Duke kemudian menghela nafas panjang, istrinya memintanya untuk tidak terlalu banyak bertanya tentang masalah ini dulu. Duchess Gregory itu mengatakan bahwa Evelyn harus segera beristirahat dan tidak boleh banyak berpikir.
Atas saran tersebut, mereka berdua dan tabib yang tadi mengobati pun pamit dan beranjak keluar dari kamar menyisakan Evelyn dan pelayannya.
"Ampun Nona, maafkan saya yang gagal melindungi Nona dari serangan perampok itu. " Ucap Ginna, pelayan pribadinya itu langsung bersujud dan menangis.
Ginna sudah gemetar ketakutan, karena biasanya Nona nya ini akan marah karena kesalahan kecil dan berakhir memberi hukuman cambuk kepada siapapun yang ceroboh dan berbuat kesalahan.
Tapi hari ini Nona nya tampak berbeda, terlihat anggun dan tenang. Walau begitu Ginna tidak berani bertaruh apakah Nona nya akan marah atau tidak karena tidak ingin kehilangan pekerjaannya.
"Sudahlah, bukan sepenuhnya salahmu, lagipula aku yang bersikeras untuk pergi." Ucap Evelyn dengan sedikit senyum.
Memang benar dialah yang bersikeras untuk pergi membeli perhiasan dan pakaian tanpa sepengetahuan pamannya.
Alhasil penjaga keamanan yang dibawanya pun tidak banyak, menyebabkan dia dengan mudah diserang dan Ginna terluka cukup parah karena berusaha melindunginya.
Syukurlah ada seorang pemuda tampan yang menolong dan beberapa saat kemudian pamannya beserta prajurit yang sedang mencarinya pun tiba, sehingga dia bisa pulang dengan selamat. Pria itupun pergi menghilang di hutan yang gelap setelah melihat adanya bala bantuan.
Evelyn mencoba mengingat lagi wajah pria yang menyelamatkannya itu.
'sial' rutuknya
Dia lupa bahwa dinovel diceritakan kejadian kecelakaan itu merupakan kali pertama Evelyn bertemu dengan Pangeran Mahkota yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kejadian itu terjadi di bagian hutan yang memang jarang dilalui orang. Putra Mahkota secara kebetulan lewat dengan keretanya dan mendengar kegaduhan tersebut. Artinya dia telah ditolong oleh Putra Mahkota yang akan menghancurkan kediaman beserta keluarganya di masa depan.
Saat ini pemilik tubuh berusia 20 tahun, Emely juga berusia 20 tahun dan Pangeran Mahkota berusia 23 tahun. Sedangkan Louis, Pangeran ketiga sekaligus adik kandung Pangeran Mahkota, berusia 21 tahun.
Evelyn berusaha tenang, dia berpikir bahwa saat ini Pangeran Mahkota belum dendam kepadanya, bahkan mungkin tidak mengingatnya.
Dia juga belum mencelakai Emely dan belum menjadi boneka Louis, artinya dia masih aman dan bisa menjalani hidup dengan damai disini.
Evelyn diam-diam tersenyum lega, satu-satunya hal yang disyukurinya adalah dia datang sebelum semuanya terjadi.
Walaupun di kerajaan pasti sudah dimulai drama perebutan tahta kakak beradik itu, tapi Evelyn tidak peduli, selagi tidak menyeretnya dan tidak membuatnya dalam masalah, dia akan berusaha menjauhi plot novel dan para pemerannya. Menjadikan dirinya memiliki akhir yang baik tidak selalu harus terlibat dengan pemeran novel bukan.
"Kau bisa pergi Ginna, aku tidak akan menghukummu, tapi sebelum keluar tolong ambilkan aku cermin, tubuhku sangat lemah sekarang." Ucap Evelyn yang hanya bisa bersandar dikepala ranjang itu.
Ginna terkejut, senang bahwa dia tidak menerima tambahan hukuman dan tidak menyangka bahwa Nona nya yang dikenal sombong ini mengucapkan kata 'tolong', sesuatu yang hampir tidak pernah diucapkan oleh Nona nya.
Ia juga sedih saat memikirkan bahwa sikap nona nya ini mungkin karena terlalu terkejut dan trauma dengan insiden penyerangan tersebut.
"Baik Nona." Ucap Ginna dengan segera.
Kemudian pergi mengambil cermin berukuran sedang yang tergeletak diatas meja rias.
"Ini Nona." Ucapnya sambil menunduk.
"Terimakasih Ginna, sekarang kau boleh pergi." Ucap Evelyn tenang, tanpa kata Ginna membungkuk dan berlalu keluar dari kamar tersebut.
