Ficool

Chapter 5 - Bisnis

Evelyn terdiam, ia berusaha mengorek ingatan pemilik apakah ada informasi tentang Tuan Tim ini. Ingatan Evelyn terdahulu benar-benar samar, bahkan plot novel lebih berguna baginya karena lebih banyak memberikan informasi.

Ia akhirnya ingat sekelebat ending dari novel ini. Di novel diceritakan bahwa setelah menghanguskan wilayah Duke Utara, Marquess Lovell memperkerjakan seorang pria yang bernama Tim Tufail, seorang pengrajin yang mengelola bisnis pertambangan emas wilayah ini.

Namun di dalam novel tidak diceritakan Tim Tufail ini apakah penduduk asli wilayah ini yang diselamatkan Marquess atau justru orang-orang Marquess yang dibawanya dari ibukota.

Evelyn sekarang yakin bahwa Tim Tufail ini merupakan orang yang selamat dari pembantaian wilayah ini karena dia tinggal cukup tersembunyi didekat hutan lindung.

"Aku ingin menemuinya," ucap Evelyn tegas.

Ginna terkejut dan berusaha untuk membujuk Evelyn agar tidak kesana, tidak ada dari mereka yang mengetahui letak rumah pengrajin itu. Kebetulan sekali Duke dan istrinya sekarang sedang pergi ke kerajaan tetangga untuk urusan bisnis.

Evelyn sengaja tidak memberitahu Pamannya bahwa dia ingin mulai berbisnis karena takut rencananya yang belum matang ini akan terhambat.

Lebih baik ia memperhatikan keadaan dan peluang bisnisnya dulu baru setelah yakin bisa, dia akan memberitahu pamannya untuk memperluas relasinya.

Evelyn dengan kuat membujuk Ginna agar tidak memberitahu orang lain mengenai ini serta meyakinkannya bahwa dia bisa menjaga dirinya sendiri.

Ginna dengan terpaksa menyetujui perintah nonanya dan dengan syarat dia juga ikut untuk menjaga Evelyn.

Akhirnya sore itu juga mereka nekat pergi menggunakan kereta dengan membawa Ksatria pribadinya sebagai kusir serta 2 orang ksatria lagi.

Mereka pergi dengan menggunakan jubah hitam dan tudung, serta membawa belati untuk berjaga-jaga. Mereka keluar kediaman secara diam-diam dan menusuri jalan menuju ke hutan.

Ini pertama kalinya Evelyn keluar kediaman setelah datang ke dunia ini. Lingkungannya sama saja, ada jalan setapak yang lumayan luas, pepohonan dan bangunan desain abad pertengahan.

Mereka berjalan cukup jauh dan ketika sampai disisi hutan, mereka turun dari kereta dan menyusuri tempat yang lumayan gelap itu dengan memperhatikan apakah ada bangunan atau rumah didekat sana.

Dari kejauhan Ksatria yang dibawanya berlari lalu melaporkan bahwa ada tumpukan batu mirip bangunan disisi timur hutan itu, yang mana berbatasan dengan ibukota, walaupun tempat itu tersembunyi.

Mereka segera pergi kesana dan melihat memang tumpukan batu itu adalah bangunan, atau tepatnya rumah yang terbuat dari batu.

Evelyn ke dalam bersama Ginna dan meminta Ksatria yang bernama Karl itu berjaga diluar bangunan. Sesampainya didekat pintu mereka mengetuk tapi setelah sekian lama, tidak ada yang menyahut.

Evelyn meminta Ginna menunggunya disini kalau sewaktu-waktu ada yang dia perlukan, dia memberanikan diri masuk kedalam membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.

Didalam Evelyn menelisik setiap sudut ruangan itu, ada palu, berbagai alat kerajinan dari besi, api serta alat keperluan seorang pandai besi.

Setitik cahaya kekuningan menyilaukannya, dia mengamati benda apa yang bersinar itu, ternyata sebuah cincin emas sederhana yang cantik tapi sayangnya sepertinya cincin itu patah.

"Perlu apa kau kesini." Sebuah suara sedikit keras mengagetkannya, pasalnya dia sama sekali tidak mendengar ada suara langkah kaki.

Disana berdiri seorang pria paruh baya, mungkin berumur 50 an, berwajah tegas dengan janggut yang cukup panjang. Perawakannya tidak terlalu tinggi tapi cukup memberi kesan bahwa dia bukan orang sembarangan.

"Maaf Tuan, saya telah lancang masuk tanpa izin, apakah anda yang bernama Tim Tufail?" ucap Evelyn setelah mendapatkan kembali ketenangannya.

