Ficool

starlight in the universe sky

ryukiid
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
212
Views
Synopsis
"aku tidak membutuhkan siapapun di sisiku" jalan orang terkuat, adalah jalan kesendirian. selama aku cukup kuat, tidak akan ada yang bisa melawan ku. menciptakan bencana dan mengubah dunia sesuai keinginan. aku Rio, membutuhkan orang-orang di sekitarku, tidak ada yang namanya jalan penyendiri. yang ada hanyalah jalan untuk menajadi yang terkuat sambil melindungi sesuatu yang berharga. apa itu kelas biasa? bahkan jika aku mendapatkan kelas mystic, aku akan tetap berjuang keras dan menggapai impian. walaupun orang-orang merendahkanku, aku akan terus maju, baik susah maupun senang.
VIEW MORE

Chapter 1 - chapter 1: memutus takdir

Di suatu tempat di alam semesta yang hening dan gelap, sebuah cahaya berkelana tanpa arah. Tidak besar, hanya sebesar kepalan tangan, namun cahayanya menembus ruang hampa yang tidak mengenal batas.

Cahaya itu tidak pernah redup, tidak pernah padam. Kadang ia berputar pelan, kadang berdenyut lembut, seperti jantung yang berdetak. Tidak ada yang tahu apa tujuannya, namun keberadaannya seperti sesuatu yang tidak seharusnya ada di dunia ini.

Setiap kali ada yang mencoba mendekat, hasilnya selalu sama, lenyap tanpa sisa. Seolah keberadaan mereka dihapus dari kenyataan, tanpa suara, tanpa bekas. Yang tertinggal hanyalah kesunyian, seakan tidak pernah ada apa pun yang mendekatinya.

Namun cahaya itu tidak pernah peduli. Ia terus melintas, terus bergerak, menembus ruang dan waktu selama kurun waktu yang tak terhitung. Bintang lahir dan mati, galaksi hancur dan tercipta kembali, tetapi cahaya itu tetap melayang, abadi dalam perjalanan tanpa akhir.

Hingga suatu ketika, setelah entah berapa triliun tahun, cahaya itu berhenti.

Kesunyian alam semesta mendadak terasa berbeda. Seolah-olah keberadaan cahaya yang berhenti itu telah mengguncang hukum keteraturan itu sendiri. Tidak ada suara, tidak ada tanda, hanya sebuah rasa ganjil yang menusuk kedalaman ruang.

Cahaya itu diam, tidak bergerak, hanya berdenyut perlahan. Seakan sedang menunggu sesuatu. Waktu terus berjalan. Ratusan juta tahun, miliaran tahun, bahkan triliunan tahun…. tetap tidak ada yang berubah.

Lalu tiba-tiba, cahaya itu bergerak lagi. Kali ini dengan irama berbeda. Setiap denyutnya semakin cepat, hingga akhirnya ia memecah kesunyian dengan membuka sebuah celah dimensi.

Retakan ruang terbentuk di udara, seperti sobekan di kain realitas. Dari balik celah itu, tidak ada cahaya, tidak ada warna, hanya kegelapan murni.

Dalam sekejap, cahaya itu melesat masuk ke dalam celah.

Dan begitu saja lenyap tanpa jejak.

Kekaisaran Vixion.

Kota A, Area Tiga

Kereta api berguncang pelan, suara roda besi beradu dengan rel terdengar berulang, seiring laju kendaraan. Rio duduk di kursinya, menatap keluar jendela. Pemandangan ladang hijau terbentang luas, berganti hutan lebat, lalu bukit-bukit kecil yang seakan berlari mundur di matanya.

Tiba-tiba, suara lembut menyapanya.

"Rio…"

Ia menoleh. Seorang gadis dengan rambut merah panjang dan senyum hangat berdiri di sampingnya.

"Apakah aku boleh duduk di sampingmu?" ucap Amelia, suaranya terdengar ringan, tapi matanya menatap Rio dengan cara yang berbeda, seolah menyimpan sesuatu.