Evelyn meneliti wajahnya dipantulan cermin yang lumayan jernih untuk zaman kuno ini. Rambut perak, hidung mancung, bibir tipis, mata kuning keemasan serta memiliki tahi lalat di bawah mata sebelah kiri nya.
Wajah yang halus dan elegan, tapi tanpa senyum, memberikan getaran visual yang misterius dan dingin. Fitur wajahnya mirip dengan wajah Evelyn yang asli, kecuali warna rambut dan mata, semuanya sama. Karena rambut Evelyn yang asli berwarna hitam pekat dengan mata coklat almond.
Tidak heran ia tidak merasakan keanehan ketika terbangun di tubuh ini. Karena semua ciri-ciri nya sama dengan tubuhnya sendiri. Oleh karena itu ia tidak sadar bahwa telah bertransmigrasi.
Evelyn memikirkan apa yang bisa pertama kali dilakukannya setelah ini. Sekarang sistem tidak memberikan misi ataupun aturan khusus padanya, itu artinya dia bebas melakukan apapun selagi tidak berakhir mengenaskan dan membuatnya gagal dalam misi.
Dengan menghasilkan uang, dia pikir akan hidup damai, berperilaku baik dan membuat akhir yang baik untuknya, dia rasa itu bukan ide yang buruk.
Wilayah Duke Utara merupakan wilayah yang kaya akan emas, jadi pertambangan emas merupakan pekerjaan pokok rakyat disini.
Usaha bisnis yang dilakukan Duke biasanya menjual dan memasarkan emas dalam bentuk batangan ke ibukota untuk kemudian dicetak menjadi koin emas dan perhiasan.
Evelyn pikir dia bisa membantu dengan membuat desain perhiasan sederhana seperti kalung, anting dan cincin emas.
Dia suka menggambar dan melukis, dia bahagia ketika goresan dan coretan bisa membuat semua hal dalam imajinasi nya menjadi nyata.
Di kehidupan aslinya, dia tidak terlalu mendalami dunia seni karena tidak ada yang akan mendukung dan memaklumi hobinya itu.
Ibunya berkata sebagai calon pewaris, hobi seperti melukis dan menari memang disebut sebagai hobi yang tidak menguntungkan karena tidak menjadikan seseorang siapa siapa.
Setelah beberapa hari terbaring di ranjang, akhirnya tiba hari dimana Evelyn sembuh dari sakitnya.
Ia berniat mencari tahu tempat pembuatan dan percetakan emas, serta mencari bahan yang diperlukan untuk mendesain karyanya.
Ia tidak ingat pernah punya relasi atau pengetahuan tentang pertambangan karena Evelyn asli tidak suka bidang tersebut. Didalam novel juga tidak dijelaskan secara detail tentang bisnis keluarga Gregory itu jadi Evelyn mungkin akan bertanya kepada pelayannya atau Duke mengenai hal ini.
Evelyn meminta kuas dan kertas untuk mencoba desain perhiasannya sendiri, sedangkan untuk bahan yang sulit ditemukan,dia memperolehnya dari sistem dengan menukar koin bertahan hidupnya.
Dia lantas membuat 3 macam perhiasan, diantaranya satu cincin, kalung dan sepasang anting. Desainnya dia buat simple tapi elegan dipadukan dengan bentuk permata dan nanti bisa diletakkan permata berwarna lain sebagai mata perhiasannya.
"Maaf, apa kau tahu tempat pertambangan emas wilayah ini berada?" Tanya Evelyn kepada pelayannya, Ginna yang sedang memperhatikan gambarnya kagum.
Ginna bingung, tidak biasanya nona nya bertanya tentang bisnis keluarga nya.
"Setahu saya sekitar 3 kilometer dari sini itulah tempat pertambangan sekaligus pembuatan emas nona, berada di dekat gua, tapi saya juga tidak pernah kesana." Jawab Ginna ragu.
"Lalu apa kau tahu tentang pengrajin atau pembuat emas di wilayah ini?" Tanya Evelyn lagi.
"Kalau itu saya tidak tahu banyak nona, biasanya emas disini dijual dalam bentuk batangan atau yang masih bongkahan untuk dibuat perhiasan, sehingga jarang ada pengrajin emas disini." Jawab Ginna lagi.
Ginna mengingat-ingat lagi,
"Tapi ada satu nona, dia dipanggil Tuan Tim, beliau tinggal tidak jauh di dekat hutan namun akses menuju kesana cukup sulit, bahkan jarang orang kesitu. Saya tidak tahu pasti apakah dia masih ada disana dan dimana tempatnya." Ucap Ginna setelah cukup lama mengingat.