Ficool

Chapter 23 - Kandang kuda

Ethan seperti biasa terlihat gagah dengan jubah hitam andalannya, tapi yang membuat mereka kagum adalah wanita disampingnya.

Gadis cantik itu mengenakan gaun heroik khas prajurit wanita dengan rambut perak yang diikat tinggi– menampilkan wajah dingin dan anggunnya.

Mereka berdiri berdampingan, terlihat sangat serasi dengan perpaduan yang indah. Para prajurit menghela napas, memang benar, orang yang bisa memasuki pandangan Pangeran kedua pasti bukanlah orang sembarangan.

"Salam hormat pangeran kedua, salam hormat putri kedua." Gion menyapa sembari menunduk sopan sebagai sambutan.

Evelyn menganggukkan kepala, membalasnya sementara Ethan hanya berdehem singkat.

"Apakah ada yang bisa saya bantu, Pangeran?" tanya Gion.

"Aku ingin melihat beberapa kuda untuk dibawa ke perlombaan berburu dua hari lagi." Ethan menjawab sembari melangkah ke tempat kudanya berada.

Gion mengerutkan kening, biasanya Ethan hanya menyuruhnya membawakan kuda hitam bernama Polis, tanpa perlu datang ke peternakan.

Tapi melihat bahwa Ethan memperhatikan kuda yang lain, dia tahu bahwa Ethan ingin sekaligus mengontrol kuda kuda disini.

"Putri kedua, apakah anda ingin melihat-lihat kuda juga? Ada beberapa kuda yang lumayan jinak disini, jika mau anda bisa mendekatinya atau bahkan menungganginya," ucap Gion ramah setelah melihat Evelyn yang hanya diam sambil mengamati.

Ethan menoleh kebelakang, tidak menyangka bahwa Evelyn sedari tadi tidak mengikutinya masuk.

"Evelyn, kau bisa ikut melihat-lihat disini," panggil Ethan tanpa berbalik lagi.

Evelyn memberikan senyum kepada Gion kemudian ikut melangkah ke dalam mengikuti Ethan. Sedari tadi, dia hanya diam karena melihat pelatihan para prajurit, dia sedikit bernostalgia karena gadis itu pernah ikut berlatih militer dan berkuda.

Gion tercengang mendengar Ethan mengajak Evelyn masuk ke kandang, bukankah wanita tidak suka tempat kasar dan kotor seperti ini.

Pangeran kedua memang terlalu polos, dia bahkan tidak tahu wanita dan apa kesukaan mereka. Sehingga ketika menikah, Pangeran membawa istrinya berlibur ke peternakan kuda alih-alih ke festival atau tempat wisata. Sungguh menyedihkan.

"Tapi akulah yang lebih menyedihkan, aku bahkan tidak mempunyai istri." Gion bergumam sedih.

Ethan mendatangi kuda gagah berwarna hitam, kuda itu terlihat paling besar dari kuda lainnya. Mata Evelyn menyala antusias melihat kuda-kuda gagah itu, dia ingin sekali berkuda dengan salah satu dari mereka.

Ketika Ethan berbalik, dia melihat Evelyn sedang terseyum senang melihat kudanya, dia terkejut karena sebelumnya ia kira bahwa istrinya tak akan suka tempat seperti ini.

Istri...

Wajah Ethan sedikit memerah mengingat itu, cepat-cepat ia berbalik menghampiri dan mengelus polis, kuda kesayangannya.

"Kau ingin mengelusnya?" tanya Ethan pada Evelyn saat melihat gadis itu tersenyum kecil melihat Polis.

Evelyn sedikit terkejut mendengar tawaran itu, bolehkah?

Ia dapat melihat bahwa kuda itu mungkin kuda kesayangan Ethan, sehingga tidak sembarang orang diizinkan untuk mendekati kudanya.

"Tentu," ucap Ethan sambil berdehem menutupi kegugupannya melihat mata berbinar indah itu.

Evelyn memang tidak tersenyum lebar, tapi terlihat jelas dari matanya bahwa dia menyukai kuda-kuda itu. Mulutnya mengulum senyum sambil berusaha menutupinya dengan tenang.

Evelyn perlahan mendekati kuda hitam itu, menyentuhnya dengan lembut dan hati-hati.

"Namanya Polis, dia kuda yang selalu kubawa saat berperang. Saat ini Polis baru selesai masa pemulihan setelah ikut berperang sebulan yang lalu, dia terluka."

Ethan memperkenalkan kuda hitam itu, Polis memang sempat terluka, untungnya sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik.

