Ficool

Chapter 9 - Pangeran Kedua

"Aku Evelyn, Evelyn Gregory," balas Evelyn singkat sambil menyambut uluran tangan dari gadis yang ternyata putri Duke Reinhard, salah satu Duke kerajaan.

"Oh astaga, kau putri Gregory yang dirumorkan itu?" Reina bertanya sambil menutup mulutnya terkejut. Lalu dia menatap Evelyn dengan tatapan menyelidik.

Sebelumnya ia sudah melihat bahwa gadis ini terlibat sedikit masalah dengan Dyana dan Isabelle, dia tidak menyangka gadis berani itu adalah Evelyn Gregory.

Evelyn memasang wajah dingin dan setelah beberapa saat mengamati, Reina kembali memasang wajah seperti tadi dengan santai dan sembrono seakan tak peduli citra bangsawannya.

"Kau tidak seperti rumor ternyata, mereka bilang putri Gregory itu manja, tidak berguna dan hanya tahu berdandan saja. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa putri Gregory itu sombong, kasar dan emosional. Tapi lihatlah sekarang, kau begitu anggun dan penampilanmu cantik tanpa banyak perhiasan. Orang yang menyebarkan rumor sungguh buta, bagaimana kau yang begitu baik ini disebut sebagai orang tanpa otak," oceh Reina tanpa menghiraukan apakah lawan bicara akan menanggapi atau tidak.

Evelyn sedikit tersenyum melihat Reina, yang berbicara apa yang dipikirkannya tanpa beban, itu sepertinya akan melegakan.

Gadis ini sungguh menyenangkan dengan kepribadian lugasnya, dia juga tulus dalam memuji dan mengkritik seseorang. Dia mungkin tidak akan terganggu dengan kehadiran gadis ini.

"YANG MULIA RAJA DAN RATU MEMASUKI AULA." ucapan menggema seorang kasim mengisyaratkan mereka semua agar berdiri dan memberi hormat.

Mereka bergegas mengatur posisi dan memberi jalan tengah untuk dua orang paling penting di kerajaan untuk lewat.

Semua orang di aula menunduk hormat menyaksikan pemimpin kerajaan ini. Raja masuk dengan berwibawa beriringan dengan Ratu yang sedang merangkul lengannya.

Raja mengenakan jubah Kebesarannya yang berwarna emas, sedangkan sang Ratu berjalan anggun dengan rambut pirang disanggul dan menggunakan gaun indah keemasan khas seorang Ratu.

Tidak lama kemudian Pangeran Mahkota, Leonardo Von De Coutland, berjalan dengan gagah dan berwibawa menggunakan jubah kebesarannya yang berwarna emas dengan sedikit corak putih.

Evelyn melihat dengan jelas wajah Pangeran Mahkota kerajaan ini , tampan, mulia dan bermartabat. Mata birunya sangat menarik dipadukan dengan rambut hitamnya.

Pangeran itu lewat, tampan dengan aura Raja masa. Visual yang membuat Evelyn asli tergila-gila sampai mendatangkan petaka bagi seluruh rakyat Gregory.

Evelyn melirik ekspresi Reina yang ada di sebelahnya, gadis itu berdiri dengan santai sambil melihat kuku-kuku nya. Tampaknya Reina bukan tipe gadis yang tertarik dengan ketampanan, atau justru dia tidak menyukai tipe seperti pangeran mahkota.

Kemudian dibelakang lagi berjalan Pangeran Ketiga kerajaan, Louis Von De Coutland. Menggunakan jubah kebesaran putih dengan corak keemasan, Pangeran ketiga berjalan anggun sambil tersenyum lembut dan ramah ke semua bangsawan yang ada.

Hal ini membuat pangeran ketiga juga merupakan pangeran yang banyak disukai orang-orang karena pembawaannya yang menyenangkan.

Evelyn sempat memperhatikan mata pangeran ketiga, dia juga memiliki mata biru dan rambut hitam yang sama dengan pangeran mahkota. Bedanya, mata pangeran mahkota lebih muda, sedangkan pangeran ketiga lebih biru kehijauan, mirip mata Ratu.

'Apa semua anggota kerajaan memiliki mata biru' pikirnya.

Hal ini mengingatkannya dengan warna mata orang yang bertarung dengannya beberapa hari yang lalu. Warna matanya juga biru, tapi entah karena pencahayaan malam itu, dia yakin warna mata pria itu biru yang lebih gelap lagi, biru tua dan dalam. 

