The sky was still empty.
There were no stars, no day, just a white void where Veldanava floated alone—creating a world from his pure will.
However, amidst the silence, a gust of sea breeze came.
Ripples suddenly appeared from nothing, rolling gently as if signaling the birth of something great.
From behind the blue light, a red-haired man appeared, wearing a long robe that swayed in the breeze. His face was calm, his eyes sharp, and his smile brought peace.
“Hm… this air is strange. But the sea—hah, the sea feels alive,” he murmured softly.
He was Akagami no Shanks, now fully formed—still missing his arm.
Veldanava stared at the stranger with curiosity.
“Who are you, appearing in a world that isn’t even complete?”
Shanks looked around with a friendly smile.
“I’m just a lost traveler. But it seems… I’ve hitched a ride on the birth of your world.”
Soon, four other figures followed. Their auras vibrated the empty space, forming a blue horizon—the first ocean of the new world.
Ben Beckman, with a cigarette tucked between his lips and calm, calculating eyes.
Edward Newgate (Whitebeard), his giant body exuding pressure like a mountain.
Marco, with wings of blue flame that burned the empty sky.
Marshall D. Teach (Blackbeard), with his signature dark laugh echoing through the waves.
“Hey, okashira,” Ben Beckman said slowly, looking around. “We’re not in the Grand Line anymore. This world is new… but it feels alive.”
Whitebeard stared at Shanks, raising his eyebrows high.
“Gurararara! A new world, huh?”
Veldanava simply smiled at the five creatures.
“Interesting… you carry a power system I haven’t mastered. There’s no magic in your bodies.”
Shanks stared at him, then extended his hand.
“We’re not wizards. We live by will. Our power is called… Haki.”
A great gust of wind erupted—from the meeting of two world principles.
Magic and Will.
Magicule and Haki.
Two systems that repel each other, yet create balance.
After a long conversation, Shanks gazed at the new ocean they had formed.
“We love the sea. This world is vast, and this ocean will be our home.”
Veldanava nodded.
“Then let you occupy the sea. I’ll take care of the land and the sky.”
Shanks turned to his companions.
“Ben, we’ll take the east side.”
“Yes, Captain.”
“Whitebeard, Marco, Teach… you take the west side.”
Whitebeard stared at Shanks, his eyebrows raised high.
“Gurararara! A new world, huh? But since when did a kid on Roger’s ship get to order me around, huh?”
The voice echoed loudly, full of pressure. A white aura enveloped Whitebeard's body, then Conqueror's Haki exploded like a storm, shaking the room, causing Veldanava himself to stare in surprise.
Ben Beckman immediately pointed his pistol at Whitebeard, his face remaining impassive.
Blackbeard laughed loudly.
“Zehahahaha! Are we going to do that here? But honestly, that scar on your eye makes you even more handsome, Shanks! Zehahaha!”
Marco spread his wings with a wide smile and said.
“Then let's start this world with war, huh, Oyaji?”
Shanks responded with a cheerful smile.
“Oh, First Division Captain Marco! Do you want to join me?”
Marco frowned and said.
“Noisy, oi!”
Shanks smiled gently and calmly.
“Calm down… we have to adapt to this new world first. There's no point in fighting for no reason.”
Whitebeard raised his massive biceps.
“Gurararara! Then I’ll take the west side. This world needs a place for people who will call me ‘Oyaji’!”
Teach laughed at them as he walked west.
“Zehahaha! A new world, two seas, and two kings. Interesting.”
Shanks just smiled faintly as he watched their retreating backs.
“Huh… a new world, a new sea, a new destiny.”
Smiling softly.
“And also, Veldanava, you really are a dragon, and I’ll see you again later. Then let’s talk.”
Veldanava responded.
“Well, you can always find me here.”
Then Shanks looked at Ben Beckman.
“Let’s go, Ben.”
“…”
From there, two great forces began to form —
The East Sea of Auralis, under Shanks and Beckman.
The West Sea of Auralis, under Whitebeard, Marco, and Teach.
Langit masih kosong.
Tak ada bintang, tak ada siang, hanya kehampaan putih di mana Veldanava melayang seorang diri — mencipta dunia dari kehendak murninya
Namun, di tengah sunyi itu, datang hembusan angin laut.
Riak ombak tiba-tiba muncul dari ketiadaan, menggulung lembut seperti menandakan sesuatu yang besar akan lahir.
Dari balik cahaya biru itu, muncul seorang pria berambut merah, mengenakan jubah panjang yang bergoyang tertiup angin. Wajahnya tenang, matanya tajam, dan senyumnya membawa kedamaian.
“Hm… udara ini asing. Tapi lautnya—hah, lautnya terasa hidup,” gumamnya pelan.
