Ficool

Chapter 6 - Pria misterius

Mereka pergi bersama beberapa penjaga lain untuk keamanan. Ia sengaja tidak membawa banyak pengawal agar keberadaannya tidak terlalu mencolok.

Ibukota tidak begitu jauh, tapi akses kesana sedikit sulit karena harus melewati hutan. Itulah sebabnya rumor tentang Nona Gregory yang tak berguna dan berperilaku buruk sangat minim, hanya sedikit orang yang tahu kebenarannya.

Tak lama, kereta yang mereka kendarai telah mencapai pintu masuk ibukota. Namun terdengar derit roda kereta dan ringkikan kuda yang gelisah.

Merasa ada yang salah, Karl segera memeriksanya. "Maaf Nona, sepertinya roda kereta ini mengalami kerusakan. Kami akan segera memperbaikinya." Karl melaporkan dengan raut tak enak.

Evelyn mengangguk dalam diam, "tidak masalah." Karl beserta pengawal yang lain bergegas memperbaiki.

Keduanya menunggu di dalam kereta sampai akhirnya ikut turun untuk memeriksa. Rencana mereka untuk ke ibukota adalah membeli beberapa perlengkapan.

Dirasa ini akan memakan cukup waktu, Ginna mengusulkan, "bagaimana jika saya saja yang membeli bahan-bahan itu, Nona? Anda bisa duduk manis dan menunggu."

"Apa tidak masalah?" tanya Evelyn singkat. Ginna menggeleng kuat, "tidak masalah, saya akan membelinya untuk anda."

Lagipula pusat perbelanjaan ibukota tidak jauh dari sini. Memikirkan hal itu, Evelyn mengangguk mengiyakan sebelum akhirnya Ginna pergi dengan sekantong penuh koin emas untuk berbelanja.

Evelyn menatap kepergian itu dengan seksama. Setelah dirasa aman, dia mundur dalam diam dan pergi ke arah yang berlawanan.

Evelyn sebenarnya berniat membawa mereka tapi khawatir rencananya untuk menyusup akan terhambat. Jadi lebih baik dia pergi sendiri saja agar tidak menarik perhatian banyak orang.

Meski berjanji untuk tidak terlibat dalam plot, Evelyn tetap ingin mengetahui sejauh mana perkembangan plot cerita novel tersebut. Hal itu guna lebih mudah memperkirakan langkah apa yang bisa diambil nanti untuk keselamatannya.

Evelyn menyusuri ramainya orang berlalu lalang, tidak berbeda dengan pasar tradisional di dunianya dulu, pikirnya.

Dia kemudian mendekati para wanita yang berbelanja sambil bergosip di sebuah toko roti. Mereka riuh, berbincang bersahut-sahutan dengan tempo cerita yang padat.

Namun satu hal yang bisa Evelyn tangkap dari pembicaraan itu, dua hari lagi perjamuan ulang tahun raja yang ke 50 akan diadakan. Dan setelah ulang tahun itu, 2 hari kemudian akan diadakan pernikahan antara Putra Mahkota dan putri tunggal Marquess Lovell.

Evelyn tidak menyangka alur cerita sudah sampai sejauh ini.

Itu artinya beberapa minggu yang ia habiskan di kediaman merupakan waktu yang digunakan Evelyn di dalam novel untuk mengganggu Emely.

Dan puncaknya, dia akan meracuni Emely tepat saat perjamuan ulang tahun raja nanti. Hal itu menyebabkan Emely tak sadarkan diri dan pernikahannya dengan Pangeran Mahkota ditunda selama beberapa waktu.

Namun tak lagi, dia tidak akan mengikuti jejak Evelyn asli dalam novel.

Evelyn tahu setelah ini dia akan di undang ke perjamuan ulang tahun raja itu sebagai bentuk kehormatan bangsawan.

Pamannya mungkin akan membawanya ke sana sekarang karena usianya sudah lebih dari 20 tahun. Ia juga jarang menghadiri perjamuan resmi atau bersosialisasi karena rumor buruknya.

Padahal di usia itu, harusnya para pemuda dan pemudi sudah menikah atau paling tidak sudah mempunyai tunangan. Bahkan debutantenya dulu pun dirayakan di kediaman Gregory, ketika gadis itu berusia 17 tahun.

Evelyn yang merasa urusannya mencari informasi sudah selesai pun bergegas kembali, ia berbalik menuju kereta tempat Karl dan mungkin Ginna sedang menunggunya.

