Ethan menatap dingin surat itu sejenak, kemudian mengambil alih dan membacanya dengan teliti. Dalam surat tertulis bahwa gadis itu memiliki hal penting yang ingin dibicarakannya dengan pangeran kedua.
Ethan menatap surat dengan stempel biru resmi itu dalam diam. Benaknya mengingat gadis yang terakhir kali ia lihat sedang berbincang dengan Louis.
Melihat keterdiaman Ethan, Dean mulai berbicara, "kalau anda tidak bersedia, saya akan membakar-"
"Kirim balasan! katakan bahwa aku akan menerima kunjungan mereka. Dan aku harap kunjungan itu benar-benar penting," ucap Ethan dingin menyela kalimat Dean, yang membuatnya terkejut.
"I-ini..." Dean ingin memastikan lagi sebelum tatapan Ethan membuatnya menelan pertanyaannya.
"Baik, Tuan. Saya akan segera mengirim balasan," ucap Dean buru-buru mengiyakan.
Tidak biasanya Tuannya menerima kunjungan pribadi, apalagi dari seorang gadis. Sepertinya memang ada hal penting yang akan disampaikan Nona Gregory itu.
Sepeninggal Dean, Ethan tetap diam di kursinya dengan mata yang masih memperhatikanmu surat itu. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya.
Ethan tahu, ia melihat gadis itu bertemu dengan Louis beberapa waktu lalu. Bibirnya melengkungkan seringai dingin samar, ingin tahu apa yang ada di otak adik tirinya itu.
Mengenai Evelyn Gregory... Ethan juga ingin memastikan apakah ia musuh yang perlu dilenyapkan atau tidak.
Malam harinya, dua hari setelah pesta pernikahan putra mahkota dan Emely, Evelyn mengatur kunjungan ke kediaman pangeran kedua yang berapa di sisi barat istana kerajaan.
Dia membawa serta Ginna untuk kunjungannya kali ini. Tempat itu lumayan jauh karena hampir tiga kali lipat jauhnya dari istana utama ke penginapan.
Kemarin, dia sudah memberikan surat kunjungan kepada penjaga pribadi pria itu. Tidak lama setelahnya, terdapat balasan bahwa ia bisa berkunjung ke kediaman pangeran kedua malam ini.
Sesampainya disana, mereka disambut kepala pelayan kediaman pangeran kedua. Kediaman itu bernuansa dingin–sebagian besar berwarna putih dan abu-abu.
"Silahkan masuk, Nona." Pelayan itu–Dean menghentikan mereka di depan pintu berwarna hitam dan mempersilahkan Evelyn masuk.
Evelyn mengangguk kemudian menoleh pada Ginna yang memasang wajah takut. "Kau tunggulah disini."
Ginna mencengkeram tangan Evelyn, mencegahnya masuk. "Nona...anda benar-benar akan pergi sendiri?"
Evelyn bergumam dengan senyum kecil, "ya, percayalah padaku."
Ginna masih memasang wajah bermasalah sebelum akhirnya menghela napas pasrah. Pelukan di tangan Evelyn terlepas dan ia segera masuk ke dalam ruangan dingin itu.
Evelyn memasang wajah tenang dan dinginnya, namun dalam hati ia gugup dan gelisah tentang apa yang akan ia hadapi di balik pintu tertutup itu.
Gadis itu membuka pintu ruangan dengan derit pelan, di dalam terdapat dua orang pria. Satu orang duduk di kursi sambil membaca sebuah dokumen, yang Evelyn kenali sebagai pangeran kedua, Ethan. Sementara pria satunya tengah berdiri tegak di samping Ethan.
Begitu Evelyn masuk dengan tenang, Ethan melirik ke arah Kane, seakan memberinya isyarat untuk meninggalkan tempat ini. Kane pun menunduk sopan dan keluar meninggalkan keduanya.
Ethan menutup perlahan dokumen penting yang ada di hadapannya dan menunjuk dengan tangan ke arah kursi di seberangnya, mengisyaratkan Evelyn untuk duduk.
Evelyn duduk dengan tenang walaupun hatinya merasa sedikit gugup akan aura mencekam pria itu.
"Apa gerangan yang membuat nona Gregory berkunjung ke kediaman saya." Suara dingin Ethan menggema di ruangan, menusuk sampai ke hati Evelyn namun gadis itu menahan napas pelan.