Dialah Akagami no Shanks, kini dengan tubuh utuh — belum kehilangan lengannya.
Veldanava menatap makhluk asing itu dengan rasa penasaran.
“Siapa kau, yang muncul di dunia yang bahkan belum lengkap?”
Shanks menatap sekeliling dengan senyum ramah.
“Aku cuma penjelajah yang tersesat. Tapi sepertinya… aku menumpang di kelahiran duniamu.”
Tak lama, empat sosok lain menyusul. Aura mereka menggetarkan ruang kosong hingga membentuk horizon biru — samudra pertama dunia baru.
Ben Beckman, dengan rokok terselip di bibir dan mata tenang yang penuh perhitungan.
Edward Newgate (Shirohige), tubuh raksasanya memancarkan tekanan seperti gunung.
Marco, dengan sayap api biru yang membakar langit kosong
Marshall D. Teach (Kurohige), dengan tawa gelap khasnya yang menggema di antara ombak.
“Oi, okashira,” ujar Ben Beckman perlahan, menatap sekeliling. “Kita bukan di Grand Line lagi. Dunia ini baru… tapi terasa hidup.”
Shirohige menatap Shanks, mengangkat alisnya tinggi.
“Gurararara! Dunia baru, ya?
Veldanava hanya tersenyum melihat kelima makhluk itu.
“Menarik... kalian membawa sistem kekuatan yang tak kuasai. Tak ada sihir dalam tubuh kalian.”
Shanks menatapnya, lalu mengulurkan tangan.
“Kami bukan penyihir. Kami hidup dari kehendak. Kekuatan kami disebut... Haki.”
Hembusan besar pun terjadi — dari pertemuan dua prinsip dunia.
Sihir dan Kehendak.
Magicule dan Haki.
Dua sistem yang saling menolak, namun menciptakan keseimbangan.
Setelah percakapan panjang, Shanks menatap lautan baru yang mereka bentuk.
“Kami menyukai laut. Dunia ini luas, dan lautan ini akan jadi rumah kami.”
Veldanava mengangguk.
“Kalau begitu, biarlah kalian menempati lautan. Aku akan mengurus daratan dan langit.”
Shanks menoleh ke teman-temannya.
“Ben, kita ambil sisi timur.”
“Baik, Kapten.”
“Shirohige, Marco, Teach... kalian ambil sisi barat.
Shirohige menatap Shanks, mengangkat alisnya tinggi.
“Gurararara! Dunia baru, ya? Tapi sejak kapan bocah yang menumpang di kapal Roger bisa memerintahku, hah?”
Suara itu menggema keras, penuh tekanan.
Aura putih menyelimuti tubuh Shirohige, lalu Haki Penakluk meledak seperti badai, mengguncang ruang itu hingga Veldanava sendiri menatap heran
Ben Beckman langsung menodongkan pistolnya ke arah Shirohige, wajahnya tetap datar.
Kurohige tertawa keras.
“Zehahahaha! Apakah kita akan melakukan itu di sini? Tapi jujur saja, luka di matamu itu membuatmu makin tampan, Shanks! Zehahaha!"
Marco melebarkan sayapnya sambil tersenyum lebar dan berkata
“Kalau begitu, kita mulai dunia ini dengan perang, hah, Oyaji?”
Shanks menanggapi dengan senyum riang berkata
"Ohh kapten divisi pertama Marco ya! Apa kau mau bergabung denganku"
Marco mengerutkan kening dan berkata
"Berisik, oi!"
Shanks tersenyum lembut dan tatapan tenang
"Tenanglah… kita harus beradaptasi dulu dengan dunia baru ini. Tak ada gunanya berkelahi tanpa alasan"
Shirohige mengangkat bisepnya yang besar.
“Gurararara! Kalau begitu, aku ambil sisi barat. Dunia ini butuh tempat untuk orang-orang yang akan memanggilku ‘Oyaji’!”
Teach menertawakan mereka sambil berjalan ke arah barat.
“Zehahaha! Dunia baru, dua lautan, dan dua raja. Menarik.”
Shanks hanya tersenyum tipis sambil memandang punggung mereka menjauh.
“Hah… dunia baru, laut baru, takdir baru.”
Tersenyum lembut
"Dan juga veldanava ya kau benar benar naga ya dan aku akan menemui mu lagi nanti, selanjutnya ayo kita mengobrol"
Veldanava menanggapi
"Yaa kau selalu bisa menemui ku disini"
lalu shanks menatap ben beckman
"Ayo pergi,Ben"
"...."
Dari sana, dua kekuatan besar mulai terbentuk —
Laut Timur Auralis, di bawah Shanks dan Beckman.
Laut Barat Auralis, di bawah Shirohige, Marco, dan Teach.