Tanpa membuang waktu, Ethan mengambil stempel resminya dan menandatangani kontrak itu. Mereka masing-masing sangat puas dengan bentuk kerjasama yang mereka ambil.
"Pernikahan ini akan berlangsung selama beberapa waktu sampai anda naik tahta. Saya akan membantu anda di masyarakat kelas atas dan mengambil dukungan lagi. Setelah anda naik tahta, saya akan segera pergi dari kehidupan anda." Melihat raut wajah orang di depannya yang tidak banyak berubah, ia menambahkan lagi.
"Setelah itu, anda bebas mengambil istri lain ataupun menikahi wanita yang anda cintai. Saya tidak akan mengganggu keputusan anda selama itu terjadi diluar kerjasama kita. Tapi saya harap, anda akan selalu memenuhi janji anda untuk melindungi wilayah Gregory."
Ethan menatap langsung, merasa sedikit terkejut dengan perkataan Evelyn. Gadis itu menatapnya tanpa gentar yang membuat Ethan sedikit terkekeh.
Evelyn pintar, namun apa yang membuat dia mengambil hal beresiko tinggi seperti ini?
Ia bahkan tidak berniat menjadi Ratu tapi mengapa mengorbankan kehidupan damainya hanya untuk ini?
Hal mendesak apa yang telah mengancam nyawa gadis ini...?
"Ya, aku setuju," ucap Ethan singkat tanpa terlalu banyak berpikir lagi. Bahkan jika dia berpikir cermat pun, tidak ada yang perlu disesali dari kerjasama mereka.
"Baiklah kalau Pangeran setuju, saya pikir tidak ada lagi yang perlu kita bahas. Saya pamit," ucap Evelyn dan mundur dari ruangan itu menemui Ginna yang sedang menunggu nya diluar.
Ethan menatap punggung tegap itu dalam, ia tahu-setelah ini kehidupannya mungkin akan berubah total.
Ia bersandar di kursinya setelah Evelyn keluar, jemarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme teratur.
Gadis itu terlalu berani... terlalu tahu banyak. Jika bukan karena rasa ingin tahu, seharusnya tadi ia sudah memerintahkan Kane untuk mengusirnya bahkan sebelum masuk ke ruangan ini.
Namun, tatapan emas itu... untuk sesaat mengingatkannya pada malam gelap di mana gadis yang sama berdiri menatap berani ke arahnya. Sulit untuk diabaikan.
"Bodoh," gumamnya pelan, menepis pikiran yang mulai mengganggu. "Aku hanya akan memanfaatkannya. Tidak lebih."
Tetapi entah mengapa, bayangan Evelyn yang menatapnya tanpa gentar masih bertahan di kepalanya, lebih lama daripada yang ia harapkan.
"Nona!? Anda tidak apa-apa?" Ginna yang menunggu dengan cemas segera memeriksa begitu melihat kedatangan Evelyn. Ia sangat takut Pangeran Kedua itu akan marah pada usulan Nonanya dan berakhir menyakitinya.
Dean yang juga berjaga diluar itu mengernyitkan kening tidak setuju. Gadis ini bertingkah seolah-olah Tuannya akan melukai atau membunuh Nona Gregory.
"Tidak masalah, aku baik-baik saja. Semua berjalan dengan lancar, mari kita kembali sekarang," ungkap Evelyn, dia bisa bernapas lega sekarang.
"Syukurlah, baik Nona." Keduanya langsung keluar dan pulang dengan hati yang ringan. Ginna lega Nona nya selamat sedangkan Evelyn lega Ethan bersedia menerima usulannya.
***
Pagi ini adalah hari kepulangan mereka ke kediaman Gregory. Evelyn tidak berniat untuk tinggal lama disini, akan merepotkan jika ia mendapati lebih banyak musuh lagi.
Evelyn mengobrak-abrik buku di perpustakaan terbesar kerajaan, mencari fakta tentang racun Lican ini. Informasi tentang Lican akan sangat berguna baginya dan Pangeran kedua.
Racun Lican memiliki julukan sebagai racun yang bernapas dalam kegelapan. Racun itu adalah racun yang tumbuh di wilayah tropis, tepatnya di Kerajaan ini. Racun ini awalnya berbentuk tanaman, bernama tanaman Lican yang hanya akan mekar pada malam hari.
