Ficool

Chapter 26 - Konfrontasi pertama

Percakapan itu bersahutan, banyak yang memuji sementara yang lain membandingkan dengan pasangan kesayangan mereka–Leonardo dan Emely.

"Aku pergi," ucap Ethan singkat begitu melihat tempat para pria bersiap. Evelyn menoleh lalu mengangguk, membuat Ethan langsung berlalu dan pergi.

Evelyn berjalan mantap menuju kawasan para wanita berkumpul. Ada beberapa tenda dan meja, mata dinginnya menelisik tempat mana yang akan didatangi.

Ada banyak area yang penuh berisi lima atau enam gadis, ia yakin semua orang itu berkumpul dalam satu 'kelompok' sosial.

Dari kejauhan, Evelyn melihat seorang gadis sedang berlari kearahnya, dia mengenali gadis ini adalah gadis yang bertemu dengannya di perjamuan ulang tahun raja, Reina Reinhard.

Evelyn menghela napas lega, setidaknya ada seseorang yang dia kenali di tengah kerumunan orang-orang asing ini.

"Hai Evelyn, ah maksudku Putri Kedua, salam," ucap Reina dengan hormat.

"Panggil aku Evelyn saja, jangan bersikap terlalu formal, itu menggelikan." Evelyn terkekeh pelan, dia tidak suka sapaan Reina untuknya, seakan menarik garis batas kesopanan.

Reina tersenyum lebar dan berseru bahagia, "memang hanya kau yang mengerti–akunmemang tidak suka bersikap formal seperti itu. Kalau begitu, kita memanggil nama masing-masing saja," usul Reina. Evelyn tersenyum tipis lalu mengangguk mengiyakan. Sedikit geli dengan sikap Reina, gadis ini cepat sekali berubah sikap.

Reina menarik tangan Evelyn antusias, membawa gadis itu ke tempatnya duduk. Disana hanya ada Reina seorang, Evelyn mengernyit, apakah daritadi gadis itu tidak berkumpul dengan yang lainnya?

"Ayo duduk, aku daritadi duduk sendiri, tak ada yang menemaniku." Reina berucap cemberut lalu menunduk lesu, seakan benar-benar sedih.

Evelyn sekarang tahu alasannya, gadis ini terlalu blak-blakan untuk gadis anggun seperti mereka. Mungkin karena itu, tidak banyak yang tahan berteman dengan putri semata wayang Duke Reinhard.

Gadis-gadis itu mungkin tidak berani mendekati dan menyinggung Reina. Mereka hanya berangsur-angsur menjauh lalu membicarakan kejelekannya.

"Kau membawa banyak makanan?" tanya Reina begitu melihat Evelyn mengeluarkan beberapa wadah makanan.

Gadis itu mengangguk, "ya, cukup untuk kita makan berdua."

Sekarang sudah banyak makanan dan minuman yang tersedia. Semacak piknik, mereka hanya perlu duduk, berbincang santai dan menunggu perlombaan selesai.

Kecuali sakit atau sedang tidak ada di kerajaan, semua wanita muda memang diwajibkan ikut serta, baik yang sudah menikah ataupun yang belum, asalkan sudah cukup persyaratan umur perlombaan.

Dan Ethan, setiap tahun perlombaan, pria itu selalu pergi ke medan perang dan menjaga perbatasan. Alhasil inilah kali pertama pria itu ikut sebagai peserta.

Juga Evelyn asli, tidak ada ingatan bahwa ia pernah mengikutinya. Mungkin karena terlalu tertutup dan menjauh dari kerajaan, dia tidak pernah mau ikut perlombaan.

"Kau sudah berapa kali ikut perlombaan ini?" Tanya Evelyn penasaran. Reina sepertinya sudah pernah mengikuti acara ini, terlihat dari lihainya dia mengatur tempat seperti ini.

"Tidak banyak, ini kali kedua aku ikut perlombaan" Jawab Reina sambil sibuk membantu menyusun bekal yang dibawa oleh Evelyn. Kedua kali, berarti umur Reina sekarang baru 19 tahun, satu tahun lebih muda dari Evelyn.

Tak lama setelah itu, kerumunan bergumam antusias lagi. Terlihat Emely, yang mengenakan gaun merah muda datang sambil menggandeng tangan Leonardo.

Dan hal yang lebih menarik akan segera dimulai....

Bisik-bisik kembali terdengar riuh menambah suasana ramai perburuan itu. Kebanyakan orang memuji kedatangan Leonardo dan Emely.

(ya ampun mereka sangat serasi)

(menurutmu siapa yang akan memenangkan perlombaan ini lagi)

(untuk apa menebak, bukankah itu selalu pangeran mahkota, beliau akan selalu memenangkan ini untuk Emely)

(pangeran ketiga juga akan hadir, menurutmu siapa yang akan dilamar pangeran jika beliau memenangkan perlombaan ini?)

