Ficool

Chapter 4 - Bab 4 – Aturan Rumah Tangga Rafael

Pagi pertama di rumah megah itu, Aruna bangun lebih awal. Ia masih merasa asing dengan kasur empuk, tirai tebal, dan aroma ruangan yang terlalu mewah untuk dirinya.

Namun, saat ia turun ke ruang makan, pemandangan yang menunggunya membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

Rafael sudah duduk di meja panjang, mengenakan setelan jas rapi. Tatapannya dingin, seakan menembus langsung ke dalam jiwa Aruna.

"Duduk." Suaranya singkat, penuh perintah.

Aruna menurut, duduk di kursi di seberangnya. Pelayan segera menyajikan sarapan lengkap—jus jeruk segar, omelet, roti panggang, dan buah.

Namun sebelum ia sempat menyentuh garpu, Rafael berbicara.

"Mulai hari ini, ada beberapa aturan yang harus kau ikuti di rumah ini."

Aruna menelan ludah, tangannya kaku di atas meja.

"Peraturan…?" tanyanya ragu.

Rafael meletakkan sendoknya dengan tenang, lalu menatapnya lurus.

"Pertama, jangan pernah ikut campur urusanku di luar rumah. Kau bukan bagian dari bisnis, jangan coba-coba mencampuri."

Aruna mengangguk pelan.

"Baik…"

"Kedua," Rafael melanjutkan, "di depan publik, kau harus berperan sebagai istri yang sempurna. Senyum, bicara sopan, jangan buat skandal. Namamu sekarang terikat dengan namaku."

Kata-kata itu terdengar lebih seperti ancaman daripada nasihat.

"Ketiga," Rafael menekankan dengan nada dingin, "jangan sekali-kali mencoba mendekatiku lebih dari yang diperlukan. Kita hanya suami istri di atas kertas. Jangan pernah lupa itu."

Aruna menunduk, menggenggam erat roknya di bawah meja. Kata-kata itu menusuk, tapi ia tahu tak ada ruang untuk protes.

"Dan terakhir," Rafael berhenti sejenak, lalu mencondongkan tubuhnya, "jangan pernah melanggar kontrak. Sekali kau mencoba menipu atau berkhianat, kau akan menyesal."

Aruna membeku. Tatapan Rafael begitu dingin, membuat tubuhnya merinding.

Ia menarik napas panjang, lalu menjawab lirih,

"Saya mengerti, Tuan Rafael. Saya akan mematuhi semua aturan."

Rafael kembali bersandar ke kursinya, lalu menyesap kopinya dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa.

Namun, di hati Aruna, sebuah perasaan pahit tumbuh semakin kuat.

"Apakah aku hanya tahanan di dalam pernikahan ini?"

More Chapters