Itu adalah sejenis tanaman merambat yang menjalar dan berdaun lebar. Tanaman ini tumbuh liar di kedalaman hutan kerajaan Salaryn.
Biasanya, tanaman Lican akan dikumpulkan dan dijemur selama beberapa hari dibawah terik sinar matahari. Setelah kering, tanaman itu disimpan untuk dijadikan ramuan dengan campuran bahan pelengkap lainnya.
Pembuat racun ini bukan sembarangan orang, mereka biasanya adalah orang yang mempunyai keahlian di bidang obat-obatan, atau tabib sakti.
Racun ini berbahaya, banyak orang yang telah mencoba mengembangkan racun ini dan berakhir mati karena tidak tahan akan efeknya.
Sebagian besar terkena racunnya sendiri sementara yang lainnya mati keracunan setelah tidak membersihkan dengan cermat tangan-yang digunakan untuk memegangnya.
Ting!!!
Ditengah lamunannya, tiba-tiba Evelyn dikejutkan dengan suara notifikasi sistem.
Misi: mencari fakta tentang racun Lican.
Hadiah : 10.000 koin sistem
Astagaaa, ingin rasanya Evelyn berteriak meluapkan kekesalannya.
Ini... adalah hal yang sangat menantang dan berbahaya tapi sistem dengan mudahnya memberikan misi seperti ini padanya.
"Permisi Nona, kereta sudah siap, kita bisa kembali sekarang." Ginna memanggilnya untuk ke sekian kalinya.
"Baiklah." Evelyn bangkit dan keluar. Ia pasrah dengan masalah racun Lican ini.
Mau tidak mau, mereka memang harus mengungkapkan kebenarannya agar kejahatan orang-orang yang menggunakan racun itu segera terungkap.
Evelyn menguatkan dirinya dengan tekad, bagaimanapun ini demi kebaikannya dan keluarganya. Ia bersedia menunggu dengan siap masa depan yang menanti.
Ethan datang dengan langkah mantap ke ruangan tempat kerja Raja Philip. Setelah sampai, tanpa berkata apapun ia langsung masuk dan duduk.
Raja menoleh tenang dan mendapati bahwa itu ternyata Putra keduanya, Ethan Sander De Coutland.
"Apa yang membuat putra kebanggaanku ini datang menemuiku?" Raja bertanya sambil menatap Ethan penuh kesabaran.
"Aku meminta pernikahan," ucap Ethan dingin tanpa basa basi.
Raja sempat terkejut sejenak kemudian tertawa bahagia. "Hebat, putraku yang penyendiri ini akhirnya bersedia menikah."
Ia menghentikan tawanya sebelum melanjutkan, "Katakan, siapa gadis yang beruntung itu?"
"Evelyn Gregory, gadis bangsawan Duke Gregory. Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama." Ethan berkata dengan dingin.
"Gregory? Itu bukankah gadis yang memainkan alat musik itu? Bagus, selera mu tidak buruk, gadis itu sangat baik dan berbakat. Baiklah, aku memberikan restu dan akan segera mengirim surat lamaran pada keluarga mereka," ucap Raja lagi, raut bahagia terpancar jelas dimatanya.
"Ya, secepatnya," sahut Ethan datar sebelum bangkit dan keluar dari ruang kerja ayahnya.
Raja yang melihat itu hanya menggelengkan kepala atas perilaku tidak sopan putranya.
Malam harinya, kediaman Gregory mendapatkan surat resmi berstempel kerajaan.
Begitu membaca isi surat itu, Duke dan Duchess Gregory terdiam kaget dan segera memanggil Evelyn ke ruangan mereka.
"Paman, Bibi, ada apa?" Evelyn datang dengan tenang seakan tidak tahu apa-apa. Paman dan bibinya duduk di kursi kerja sambil menatap terkejut surat di tangan mereka.
"Evelyn...ini...." Keduanya tampak ragu-ragu sejenak, saling berpandangan sebelum memberi tahu Evelyn.
Justin menarik napas dalam-dalam kemudian berkata perlahan, "Raja mengirim lamaran pernikahan antara kau dan Pangeran Kedua." Hening sejenak, keduanya menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "apa kau bersedia?"
Sebelum Evelyn bahkan sempat menjawab, Nathalie segera menggenggam tangan keponakannya itu dan berkata dengan lembut. "Evelyn, jika kau tidak setuju, kita bisa menolak dekrit tersebut."