Rio tersenyum tipis dan mengangguk. "Tentu."

Amelia duduk perlahan di sampingnya. Bahunya hampir menyentuh lengan Rio. Saat mata mereka bertemu, wajah Amelia memerah, napasnya sedikit tercekat.

Rio memperhatikan, alisnya sedikit terangkat. Ia mengulurkan tangan, menyentuh pipi Amelia dengan hati-hati.

"Ada apa dengan wajahku?"tanyanya pelan.

Wajahnya kini hanya sejengkal dari wajah Amelia. Keheningan mendadak menyelimuti, hanya deru kereta yang terdengar. Pipi Amelia makin panas, matanya bergetar, lalu dengan panik ia mendorong wajah Rio menjauh.

"A-aku hanya… khawatir denganmu!" katanya terbata-bata, suaranya naik turun.

Rio terdiam sejenak, lalu tersenyum lembut. Dalam hatinya, ia bergumam: "Terima kasih… karena sudah mengkhawatirkanku."

Amelia menggenggam kedua tangan Rio dengan erat. Tatapannya penuh keyakinan dan harapan.

"Tidak apa-apa. Masih ada kami di sisimu!"

Keceriaan gadis itu seakan menyalakan sesuatu dalam hati Rio. Ia hanya bisa menarik napas panjang. Dua belas tahun… aku sudah menunggu selama itu.

---

Hari Sebelumnya, di sekolah.

Ruangan aula besar dipenuhi murid-murid muda. Wajah mereka tegang, napas tertahan. Hari ini adalah Upacara Pemilihan Kelas — momen yang menentukan masa depan.

Di tengah ruangan berdiri bola kristal biru sebesar kepala manusia, berkilauan halus. Satu per satu murid maju, meletakkan tangan mereka, dan menunggu keajaiban terjadi.

Seorang murid bernama Leon maju dengan langkah mantap. Saat telapak tangannya menyentuh kristal, ruangan berguncang halus. Kristal itu mendadak memancarkan cahaya biru keemasan, begitu terang hingga sebagian murid menutup mata.

"Cahaya ini…!" seru salah satu pengawas dengan suara tercekat.

"Ini—kelas legendary! Tidak, lebih dari itu…"

Di atas kristal, cahaya membentuk wujud sayap. Lalu, perlahan, sosok malaikat agung turun dari cahaya. Rambutnya keperakan, wajahnya begitu indah hingga semua yang melihat tak berani menatap lama. Aura ketenangan menyapu seluruh ruangan.

Keributan pecah.

“Malaikat… dia memanggil malaikat!”

“Itu… kelas Mystic!”

Malaikat itu membuka mulut, melantunkan bahasa aneh yang tak dipahami siapa pun. Tubuh Leon diangkat perlahan oleh cahaya, hingga berdiri sejajar dengan malaikat. Dan… yang mengejutkan semua orang: malaikat agung itu bersujud di hadapan Leon.

Para pengawas melotot, ternganga tanpa suara. Bahkan pak tua yang memimpin upacara gemetar, air mata membasahi matanya.

"Akhirnya… kelas Mystic muncul kembali setelah sepuluh ribu tahun…"

Cahaya malaikat meledak, berubah menjadi pedang emas dengan corak merah yang melayang di udara. Leon mengulurkan tangan, pedang itu menyatu ke genggamannya. Ia menarik sarung pedang, mengangkatnya tinggi-tinggi, dan berseru dengan suara yang menggema ke seluruh aula:

"Akulah… Pewaris Dewa!"

Cahaya putih menyilaukan menyapu ruangan. Partikel bercahaya turun seperti hujan suci, membuat semua murid berlutut, bersujud, menyembah bocah itu layaknya dewa yang turun ke dunia.

Sungguh pemandangan yang agung.

Namun… hanya ada satu orang yang tidak menunduk.

Rio.Anak laki-laki dengan bakat biasa, yang oleh semua orang dianggap tak punya masa depan.