"Ya Evelyn, kau tidak usah khawatir. Jika kau tidak mau, kita bisa langsung menolaknya." Justin menambahkan lagi, meyakinkan Evelyn untuk tidak merasa takut akan dekrit itu.
Evelyn tersenyum tipis mendengar kalimat penuh kasih sayang itu. Rasanya indah jika bersama orang yang memikirkan bagaimana pendapat dan perasaan kita.
Ia balas menggenggam tangan Nathalie dan berkata, "Paman, Bibi. Jika kita menolak, bukankah itu akan sangat tidak sopan? Kita bisa saja dihukum."
"Itu tidak masalah Evelyn. Bagi kami, kebahagiaanmu sangatlah penting. Bahkan jika harus menghadapi kemarahan Raja, Paman siap. Asalkan kau tidak menikah atas rasa keterpaksaan atau ketakutan." Justin tetap kekeh menguatkan.
"Iya Evelyn. Selamanya kau bisa menjadi Putri keluarga ini. Bahkan jika kau tidak menikah, kami dan semua rakyat bersedia menjagamu selamanya." Nathalie menambahkan.
Hati Evelyn menghangat, ini pertama kalinya ia mendengar kalimat indah seperti itu. "Paman, Bibi. Jika seperti itu, akulah yang egois. Sudah cukup aku berperilaku buruk, merepotkan kalian dan membuat masalah bagi semua orang disini. Sekarang bukankah sudah waktunya untukku membalas budi? Aku siap menikah dengan Pangeran Kedua itu."
"Tapi Evelyn, pernikahan bukan sekedar percobaan atau pengorbanan. Itu keputusan besar yang dampaknya akan dijalani seumur hidup. Kau tidak bisa mengorbankan dirimu sendiri hanya untuk ini sayang." Nathalie masih sangat cemas.
"Ya. Jika ingin menikah pun, kami tidak menuntutmu mencari orang berpengaruh atau kaya. Kau bisa menikah dengan orang biasa dan menjalani kehidupan damai disini. Bagaimanapun, sumber daya Gregory akan mampu menghidupimu dan keluarga kita." Justin masih sangat tidak setuju.
Aku ingin Paman, tapi sayangnya kondisi sekarang tidak memungkinkan...aku menyayangi kalian, itu sebabnya aku mengambil keputusan sejauh ini, Gumam Evelyn lirih, percuma saja dia mengatakan itu, mereka tidak akan percaya.
"Iya sayang. Belum lagi...Pangeran kedua itu terkenal mempunyai kepribadian buruk dan kejam. Bagaimana jika orang itu tidak memperlakukanmu dengan baik?" Nathalie menghela napas khawatir.
Evelyn menghela napas, ia sudah memperkirakan bahwa tidak akan mudah mendapatkan izin dari paman dan bibinya. "Dan semua itu hanyalah rumor Bibi. Bagaimana jika pangeran kedua ternyata tidak seburuk itu. Seperti reputasiku...rumor memang kadang terlalu di lebih-lebihkan."
"Evelyn, pernikahan adalah perjalanan hidup dua orang. Didalamnya ada komunikasi, saling menghargai dan memahami tanggungjawab satu sama lain. Paman tidak mau kamu menikah dengan orang yang bahkan tidak bisa menghargai orang lain." Justin angkat bicara lagi.
"Paman. Faktanya, kemarin aku sempat bertemu Pangeran Kedua. Dia tidak seburuk yang dikatakan rumor. Dia cukup baik dan tahu batasan, aku yakin bisa menjalani kehidupan pernikahan yang baik bersama beliau." Evelyn terpaksa mengatakan hal-hal seperti ini agar mereka menyetujuinya.
Paman dan bibinya terdiam lama sebelum menghela napas berat. "Baiklah jika kau setuju, aku akan mengirimkan surat balasan. Tapi ingat satu hal, jika Pangeran itu menyakitimu, pulanglah dan datanglah pada kami. Kau akan selalu diterima disini."
Evelyn tersenyum tulus, ia sangat terharu dengan kasih sayang yang mereka tunjukkan. "Pasti, aku akan menjaga diriku dengan baik."
Keesokan harinya, tersiarlah kabar pernikahan antara Pangeran Kedua, Ethan Sander De Coutland dengan Nona keluarga Gregory, Evelyn Gregory.
