Ficool

Chapter 3 - Bab 3 – Sang Suami Dingin dan Arogan

Malam itu, mobil hitam mewah berhenti di depan sebuah rumah megah bergaya modern. Pintu otomatis terbuka, memperlihatkan halaman luas dengan taman rapi yang diterangi lampu-lampu taman.

Aruna melangkah keluar dengan canggung, menatap kagum pada rumah yang bahkan lebih besar dari hotel bintang lima yang pernah ia lihat.

"Mulai malam ini, ini tempat tinggalmu."

Suara Rafael terdengar datar, seakan ia hanya sedang menyebutkan fakta tanpa arti.

Aruna menelan ludah, lalu bertanya hati-hati.

"Apakah saya akan tinggal… di sini bersama Anda?"

Rafael menoleh sekilas, tatapannya tajam.

"Tentu. Apa menurutmu aku akan membiarkan istriku tinggal di luar?"

Nada suaranya terdengar sinis. Aruna menunduk, wajahnya memerah karena malu sekaligus tertekan.

Mereka berjalan masuk. Interior rumah itu begitu megah—lantai marmer putih berkilau, chandelier kristal menggantung di langit-langit, dan lukisan mahal menghiasi dinding. Namun, dinginnya suasana membuat Aruna merasa rumah itu bukan tempat tinggal, melainkan istana tanpa jiwa.

Seorang wanita paruh baya mendekat sambil menunduk hormat.

"Selamat datang, Tuan Muda, Nyonya."

Aruna tersentak mendengar panggilan itu. Nyonya? Kata itu masih terasa asing di telinganya.

Rafael hanya mengangguk singkat. "Ini Aruna. Mulai sekarang, perlakukan dia sesuai statusnya."

Wanita itu tersenyum hangat pada Aruna, berbeda jauh dari ekspresi Rafael.

"Baik, Tuan. Nyonya, saya akan mengantar Anda ke kamar."

Namun sebelum Aruna sempat mengucapkan terima kasih, Rafael bersuara lagi.

"Bawa dia ke kamar tamu di lantai dua. Jangan salah tempat."

Aruna mendongak, terkejut. "Kamar tamu…?"

Rafael menatapnya tajam, wajahnya tanpa ekspresi.

"Sejak awal sudah jelas, pernikahan ini hanya kontrak. Jangan pernah mengira aku akan berbagi kamar denganmu."

Kata-kata itu menusuk lebih dalam dari yang Aruna bayangkan. Rasanya seolah ia bukan istri, melainkan hanya tamu asing yang kebetulan tinggal di bawah atap yang sama.

Aruna menggenggam erat ujung gaunnya, menahan perasaan yang bergolak.

"Baik… saya mengerti," jawabnya lirih.

Rafael berbalik dan melangkah pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Aruna yang berdiri terpaku.

Dalam hati Aruna berbisik, "Kalau begini, bagaimana aku bisa bertahan setahun ke depan?"

More Chapters