melirik ke arah Evelyn dengan tatapan mengejek. Namun ekspresi tenang gadis itu tidak banyak berubah, membuatnya diam-diam menggertakkan gigi.
Mengabaikan ketidakpedulian Evelyn, Emely memilih menanggapi semua ucapan selamat yang datang dari sekitarnya.
Calon raja dan ratu itu pun berdiri dengan hati puas menikmati setiap kata pujian untuk mereka.
Merasakan hal itu, raut Ethan semakin berubah dingin. Provokasi terang-terangan Leonardo dan Emely membuatnya mau tidak mau melirik Evelyn yang berada di sebelahnya.
Gadis itu sepertinya tidak terlalu terpengaruh, ia hanya menatap tak tertarik kemudian kembali bermain dengan Aru.
Evelyn membalas tatapan Ethan dengan santai, kekalahan ini tidak mampu menghilangkan kebahagiaannya karena bertemu teman lama.
Lagipula dia sudah cukup membuat kesan dengan bersaing menyeduh teh tadi. Lebih dari cukup memperbaiki reputasinya untuk saat ini. Gadis itu hanya mengedikkan bahu acuh tak acuh dan kembali bermain bersama Aru.
Ethan bernapas lega, tiba-tiba dia tidak menyesali keputusannya untuk membawa kucing itu.
Ratu Feliza tersenyum lembut, dia sudah menduga hal ini. Walaupun sebelumnya ia sempat khawatir ketika melihat hasil buruan Ethan yang juga sangat banyak.
"Sayang sekali, padahal perbedaannya sangat tipis. Aku yakin kalau saja pangeran kedua membunuh kucing putih di dekatnya sebagai hewan buruan, tidak diragukan lagi dialah pemenangnya." Seseorang bersuara keras dari kerumunan.
Mendengar itu, pria lain tersenyum provokatif dan melayangkan pertanyaan kepada Ethan, "Pangeran kedua, saya lihat anda membawa seekor kucing dari dalam hutan. Mengapa tidak membunuhnya saja dan menjadikannya sebagai hewan buruan? Setelahnya kita bisa menghitung ulang hasilnya."
Suara keras pria itu membuat pandangan lain mengarah kepada Ethan. Beberapa bangsawan saling melirik, sementara beberapa yang lain tampak menahan ejekan sinis.
"Benar juga...perburuan adalah untuk membunuh, bukan menyelamatkan." Bisik seseorang.
Mereka otomatis menatap kucing putih yang sedang beristirahat di pangkuan Evelyn. Bisik-bisik kembali terdengar, semua orang sibuk menilai keputusan Pangeran Kedua.
Semua mata kini tertuju pada Ethan, menunggu jawabannya. Evelyn merasakan Aru bergetar dalam pelukannya, seolah tahu bahwa nyawanya sedang dipertaruhkan.
Wajah Evelyn mendingin, matanya menghunus tajam ke arah pria yang baru saja berbicara itu–jelas tak senang dengan ucapannya.
Ia yakin sekali, ucapan pria itu hanya untuk menabur perselisihan antara pangeran mahkota dan pangeran kedua saat ini.
Ethan tidak segera menjawab. Ia membiarkan keheningan menggantung, membuat setiap orang di hadapannya gelisah. Mata birunya menyapu kerumunan, tajam bagaikan pedang, hingga akhirnya berhenti pada pria yang baru saja berbicara itu.
Pria yang ditatap sedikit menundukkan kepala, tubuhnya bergetar halus dengan kaki yang lemah. Tampak ketakutan dengan momentum yang Ethan berikan.
Orang-orang yang berada di sekitar mulai berbisik untuk mempertimbangkan sampai suara Ethan akhirnya terdengar.
"Apakah kebanggaan seorang ksatria hanya diukur dari berapa banyak darah yang ditumpahkan?"
Ethan lanjut lagi, "Berburu binatang buas memang tradisi… tapi saat seekor makhluk lemah mencari perlindungan, apa kita tetap menyebut diri kita mulia bila menghunus pedang kepadanya? Apa yang membedakan kita dengan binatang buas itu sendiri?"
Beberapa bangsawan terdiam. Ada yang menggertakkan gigi, ada pula yang menunduk, seolah kata-kata itu menusuk hati mereka.
Ethan menghela napas, lalu menoleh sekilas ke arah Evelyn. Senyum tipis melintas di wajahnya sebelum ia kembali menatap kerumunan.
Segera, suasana berubah semakin hening. Semua orang memahami apa yang tersirat di balik kalimat itu.
Melihat semua hening, Ethan menatap Raja sekilas kemudian berkata lagi, "juga... kucing ini lebih berharga dari semua hadiah itu."
Jawaban Ethan tegas dan dingin. Segera membungkam mereka yang terus mendesaknya.
Di tengah semua itu, Evelyn merasakan sesuatu bergetar dalam dadanya. Kata-kata itu… seolah ditujukan bukan hanya pada mereka, tapi juga untuknya.
Emely menggertakkan gigi dalam diam, matanya dingin namun dia segera menundukkan pandangan.
Leonardo menatap Ethan tajam dalam diam, dia tahu bahwa Ethan lah yang telah melukai harimau yang dibawanya tadi.
Ketika ia melihat Ethan tidak mengejar hewan buas itu, dia segera memanfaatkan kesempatan untuk melumpuhkannya dan membawanya sebagai mangsa terakhirnya. Karena itulah dia kembali sedikit lebih lambat.
Seharusnya memang Ethan lah yang memenangkan perburuan itu. Meskipun begitu, Leonardo tidak bisa menahan untuk berdecak kesal.
Louis juga menatap tertarik pada jawaban Ethan, namun tak ayal matanya menatap penuh kebencian. Ia sudah menyuruh orang itu menabur perselisihan, namun sepertinya hal itu tidak berguna.
Semua orang diam-diam setuju atas kalimat itu, Raja dan Ratu juga mengangguk paham.
"Hahaha, baiklah baiklah. Tidak peduli siapa yang akhirnya menang, aku cukup senang semua orang menikmati acara ini."
Raja mengalihkan pembicaraan untuk menghilangkan udara dingin yang menusuk di sekitar.
Beliau tidak merasa tersinggung dengan jawaban Ethan yang mengatakan bahwa hadiahnya tidak lebih berharga dari seekor kucing.
Orang-orang akhirnya melihat bahwa tampaknya raja sangat memaklumi dan menoleransi semua tindakan tidak sopan Ethan.