Dikabarkan bahwa Pangeran Kedua-Ethan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nona Evelyn pada hari diadakannya perjamuan ulang tahun Raja beberapa hari yang lalu.
Kabar itu menuai berbagai reaksi, ada yang bahagia namun banyak juga yang justru tidak senang dengan kabar tersebut. Bahkan ada yang terang-terangan menghina dengan mengatakan bahwa pasangan yang sama-sama mempunyai reputasi buruk itu, sangat cocok satu sama lain.
Perpaduan yang indah, antara Nona tak berguna dengan Pangeran pemberontakan.
Namun sebagian besar orang yang pergi ke perjamuan lalu, telah melihat Evelyn. Secara otomatis mereka bahagia dan mendukung keputusan tersebut. Orang-orang telah melihat dengan jelas bakat gadis itu dan merasa wajar jika Pangeran kedua jatuh cinta padanya.
Sedangkan sebagian lain adalah gadis-gadis yang bersedih mendengar kabar tersebut. Mereka baru saja mengidolakan Pangeran Kedua dan membicarakan semua prestasinya, sampai kabar pernikahan itu mengudara.
Para gadis tersebut menangis dan ramai membuat puisi melankolis untuk menceritakan betapa mereka patah hatinya mereka.
Mereka yang telah patah hati atas pernikahan Pangeran Mahkota merasa lebih sedih lagi mendengar berita ini. Sekarang, hanya tinggal satu Pangeran kerajaan lagi yang masih lajang-pangeran ketiga yang menjadi 'harapan terakhir' mereka.
Beberapa gadis bangsawan duduk melingkar di meja perjamuan sambil menangis tersedu-sedu, sapu tangan renda putih mereka sudah basah oleh air mata.
"Pangeran Mahkota sudah menikah, sekarang Pangeran Kedua juga?!" seru salah satu gadis dengan mata bengkak.
"Apakah nasib kami hanya menjadi penonton di pesta pernikahan para Pangeran?!" tangis yang lain sambil merobek puisinya sendiri.
Ada pula yang menulis sajak pilu:
"Wahai Ethan, bintang keduaku,
belum sempat aku menatapmu,
kau sudah diikat oleh gadis tak berguna itu…"
Para pria tidak kalah, mereka mengurungkan niat untuk melamar Nona Gregory dan hanya bisa melamun merenungi nasib. Para pria itu tahu bahwa mereka akan kalah jika lawannya adalah Pangeran Kedua.
Kabar yang berembus segera menemukan titik terang. Bahwa pernikahan Pangeran Ethan dan Nona Evelyn, akan diadakan beberapa hari lagi.
Sementara objek dari pembicaraan itu, Evelyn duduk sendiri di balkon kamarnya sambil menerawang jauh pada kegelapan. Dalam hati berbisik, akankah keputusan ini berakhir indah?
Sore ini Evelyn akan pergi menemui Tim, dia ingin melihat sejauh mana pembuatan perhiasan yang dilakukan pria paruh baya itu. Dia berangkat menggunakan kereta ditemani Ginna dan pengawal pribadinya-Karl.
Sesampainya disana, dia masuk dan melihat Tim sedang fokus membuat kerajinan lain. Tim mengenalinya dan langsung menyambutnya dengan baik.
"Perhiasan anda sudah siap, Nona."
Kemudian Tim mengambil sebuah kotak beludru mewah, berwarna biru pucat dan memberikannya pada Evelyn.
Ketika kotak perhiasan itu dibuka, terlihatlah perhiasan yang elegan, sederhana namun cantik-persis seperti yang diharapkannya.
Set perhiasan ini memang didesainnya dengan permata biru muda sehingga memberi kesan sederhana tapi cantik. Seakan keindahan dan keanggunan dalam satu set itu terukir abadi dalam kesederhanaan.
Perhiasan seperti ini banyak dijumpai di dunianya dulu namun disini, perhiasan yang umumnya dipakai selalu berat dan rumit, hal itu untuk memberi kesan mewah pada pemakainya. Itulah yang menyebabkan masyarakat menengah ke bawah hampir tidak bisa membelinya.
Dan Evelyn datang untuk menjual dengan harga yang lebih murah dan terjangkau untuk mereka. Namun selain itu, ada juga versi lebih mewah dan mahal dari perhiasan utama ini.
"Ini sangat bagus Tuan, persis seperti yang saya bayangkan," ucap Evelyn dengan tulus memuji.