Namun sesampainya di ujung pemukiman yang sepi, gadis itu memelankan langkah

nya sambil menatap waspada.

Telinganya menangkap sebuah suara halus–gemerisik dedaunan kering yang menandakan bahwa seseorang mungkin berada di dekatnya.

Dan benar saja, sepersekian detik kemudian sebuah serangan datang dari arah belakang.

Seorang pria berjubah hitam menyerang sambil menatap dingin ke arahnya. Evelyn balas menyerang dengan mengayunkan kakinya ke arah pria tersebut namun berhasil di tangkap dengan satu tangan.

Kekuatan Evelyn tidak terlalu besar, dia sedikit kesulitan saat melawan pria tersebut. Tapi tanpa diduga pria itu sepertinya tidak menggunakan seluruh kekuatan nya.

Keduanya terlibat pertarungan yang lumayan sengit, Evelyn memperhatikan pria tersebut menyerang sambil terlihat menghindari serangan Evelyn ke arah dada sebelah kirinya.

Dengan cepat, Evelyn berusaha menyerang area dada yang dia yakini sebagai titik vital pria itu dan akhirnya ia terjatuh.

Evelyn menatap dingin sambil menodongkan belati kearah leher pria tersebut. Sementara pria itu menggenggam leher Evelyn erat, enggan untuk melepaskan.

Keduanya saling menatap dingin selama beberapa saat, hembusan angin bertiup pelan. Suasana tegang menyelimuti mereka, tatapan tajam keduanya beradu di tengah cahaya obor yang remang-remang.

Evelyn tidak terlalu jelas melihat fitur wajah pria itu karena kondisi penerangan yang minim. Tapi satu hal yang ia perhatikan, mata pria itu berwarna biru, dingin dan dalam.

Pria itu merasakan leher kecil gadis itu di tangannya. Bayangan Evelyn menutupi cahaya dibelakangnya, membuatnya hanya bisa fokus pada mata keemasannya yang menyala.

Waktu terasa terhenti sampai akhirnya suara langkah beberapa orang menginterupsi mereka. Aura perlawanan sedikit mengendur. Evelyn perlahan menjauhkan belatinya, matanya menoleh waspada.

Pria itu memanfaatkan kondisi Evelyn yang mengalihkan pandangannya kemudian memegang bahunya, menyeretnya cepat menuju dinding dibalik sebuah gubuk sambil membekap mulut gadis itu.

"Sstt... jangan berontak," ucap pria itu sambil dengan waspada memperhatikan keadaan sekitar.

Evelyn diam menunggu suara orang-orang di luar berlalu, dalam benaknya dia bisa menebak bahwa pria ini sedang diburu oleh orang-orang itu.

Dia lega karena pria ini kemungkinan bukan orang suruhan salah satu musuh keluarganya, Marquess Lovell atau bahkan suruhan pemeran inti di dalam novel.

Mata tajam pria itu mengamati penampilan Evelyn lebih jelas. Dan benar saja... mata menyala penuh keberanian tadi adalah mata kuning keemasan gadis ini.

Karena jarak yang begitu dekat ia juga bisa melihat tahi lalat hitam di bawah matanya, walau tertutup cadar, dia sekilas bisa menebak gadis ini pasti cantik.

Dia mencibir sedikit, jika mereka berpikir mereka bisa mempengaruhinya dengan mengirim gadis cantik, maka mereka salah besar.

Syukurnya dia membawa gadis ini kesini, karena jika gadis ini salah satu orang suruhan mereka, dia bisa langsung membunuhnya disini tanpa memberinya kesempatan memanggil rekan-rekannya.

"Siapa yang menyuruhmu?" kata pria itu setelah mendengar bahwa orang-orang itu sudah berlalu pergi. Tanpa diduga gadis ini sepertinya tidak berniat membunuhnya.

Evelyn diam mencerna dan seketika ia marah mendengar tuduhan itu, dia memberontak berusaha melepaskan diri.

Pria itu membalas, kemudian tanpa diduga menarik tudung dan cadar yang dikenakan Evelyn, membuat wajah dan rambut perak gadis itu terlihat dengan berantakan.

Evelyn yang marah pun menyerang pria itu kearah dada tempatnya terluka. Pria itu mengerang kesakitan dan melepaskan cengkeramannya dari Evelyn.

Lukanya kelihatan parah, pakaian hitam di area dada nya sudah sedari tadi basah akan darahnya sendiri. Evelyn diam sambil menatap dingin pria yang kesakitan itu.

"Siapa kau?" tanya Evelyn dengan dingin.

More Chapters