(hei apakah aku terlihat cantik, aku harap pangeran ketiga akan melirikku)

(jangan berkhayal, bahkan jika pangeran ketiga menang hari ini, beliau tidak akan memilihmu)

(apa kalian melupakan pangeran kedua? untuk pertama kalinya beliau berpartisipasi)

(iya, aku penasaran apakah kehebatan pangeran kedua bisa menyaingi pangeran mahkota?)

(kita lihat saja nanti, aku tidak sabar menantikan siapa pemenang tahun ini)

Sungguh, banyak sekali percakapan yang masuk ke telinga Evelyn dan membuat gadis itu menghela napas jengah.

Dari kejauhan, dia melihat Emely dan Leonardo berjalan sambil bergandengan tangan, sedangkan kuda cokelat milik Pangeran Mahkota, digiring oleh seorang penjaga.

Leonardo melepas tangan yang melingkari lengannya dengan lembut– membisikkan beberapa kata hingga membuat Emely tersenyum malu, setelahnya berbalik dan menuju tempat kudanya diperiksa.

Para wanita yang melihat ini berteriak kagum dan tersipu. Mereka iri dengan keromantisan pasangan itu. Walaupun begitu, tidak pernah ada pengganggu sebab tidak ada yang bisa melampaui pamor Emely di kerajaan ini.

Emely segera disambut Dyana dan Isabella, dua gadis yang selalu menjadi pengikut setianya. Dia menyambut semua tatapan iri dan pujian dari gadis-gadis itu dengan tersenyum rendah hati.

Mereka duduk di tempat yang paling luas, tidak jauh dari tempat Evelyn dan Reina.

"Sangat palsu." Reina berbisik dan melihat semua itu dengan memutar bola matanya malas.

Emely duduk bersama beberapa putri bangsawan lain, di antaranya ada Natasha Hubert, putri Count Hubert, saudara dari Dyana Hubert dan Melany Holand, putri Count Holand.

Matanya melirik ke arah tempat duduk Evelyn, terkekeh mengejek melihat bahwa gadis itu hanya duduk berdua dengan Reina–gadis tidak tahu aturan itu.

Keadaan disekitar damai sampai sebuah suara provokasi terdengar. "Tampaknya seseorang bertemu teman lamanya. Yahh mereka baru bertemu tapi terlihat sangat akrab, mungkin karena kepribadian mereka cocok, sama-sama punya perilaku buruk."

Seorang gadis dari barisan Emely berkata kepada gadis disebelahnya. Dua seakan bergosip dengan temannya itu tapi matanya melirik tempat duduk Evelyn dengan mata mengejek.

Evelyn mengerutkan kening melihat itu, gadis-gadis yang berada di tempat lain mengalihkan tatapan pada mereka. Keadaan hening sampai Reina bangkit dan membalas ucapan Melany.

Reina menghampiri gadis itu sambil bersedekap dada,

"Kau menyindir kami?" tanyanya angkuh, dagunya terangkat yang memperlihatkan bahwa dia tidak gentar.

"A-aku bahkan tidak menyebutkan siapa itu, tapi jika kau merasa tersindir, kaulah orangnya" Melany menjawab sedikit gugup, tangannya memilin lembut sapu tangan tanpa berani melihat langsung mata Reina.

Reina menatap mereka dingin, bibirnya melengkung sinis. "Heh, aku jauh lebih memilih bersamanya daripada menghabiskan waktu dengan sekumpulan gadis munafik seperti kalian. Isinya hanya bergosip dan menjatuhkan orang lain. Katakan padaku, apakah itu yang disebut martabat bangsawan? Atau kalian memang tak punya cara lain untuk terlihat berharga?"

Wajah Melany memerah karena malu dan marah. Ia melupakan rasa takutnya pada Reina, lalu membalas dengan suara meninggi.

"Jangan sombong hanya karena kau putri Duke! Kami juga bangsawan, bukan orang rendahan yang bisa seenaknya kau hina!"

Reina terkekeh pelan, nada tawanya penuh penghinaan. "Bangsawan, katamu? Tapi lidahmu lebih kotor daripada pelayan yang suka mengadu. Kebenaran kau tolak dan fitnah kau agungkan, lalu menyembah seseorang tanpa tahu siapa dia sebenarnya. Kalian tak lebih dari penjilat yang rela menutup mata demi rasa aman kalian sendiri. Menyedihkan."

"Lancang!" Melany membentak, wajahnya bergetar karena emosi. "Jangan pernah membandingkan dirimu dengan Putri Emely! Dia lembut, anggun, dan terhormat–tidak sepertimu yang kasar dan liar. Mari kita lihat, siapa bangsawan yang sudi menikahi perempuan tak tahu sopan santun sepertimu. Jangan-jangan, nasibmu hanya berakhir menjadi istri simpanan pria miskin!"

Seruan Melany yang nyaring membuat lebih banyak kepala menoleh, bahkan para pria. Riuh rendah terdengar saat orang-orang mulai berkerumun, penasaran dengan keributan itu.

More Chapters