Pria itu memperhatikan Polis yang mendengkur nyaman di bawah elusan lembut Evelyn. Sebelumnya Ethan takut kuda itu akan mengamuk dan berakhir membahayakan Evelyn, tapi sepertinya kekhawatirannya tidak berarti melihat betapa jinaknya kuda itu sekarang.

"Kau mau menaikinya?" tanya Ethan setelah tidak melihat tanda tanda Polis akan mengamuk.

"Aku ingin menunggang kuda, tapi bukan Polis, tidak tega jika menunggangi Polis saat kuda ini baru saja pulih." Evelyn menolak dengan sadar.

Ia memang berniat berkuda karena sudah lama ia tidak berkuda lagi, siapa tahu kemampuannya akan tumpul jika tidak diasah.

"Bisakah aku meminjam kudamu yang lain," lanjut Evelyn, menoleh langsung pada Ethan.

"Ya, kau boleh memilih kuda disebelah sana." Pria itu mengiyakan.

Matanya berkeliling, kagum pada tubuh-tubuh kekar yang berderap gagah. Namun, pandangannya terhenti pada seekor kuda putih murni, berdiri menyendiri di ujung kandang. Sorot matanya liar, sulit didekati.

"Jangan mendekat, Putri." Gion yang melihat itu segera panik dan mendekat memperingatkan.

Suaranya agak keras karena reflek, setelahnya Gion tersenyum minta maaf dan menjelaskan. "Kuda itu... tak ada yang berhasil menjinakkannya. Bahkan kami tak bisa menungganginya."

Evelyn tersenyum samar. Langkahnya tetap mantap. Ia mendekat perlahan, membisikkan kata-kata lembut seakan berbicara dengan teman lama.

Tangan mungilnya terulur. Keheningan menegang–para prajurit yang melihat dari kejauhan menahan napas mereka.

Kuda itu menggeram rendah… lalu, tak disangka, menundukkan kepala. Evelyn mengusap surainya dengan penuh kelembutan. Sekejap, kuda liar itu tampak jinak di hadapan sang Putri kedua.

"Luar biasa…" bisik salah satu prajurit tak percaya.

Evelyn mengangkat dagu, menatap Ethan dengan senyum penuh kemenangan. "Sepertinya dia memilihku."

Ethan, yang sejak tadi memperhatikan dengan tatapan dingin, akhirnya menampakkan senyum tipis yang jarang muncul.

Gion terkejut bahwa kuda itu tidak menggigit tangan Evelyn, sebelumnya dia bahkan sudah memegang pedang– berjaga-jaga takut kuda itu mengamuk dan berakhir menyerang Evelyn.

Senyum gadis itu terbit lebih lebar melihat kuda itu ternyata tidak menolaknya. Sedangkan Ethan masih tersenyum tipis, dia menduga bahwa kuda itu memang hanya jinak dengan Evelyn, sama halnya seperti Polis.

"Kau mau memilih kuda itu?" Ethan bertanya lagi.

"Iya, apakah dia sudah bisa ditunggangi?" Evelyn bertanya, terlihat penuh harap.

Ethan tertegun sejenak melihat ekspresi itu sebelum mengalihkan tatapannya kepada Gion. Penjaga itu terdiam sebentar, bingung harus merespon apa. Walaupun kuda itu tidak menolak Evelyn, dia tetap takut jika kuda itu belum mau ditunggangi.

"Ka-kalau mau, anda bisa mencobanya putri. Kuda ini sebelumnya belum pernah kami bawa, jadi tidak tahu apakah dia akan mau dinaiki," balas Gion kikuk.

"Tapi tenang saja, saya akan mendampingi anda untuk memastikan bahwa kuda ini tidak membahayakan anda," lanjutnya lagi.

"Tidak masalah, kita akan mencobanya," ucap Evelyn mantap.

Dia melihat kuda itu sangat mirip dengan kudanya di kehidupan sebelumnya, karena itu ia ingin mengenang kuda kesayangannya.

Gion kemudian mengeluarkan kuda itu dari kandang, kuda itu hanya mengikuti tanpa memberontak. Sampai akhirnya ia dibawa keluar kandang menuju tempat Evelyn dan Ethan menunggu.

Evelyn segera menghampiri kuda itu, mengelusnya lagi seakan menanyakan ketersediaannya. Kuda itu membalas perlakuan Evelyn dengan manja, menggosokkan kepala ke tangannya.

Ethan hanya menatap dengan datar dari samping, tak disangka kuda juga mempunyai sifat manja.

"Apakah kuda ini sudah mempunyai nama?" Evelyn bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari kuda tersebut.

More Chapters