Ia memasang ekspresi dingin lalu menimpali dengan sopan. "Hormat yang mulia Pangeran kedua, saya datang ke sini untuk membicarakan sesuatu."
"Apa yang perlu disampaikan?" sahut Ethan lagi dengan dingin, matanya menatap langsung kepada Evelyn, seolah ingin membaca pikirannya.
Evelyn benci apa yang akan dikatakannya ini namun itu harus dilakukan. Gadis itu menarik napas dalam dan mulai berbicara, "maaf Pangeran, saya mendengar bahwa anda sempat didesak oleh Raja untuk menikah. Apakah Pangeran sudah mempunyai kandidat yang cocok?"
Demi apapun, gadis itu merasa harga dirinya tercoreng. Dialah yang pertama kali meminta pernikahan kepada seorang pria. Evelyn menggertakkan giginya dalam diam namun segera tersenyum dan melanjutkan,
"Jika pangeran belum mendapat kandidat yang tepat, saya bersedia menjadi pasangan pernikahan anda, lebih tepatnya pernikahan kontrak," ucap Evelyn berani, terlihat sangat meyakinkan.
Ethan mengangkat alisnya seakan bertanya darimana gadis ini mengetahui hal itu dan melirik dengan dingin.
Ia terkekeh meremehkan lalu berkata, "aku tidak memerlukan bantuan anda, Nona."
Walaupun dia sudah menentukan untuk memilih sendiri pasangannya nanti, tak dipungkiri bahwa Raja masih akan mendesaknya untuk segera menikah karena umurnya sudah cukup. Bedanya Raja tidak akan menjodohkannya dengan seseorang tanpa persetujuannya.
Evelyn menggertakkan gigi, ia merasa marah karena diremehkan. "Saya tahu bahwa anda tidak memerlukan bantuan saya untuk sekarang. Namun menilai dari pangeran yang tengah memiliki konflik dengan pangeran lain, saya tahu anda ingin memasuki lingkaran sosial dan berencana untuk merebut tahta."
Tepat setelah kalimat itu jatuh, udara disekitar tampak lebih mencekam dan diri dari biasanya.
Inilah yang telah diketahui Louis sehingga membuat Pangeran ketiga nekat membunuhnya. Ia tahu bahwa kakak keduanya yang selama ini diam, telah berencana mengambil tahta.
Hal itu menjadi ancaman yang lebih besar karena selain memiliki kekuatan berupa pasukan militer, Pangeran kedua juga adalah pemilik sah tahta-seseorang yang lahir dari Ratu, bukan dari selir seperti mereka.
Ratu saat ini, merupakan selir agung yang diangkat menjadi Ratu setelah Ratu pertama meninggal dunia karena sakit.
Dan yang lebih parahnya lagi, dari buku sistem, dia mengetahui bahwa Ratu saat inilah yang telah meracuni Ratu terdahulu supaya dia bisa naik tahta.
Itu artinya, pemberontakan yang akan dilakukan oleh Ethan ini adalah sah. Karena dialah pemilik asal dan keturunan langsung Ratu kerajaan.
"Jika pangeran menyetujui rencana saya, kita akan menikah secepatnya dan setelah itu, saya berjanji akan membantu pangeran untuk naik tahta."
Usulan Evelyn sedikit menggoyahkan prinsip Ethan. Tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan irama teratur sampai suara Evelyn terdengar lagi.
"Seperti yang pangeran tahu, Gregory merupakan keluarga bergelar Duke, dan sangat disegani di Kerajaan ini. Dengan kehormatan itu, pendukung yang selama ini bersama keluarga Gregory akan turut ikut dalam faksi pangeran kedua. Juga untuk kekayaan dan sumber daya, wilayah Gregory kami akan ikut langsung mendukung dan menyediakan perbekalan jika hal-hal seperti peperangan terjadi. Bagaimana menurut anda, pangeran?" Evelyn berkata dengan senyum tipis yang mengandung provokasi.
Ethan terkekeh samar dan kagum dengan keberanian gadis itu. Dia bertanya, "apa lagi yang bisa kau berikan padaku, dan apa yang kau minta sebagai timbal balik."
Setelah itu, dia akan mempertimbangkan apakah akan menyetujui permintaan gadis ini atau tidak.
Bagaimanapun, Ethan memang berencana ingin merebut tahta dari putra mahkota. Dia sudah muak dikendalikan dan diremehkan oleh Ratu dan putra-putranya itu.