"Ada perlu apa mencari saya?" tanya Tim, sedikit melunakkan suaranya ketika mengetahui orang di depannya adalah seorang perempuan.

"Saya ingin membuat sebuah perhiasan, apa anda bisa membuat perhiasan yang terbuat dari emas, saya akan mengadakan bongkahan emasnya. Dan mengenai harganya, anda tidak perlu khawatir." ucap Evelyn.

Tim mengerutkan kening, pasalnya dia hanya di kenal sebagai pengrajin besi, bukan emas, memang tidak menyangkal bahwa dia sedikit bisa membuatnya tapi darimana gadis muda ini tahu tentangnya.

"Perhiasan seperti apa yang kau inginkan," tanya Tim lagi.

Evelyn sedikit keluar untuk meminta Ginna membawakannya desain perhiasan yang sempat digambarnya tadi, dan memperlihatkannya kepada Tuan Tim.

Pria itu mengamati dengan cermat desain itu, dia sedikit heran dan takjub karena desain perhiasan seperti ini jarang dan mungkin belum pernah ada di kerajaan.

"Darimana kau menemukan desain perhiasan seperti ini?" Tim bertanya.

"Desain ini aku sendiri yang menggambarnya," sahut Evelyn singkat. Tidak mungkin mengatakan bahwa desain seperti ini sangat umum di dunianya dulu, desain ini juga yang disukainya dari semua model perhiasan yang berat dan rumit itu.

Tim kembali mengamati dan meminta Evelyn menjelaskan lebih detail tentang desain ini. Gadis ini berpengetahuan luas dan tata krama nya juga bagus. Ia dapat menebak bahwa gadis ini mungkin seorang putri bangsawan.

Mereka mencapai kesepakatan setelah ada beberapa hal ditambah dan dirombak untuk menyesuaikan dengan peralatan yang dimiliki pria itu.

Di tengah perbincangan itu, suara batuk seseorang menyela mereka. Evelyn menoleh sedikit kemudian kembali fokus pada desain di depannya.

Suara itu berasal dari ruangan bagian dalam rumah Tuan Tim, mungkin ruang kamar. Tim melembutkan pandangannya menatap ke arah ruangan itu kemudian berkata, "Itu istriku, dia sedang sakit."

Evelyn menatap pintu itu lagi kemudian tersenyum kecil. Tim menatap Evelyn tak enak kemudian berkata, "Istriku menginginkan sebuah cincin sebagai hadiah pernikahan kami, tapi desain milikku ternyata gagal dan cincinnya patah."

Tim menjelaskan, mendapatkan perhatian penuh Evelyn. Pria tua itu menghela napas lagi, "Bolehkah anda membuatkan satu desain sederhana lagi? Untuk istri saya, saya akan membiayainya."

Evelyn mengangguk pelan, "Tidak masalah, ini bisa dianggap kesepakatan pertama kita, anda tidka perlu membayarnya."

Tim tersenyum penuh syukur kemudian mereka melanjutkan percakapan.

Evelyn juga mengatakan bahwa bahan yang diperlukan mungkin akan sampai 1 atau 2 hari kemudian, dan untuk pembayarannya, dia bisa membayar ketika barang itu diambil nanti.

"Terimakasih, senang berbisnis dengan anda," ucap Evelyn sambil berjabat tangan dengan Tim.

Pria itu membalas dan sebelum pulang, Evelyn memberikan kartu nama dan sebuah lencana untuk pria itu datang mencarinya jika diperlukan, dan kemudian pamit pulang.

Sesudah Evelyn pergi, Tim akhirnya melihat dengan jelas lencana dan kartu nama itu, disana tertulis jelas nama gadis itu adalah Evelyn Gregory, putri tunggal Duke Gregory terdahulu.

Sebuah lencana berwarna emas kebiruan juga mengkonfirmasi hal itu, tidak mungkin ada sembarangan orang memiliki atau memperjualbelikan lencana seperti ini.

Tuan Tim menghela nafas sedih, dia tidak menyangka gadis yang tadi dikiranya hanya sebagai gadis pintar dari sebuah keluarga merupakan gadis bangsawan sekaligus penguasa wilayah ini. Jika tahu gadis itu dari bangsawan Gregory, mungkin dia akan sedikit menjamu gadis itu sebagai bentuk penghormatan.

Evelyn kembali menuju keretanya, tempat Karl menunggu. Matanya menatap kejauhan, tepatnya pada gemerlap lampu ibukota di sana yang tak pernah mati itu.

Evelyn mengeratkan tudung jubahnya, matanya menyala tajam–ia berniat menyusup ke ibukota kerajaan.

More Chapters