Ficool

Chapter 28 - "Jaga diri"

"Ya, aku akan menemui pangeran kedua. Apa kau juga akan kesana?" sahut Evelyn, dia tidak tahu apakah Reina mempunyai kekasih atau tidak.

"Tidak, tidak ada yang perlu kutemui disana." Reina menjawab dengan santai sambil mengambil cemilan mereka. Dia tidak memiliki kekasih dan tidak memerlukannya.

Ia tidak ingin mendengar pertanyaan tentang pernikahan dari mulut orang di sekitarnya. Lagipula menjalin hubungan dalam waktu dekat bukanlah sebuah keharusan.

Jika dia sudah mendapatkan yang sesuai kriterianya, dia akan mempertimbangkan pernikahan. Mengapa orang-orang itu lebih khawatir dibandingkan dia yang menjalaninya?

Evelyn tersenyum dan mengangguk, ternyata Reina bukanlah gadis yang mudah termakan cinta. Gadis itu punya prinsip dan harga dirinya sendiri.

Para wanita mulai pergi menuju pasangan masing-masing, melihat itu, Evelyn berjalan menghampiri Ethan dan kudanya.

"Bagaimana tadi?" tanya Ethan begitu gadis itu sampai di dekatnya. Ia tentu mendengar beberapa keributan disana dan menduga mungkin ada kaitannya dengan Evelyn.

"Hanya keributan kecil, pengikut Emely memulai masalah dengan Reina Reinhard," ucap Evelyn pelan sambil mengelus polis.

Ia memutuskan menyebutkan nama panjang Reina, mungkin hanya dengan begitu Ethan akan mengenal gadis itu.

"Reinhard, dia dari keluarga Duke Selatan, bagaimana karakternya?" tanya Ethan, siapa tahu gadis itu bisa menjadi rekan mereka.

"Tidak buruk, dia cukup baik dan berani. Hanya saja kepribadiannya sedikit blak-blakan. Gadis itu juga punya prinsip yang kuat dan mungkin sedikit keras kepala, apa aku perlu meneruskan hubungan dengannya?"

Evelyn bertanya pada Ethan yang jelas lebih tahu seluk-beluk para bangsawan. Dia cukup menyukai Reina, dia gadis yang berani dan tangguh. Namun perlu informasi apakah Reinhard merupakan pendukung Leonardo atau bukan.

"Tidak ada alasan untuk tidak mencari sekutu. Lagipula keluarga Reinhard selama ini netral, mereka juga mempunyai reputasi yang baik di Kerajaan." Ethan membenarkan Evelyn untuk tetap berhubungan baik dengan Reina. Ada baiknya jika mereka bisa mengambil dukungan keluarga itu.

"Tentu." Evelyn mengangguk dengan seulas senyum tipis, senang bisa memiliki teman pertama di dunia ini.

Pembicaraan mereka yang bernada pelan membuat mereka mau tidak mau berdekatan satu sama lain. Hal ini mengundang sejumlah mata yang menatap dengan kilatan memuja sekaligus iri.

Orang-orang tidak menyangka pasangan baru yang fenomenal itu akan sangat serasi beersama. Mereka tampak saling mencintai apalagi Pangeran kedua–terlihat jelas dari matanya bahwa dia mencintai dan menyayangi istrinya.

Tidak ada momen romantis berlebihan yang ditampilkan, namun dari interaksi keduanya–terlihat bahwa mereka saling memahami satu sama lain.

Itu artinya... Evelyn dan Ethan berhasil memainkan peran mereka dengan baik.

Leonardo telah siap dengan perbekalannya. Pria itu kemudian memeluk istrinya lembut lalu mengecup tangannya. Emely tersenyum manis, tangannya bergerak merapikan pakaian yang dipakai Leonardo.

Semua orang di sekitar seakan tertular angin merah muda. Mereka ikut tersenyum dan tersipu melihat keromantisan pasangan itu.

Mereka mendoakan keduanya dan berharap pasangan tersebut akan bisa mengelola kerajaan dengan baik di masa depan.

Suara tiupan terompet menyadarkan semua orang bahwa acara akan segera dimulai, mereka bersiap dengan cepat.

"Aku pergi," ucap Ethan kepada Evelyn setelah gadis itu menarik pandangannya dari Emely.

"Jadi… apa aku harus memberi pelukan keberuntungan juga?" tanya Evelyn tiba-tiba sambil memasang raut bingung, sedikit membuat Ethan terkejut.