"PANGERAN KEDUA MEMASUKI AULA."

Di saat semua orang bersiap untuk kembali ke tempat duduk masing-masing, terdengar lagi suara kasim yang mengumumkan bahwa pangeran kedua kerajaan, Ethan Sander De Coutland datang ke perjamuan.

Orang-orang ramai berbisik karena Pangeran yang paling misterius dan dingin itu tidak pernah hadir ke perjamuan kerajaan setelah beberapa waktu karena sibuk berperang.

Gadis-gadis bangsawan ramai memuji paras tampan Pangeran kedua itu. Parasnya yang tampan dengan rambut hitamnya benar-benar memberi efek visual yang bagus.

Pangeran kedua biasanya hanya datang beberapa saat ke istana, kemudian pergi lagi untuk berperang. Oleh sebab itu semua orang saat ini sangat terkejut dan penasaran. Setelah sekian lama, Pangeran Kedua telah berhasil meraih gelar jenderal muda diusianya yang baru menginjak 23 tahun.

Pangeran kedua berjalan perlahan dengan jubah hitam corak emasnya. Wajahnya dingin, seperti ukiran batu yang tak bisa ditembus oleh perasaan apapun.

Ia menatap lurus ke depan… sampai tiba di hadapan Evelyn.

Saat itu, waktu seolah berhenti.

Tatapan biru lautnya menancap padanya. Dalam. Dingin. Terlalu familiar.

Evelyn tertegun sejenak, ingatannya kembali pada malam itu-di jalan sepi, di bawah cahaya samar, mata biru gelap yang sama menatapnya dengan dingin.

Tuhan… jangan bilang…

Walaupun wajah pria itu kabur di ingatan Evelyn karena dalam kondisi penerangan minim, sekarang setelah dia melihat dengan jelas wajah Pangeran Kedua, dia dapat mengkonfirmasi keyakinannya.

Hanya tiga detik. Lalu pria itu kembali berjalan, seakan tak pernah berhenti sama sekali.

Semua orang kemudian kembali ke tempat duduk masing-masing, dan sedikit melanjutkan makan sebelum acara benar-benar dimulai.

Di tempat duduk, Reina menyenggol Evelyn yang sedang menikmati hidangan dan bertanya

"Eve, katakan sejujurnya, apa kau dan pangeran dingin itu saling kenal? " tanya Reina penasaran.

Evelyn berbalik dengan tatapan bertanya, "Pangeran dingin siapa yang kau maksud?"

Dua pangeran tertua kerajaan mempunyai sifat dingin dan berwibawa, pangeran mana yang dimaksud Reina.

"Maksudku pangeran kedua, tadi aku menyaksikan kalian sempat bersitatap selama tiga detik," ucap Reina lagi dengan menyipitkan mata ke arah Evelyn.

"Tidak ada apa-apa, mungkin tadi posisiku sedikit lebih maju karena itu pangeran sempat melirikku, lagipula kami tidak saling kenal," jawab Evelyn menjelaskan.

"Itu mustahil, kau tidak tahu bahwa pernah ada gadis bangsawan yang dengan sengaja mendekatinya, bahkan duduk disamping pria itu, tapi tidak dihiraukan oleh pangeran, pangeran bahkan tidak meliriknya. Juga tadi selama pangeran itu masuk, dia hanya memandang lurus tanpa melirik kemanapun, tapi saat melewatimu, dia sedikit berhenti dan menatapmu. Ingat, hanya menatapmu." Kekeh Reina dengan nada tak percaya.

"Nah, selalu ada yang pertama dalam segala hal. Mungkin di antara semua orang di aula ini, aku orang pertama yang tidak sengaja di liriknya, tapi kemudian dia berjalan lagi. Lagipula itu hanya tiga detik, jadi tidak perlu dipikirkan," ucap Evelyn panjang lebar.

Reina akhirnya menyerah mengorek informasi dari Evelyn dan dengan pasrah melanjutkan makannya.

Pangeran kedua duduk tegap di kursi sebelah Raja, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Para bangsawan yang ingin membangun relasi dengannya mengurungkan niat dan mundur.

Mata Pangeran itu lurus ke depan tanpa minat, namun ujung matanya menangkap siluet yang ia kenali dari kerumunan.

More Chapters