Ficool

Chapter 27 - Perburuan

Namun sebelum suasana semakin panas, suara berat seorang pengawal kerajaan terdengar memotong. "Hei, apa ini? Kalian mau membuat pasar di halaman istana? Bubar, sebelum aku yang menyeret kalian keluar!"

Reina menoleh perlahan, sepenuhnya mengabaikan penjaga yang melerai itu. Tatapannya menusuk seakan menelanjangi Melany di hadapan semua orang. Senyumnya tipis, penuh ejekan.

"Menikah dengan orang miskin? Hah… setidaknya aku tak perlu memohon belas kasihannya hanya untuk terlihat berharga. Kau bangga menyebut diri bangsawan, tapi keberadaanmu tak lebih dari bayangan yang hidup dari nama keluarga. Kalau gelar itu dicabut, apa yang tersisa darimu, Melany? Gadis penakut yang hanya bisa bersembunyi di balik gaun mahal dan pesta teh murahan?"

Ia melangkah setapak mendekat, suaranya tegas namun cukup keras untuk didengar kerumunan.

"Dan soal Emely yang kau agung-agungkan… jangan ajari aku tentang kelembutan yang palsu. Kelembutan sejati adalah melindungi orang lain meski harus kotor sendiri. Bukan sekadar tersenyum manis sambil menusukkan belati di balik punggung. Jadi, berhenti mengukur nilai seorang wanita dari seberapa anggun ia berdiri. Karena pada akhirnya, sejarah hanya mengingat siapa yang berani melawan, bukan siapa yang pandai bersandiwara."

Kerumunan yang mendengar sontak terdiam, beberapa menutup mulut menahan keterkejutan. Aura Reina membuat udara seolah menegang, menjadikan Melany kehilangan kata-kata.

Sampai akhirnya, penjaga berjalan lebih dekat memisahkan keduanya. Evelyn menarik pelan Reina dari sana, membawanya ke tempat duduk mereka.

Sedangkan Emely perlahan mendekat kepada penjaga tersebut, muncul sebagai orang yang paling bijaksana.

"Mereka hanya terlibat beberapa kesalahpahaman Tuan, maafkan kami karena mengganggu."

"Ya sudah, sekali lagi ada keributan disini, lebih baik kalian berdua keluar," ucap penjaga itu tegas kepada Reina dan Melany, kemudian segera pergi dengan yang lain.

Salah satu gadis itu mungkin teman putri mahkota, penjaga hanya bisa pergi tanpa berniat menyinggung calon ratu itu.

Disaat semua orang akan kembali ke tempat duduk masing-masing, terdengar lagi suara Emely.

"Putri kedua, sebaiknya kau kendalikan temanmu. Tidak pantas seorang gadis bangsawan berperilaku buruk dan menimbulkan keributan," ucap Emely tenang, namun jelas menyudutkan Evelyn seolah dialah biang masalah.

Evelyn menatapnya dengan senyum lembut yang justru terasa mengintimidasi.

"Ah, apakah Yang Mulia Putri Mahkota lupa siapa yang lebih dulu menyalakan api? Mengapa hanya aku yang kau tegur, sementara pengikutmu bebas melontarkan hinaan tanpa kendali? Bukankah martabat seorang bangsawan seharusnya dijaga, terlebih oleh mereka yang berada di sisi Anda? Anehnya, saat semua itu terjadi, Anda justru diam… seakan hal itu hal biasa dalam lingkaran Anda."

Ia terkekeh ringan, namun kata-katanya bagaikan belati berselubung sutra.

"Kalau begitu, sungguh jenius cara Anda menjaga nama baik–membiarkan orang lain kotor di tempat Anda, lalu berpura-pura tak terlibat."

Bisikan langsung merebak di antara para tamu. Perhatian yang semula tertuju pada keberanian Reina, kini beralih pada Emely.

Orang-orang mulai bertanya-tanya: bukankah seorang putri mahkota yang terkenal berbudi luhur seharusnya takkan membiarkan lingkungannya tercemar oleh perilaku rendah?

Ataukah Emely justru menikmati keberadaan 'perisai' yang rela bertengkar demi dirinya, lalu mencuci tangan ketika keadaan memburuk?

Pandangan sinis mulai bermunculan. Evelyn sendiri dianggap wajar tak menegur Reina–bagaimanapun, mereka baru saja berkenalan. Namun bagi Emely, yang citranya dibangun atas reputasi kesempurnaan, kelalaian sekecil ini tampak seperti noda besar.