Pria itu terkekeh pelan lalu menjawab,

"Tidak perlu."

"Hanya perlu kau baik-baik saja disini, jaga diri dan tunggu aku," lanjutnya sambil menepuk pelan kepala Evelyn. Setelahnya dia langsung melesat dengan polis tanpa menunggu jawaban gadis itu.

Evelyn tertegun sejenak, kemudian senyum kecil muncul dibibirnya.

Ia menatap Ethan yang melesat bersama para peserta lain, angin kencang berembus dari arah hutan. Evelyn memandang pepohonan lebat itu membuat senyum kecilnya perlahan luntur.

Entah kenapa, sebuah firasat dingin merayap di hatinya.

Ethan melesat ke dalam hutan dalam suasana hati yang baik. Untuk pertama kalinya, dia pergi dengan semangat dan berharap segera kembali karena merasa...seseorang akan menunggu kepulangannya.

Ethan terbiasa sendiri sedari kecil, ibunya meninggal ketika umurnya baru beberapa bulan sehingga dia tidak pernah merasakan kehangatan keluarga.

Ayahnya memang adil, tapi tanpa darah ratu di nadinya, Ethan selalu jadi orang luar. Saat raja tertawa bersama ratu dan kedua putranya, ia hanya bisa menonton dari jauh.

Dia menyaksikan ayahnya tertawa dan menepuk pundak saudaranya bangga, menggumamkan beberapa kalimat pujian.

Ketika Ethan menerima penghargaan, Raja kerap menepuk pundaknya dengan bangga. Namun, entah seberapa baik perlakuan sang Raja, selalu ada jarak tak kasat mata yang menghalangi kedekatan mereka.

Ratu pun tampak ramah, bahkan berusaha mendekatinya dengan sikap hangat. Tetapi Ethan tak pernah bisa melupakan masa kecilnya. Sejak kecil, ia kerap mendengar makian tersembunyi dari Ratu kepada ibunya. Kata-kata itu dilontarkan diam-diam, namun cukup tajam untuk melukai hati kecil Ethan.

Sejak itu, Ethan memilih menjaga jarak. Ia menempuh jalannya sendiri, masuk ke dunia militer, dan jarang kembali ke istana.

Rahasia terbesar hidupnya terbongkar sekitar tujuh tahun lalu. Saat menjalankan misi, ia secara tidak sengaja mengetahui kebenaran kelam tentang kematian ibunya.

Meski tak pernah memiliki ambisi merebut tahta, kebenaran itu membangkitkan tekad dalam dirinya- melengserkan Ratu dan anak-anaknya, serta menuntut keadilan bagi ibunya.

Sementara Ethan tenggelam dalam kilas masa lalu dan bahaya yang menunggu, Evelyn masih tetap di dekat jamuan teh, duduk bersama Reina dengan suasana yang hangat.

Tadi Evelyn sempat melirik pangeran ketiga yang menggunakan kuda putih, bersiap dengan didampingi ratu feliza. Ratu itu terlihat sangat menyayangi dan memanjakan pangeran Louis.

"Eve, katakan mengapa kau berbohong saat aku menanyakan hubungan kalian di perjamuan itu. Apa kalian menjalin hubungan secara diam-diam?" Reina berucap sambil memicingkan mata curiga ke arah Evelyn.

"Kami memang baru bertemu waktu itu, mungkin baru satu bulan dari sekarang." Evelyn menanggapi dengan sabar.

Reina yang mendengar itu memasang raut tidak percaya, keningnya masih berkerut. "Tapi melihat interaksi kalian tadi, sepertinya kalian sudah lama bersama."

"Mungkin karena kami saling memahami satu sama lain," ucap Evelyn lagi, tersenyum manis ke arah Reina untuk meyakinkan gadis tersebut.

"Yahh, aku percaya sekarang bahwa cinta bisa mengubah seseorang." Reina menghela napas sambil menggelengkan kepala menyesal.

Dia sudah mengenal banyak orang yang jatuh cinta, dan yang paling mencengangkan adalah pangeran kedua.

Bagaimana bisa pria sedingin itu berperilaku begitu lembut kepada seseorang. Tapi tidak mengherankan jika itu Evelyn, bahkan dia saja sangat menyukai kepribadian gadis ini.

Evelyn meneguk tehnya sambil tersenyum pada Reina, tapi hatinya melayang pada sosok yang kini berada jauh di hutan.

Apa Ethan baik-baik saja?

More Chapters