Raut wajah Emely sempat berubah sekejap, tapi segera ia pulihkan dengan senyum penuh kepalsuan. Teman-temannya segera merapat, menatap Evelyn dan Reina dengan permusuhan terang-terangan, seakan dua gadis itu baru saja merusak sosok suci idola mereka.

Namun sebelum bisik-bisik semakin meluas, suara lantang penjaga istana menggema.

"Yang Mulia Raja dan Ratu telah tiba!"

Kerumunan sontak terpecah, semua buru-buru kembali ke tempat masing-masing. Riuh gosip pun terpaksa terhenti, berganti dengan ketegangan menjelang perlombaan yang akan segera dimulai.

Raja dan ratu datang bersama beberapa prajurit kerajaan, dan di belakang mereka juga ada pangeran ketiga, Louis. Pantas saja sedari tadi mereka belum melihat pangeran yang terkenal aktif itu.

Raja naik ke sebuah tempat yang lebih tinggi, berdiri di depan semua orang bersiap menyampaikan pidatonya. Kerumunan hening saat Raja mulai berbicara.

"Aku yakin beberapa orang sudah pernah dan mengetahui tentang perlombaan ini. Aku harap kalian akan menikmatinya, anggaplah ini sebagai hiburan ditengah banyaknya kesibukan kalian," ucap Raja membuka suara dengan bijaksana.

Raja kemudian menoleh ke arah tangan kanannya–Paul untuk membacakan aturan perlombaan. Paul segera maju, memegang selembar kertas dan mulai bersuara.

"Perlombaan perburuan ini memiliki beberapa aturan. Setiap peserta diwajibkan membawa minimal lima macam hasil buruan baik yang besar maupun kecil. Perlombaan dimulai ketika matahari terbit sampai sebelum terbenam. Ketika waktunya habis, kalian semua harus berkumpul di tempat ini untuk melihat hasil buruan kalian."

Kerumunan riuh dengan bisikam antusias, beberapa mengangguk paham kemudian Paul berbicara lagi.

"Selama berburu, kalian dipersilahkan untuk menggunakan senjata apapun, tapi tidak dibenarkan adanya pertumpahan darah seperti perkelahian atau perebutan hewan buruan. Di sekitar hutan, akan tersebar penjaga agar jika kalian terluka, kalian bisa langsung meminta pertolongan. Dan hal terakhir adalah, bagi siapa saja yang berhasil menemukan sebuah cincin berbandul ruby yang tersembunyi di dalam hutan, maka dialah yang akan keluar sebagai pemenang mutlak."

"Para wanita diharapkan menunggu di tempat ini sampai para pria keluar membawa hasil buruannya. Sekian." Paul menutup kertas itu, kemudian mundur beberapa langkah sampai berada di belakang raja.

"Perlombaan tahun ini sedikit lebih istimewa, karena pangeran kedua kita, Ethan Sander De Coutland akan bergabung untuk pertama kalinya," ucap Raja, melirik ke arah Ethan yang sedari tadi memasang wajah dingin.

Gadis-gadis memekik senang melihat hadirnya pangeran kedua. Walaupun pangeran itu sudah menikah, tidak menghalangi mereka untuk tetap mengaguminya.

"Baiklah, diperkenankan semuanya untuk bersiap karena perlombaan akan segera dimulai," lanjut Raja lagi kemudian undur diri untuk menemui Louis.

Semua peserta segera memeriksa perlengkapan dan kuda-kuda mereka.

"Louis, ayah harap kali ini kau menemui hasil yang baik, kau sudah sampai usia menikah. Ayah ingin kau segera melamar seorang gadis atau jika belum, kami akan membantumu mencari seseorang yang tepat," nasihat raja kepada Louis.

"Ayah tenang saja, aku tidak akan mengecewakan kalian. Dan tentang pernikahan, aku sedang menunggu seseorang," ucap Louis sambil melirik ke arah para wanita, tersenyum penuh arti.

"Bagus, ayah harap segera mendapatkan kabar baik. Jika belum juga, kami terpaksa harus segera mengatur pernikahan untukmu." Raja berkata sambil menepuk bahu Louis kemudian pemuda itu pergi.

"Kau akan kesana, Eve?" tanya Reina, gadis itu memasang wajah bosan.

More Chapters