5% untuk barang yang bahkan belum resmi dibuka memang sedikit terlalu banyak. Tapi sebagai imbalan, mereka akan memastikan informasi tentang pemilik toko ini aman dan toko akan ada dalam pengawasan mereka.
Evelyn menghela napas, "Tidak masalah." Ucapnya.
"Tapi ada beberapa hal lagi yang perlu diurus tentang perizinan kepada kerajaan dan pengiriman barang. Beberapa hari ini banyak tersiar kabar bahwa perjalanan dari pertambangan menuju kesini terdapat banyak bandit. Mereka menjarah barang berharga dari setiap orang yang lewat. Saya takut ketika perhiasan-perhiasan itu lewat, mereka akan tergiur dan berakhir merampoknya." Benedict menjelaskan. Itu yang dikhawatirkan saat ini.
Benedict menunduk dengan wajah serius dan melanjutkan."Nona, para bandit itu bukan gerombolan bandit biasa. Mereka bergerak cepat, hanya menargetkan kafilah-kafilah kaya, dan menghilang seolah tahu setiap celah penjagaan jalan."
Evelyn mengernyit. "Bandit yang terlalu rapi... seperti pasukan yang terlatih."
"Benar." Benedict menghela napas, lalu menambahkan dengan ragu, "Bahkan ada laporan, mereka menggunakan isyarat tangan di antara mereka. Itu bukan gaya bandit biasa, lebih mirip cara prajurit berkomunikasi."
Ruangan mendadak terasa lebih pengap. Evelyn terdiam, jari-jarinya mengetuk halus meja di depannya.
Jadi ini hanya perampokan, atau ada sesuatu yang lebih dalam?
Namun ia tidak membiarkan rasa gentar terlihat di wajahnya. Dengan suara tenang, Evelyn berkata, "Perketat keamanan di jalur pengiriman. Gandakan penjaga, dan jangan biarkan satu pun kafilah berjalan sendirian. Aku tidak akan membiarkan mereka mengganggu."
Benedict menunduk dalam-dalam, menerima perintah itu.
Saat ia keluar, Evelyn menarik napas panjang. Dadanya terasa berat, bukan hanya karena ancaman bandit, tapi karena firasat aneh yang mengendap.
Seolah-olah dunia berusaha menguji keteguhannya, bahkan lewat hal-hal yang seharusnya sederhana.
Apakah benar ini hanya soal bandit? Atau... tanda kecil dari badai yang lebih besar?
Jika pengiriman terhambat, produksi dan pemasaran juga akan berantakan. Mereka tampaknya harus lebih mengerahkan banyak pengawal untuk keamanan.
Tapi resikonya adalah menarik lebih banyak perhatian sehingga perampok lain akan langsung mengetahui barang berharga yang dibawa itu.
Evelyn menyandarkan punggungnya, matanya menatap kosong ke arah jendela. Jalan-jalan di luar tampak sibuk, kereta kuda lalu lalang, seolah dunia berjalan normal… padahal hatinya tidak tenang.
Perhiasan itu bukan sekadar barang dagangan. Itu adalah simbol kebebasan pertamaku, bukti bahwa aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri. Jika mereka berani merampoknya… aku tidak bisa hanya diam.
Tangannya mengepal perlahan di atas pangkuannya. Wajahnya tetap anggun, namun ada api kecil menyala di dalam mata itu.
Aku tidak bisa melawan bandit dengan pedang. Tapi aku tahu siapa yang bisa.
Bayangan Ethan melintas di benaknya–dengan sosok tegap, tatapan tajam, dan keberanian yang selalu bisa diandalkan. Evelyn menguatkan hatinya, sekali lagi... ia terpaksa harus meminta bantuan pada pria itu.
"Paman tenang saja, aku akan mengirim beberapa pengawal lagi dari pihak pangeran kedua. Mereka akan mengawasi kelancaran pengiriman itu dari jauh."
Dibandingkan menyuruh para pengawal Gregory untuk menjadi pengaman, lebih baik meminta Ethan untuk mengirim beberapa ksatrianya untuk mengawasi.
Dibandingkan wilayah lain, Gregory memang terkesan jarang ada ancaman karena memang lumayan tertutup dan ketat.
Tapi hal ini tidak membuat wilayah itu aman sepenuhnya dari ancaman karena banyak pihak memang sudah menargetkan Gregory untuk dikuasai.
Lebih baik menempatkan banyak pengawal di kediaman Gregory. Sedangkan diluar itu, lebih baik ikut mengawasi bersama para ksatria Ethan.
Sebenarnya kekuatan militer Gregory tidak buruk, bahkan sangat unggul. Tapi jika dibandingkan dengan pasukan pangeran kedua, jelas itu tidak sebanding karena pria itu memiliki pasukan terbaik di kerajaan.
Pasukan pribadi yang didirikannya sendiri selain militer kerajaan adalah pilihan pertama dalam hal keamanan.
Itulah yang menyebabkan Louis ingin merebut kepemimpinan militer kerajaan dari Ethan supaya dapat melawan pasukan pribadi pria itu yang jauh lebih unggul.
Memang ada Jenderal resmi kerajaan, berasal dari keluarga Scott. Saat ini yang meneruskannya adalah Silas Scott selaku putra kedua keluarga itu.
Putra pertama jenderal Scott memilih masuk pemerintahan, sehingga posisi yang kosong itu dilimpahkan pada Silas. Namun pria 22 tahun itu memilih bertindak sebagai wakil, meminta Ethan memimpin.
Jadilah Ethan memegang dua kekuasaan militer sekaligus dengan dalih mempunyai lebih banyak pengalaman di medan perang.
Benedict terkejut, dia bertanya dengan nada hati-hati, "apakah tidak masalah nona, ma-maksudku apakah pangeran kedua bersedia ikut campur dalam masalah ini?"
Siapa yang tidak tahu bahwa pangeran kedua itu terkenal dingin dan tidak suka ikut campur dengan urusan orang lain.
Benedict takut, jika hal ini melibatkan pangeran kejam itu, mereka mungkin harus memberi keuntungan besar sebagai imbalan, misalnya saja sebagian keuntungan penjualan.
Nona Evelyn memang sudah menikah dengan pangeran itu dan menjadi putri kedua. Tapi hal itu tidak membuat mereka melepaskan kewaspadaan dan mempercayainya sepenuhnya pada pangeran itu.
Evelyn tersenyum maklum, ia memahami kekhawatiran orang-orang terhadap pangeran kedua.
Bagaimanapun, reputasi buruk pangeran itu selama ini adalah kejam, dingin dan pangeran buangan karena tidak mempunyai pendukung.
Rumor-rumor yang disematkan sebenarnya sudah sedikit membaik dengan dukungan nyata keluarga Scott beberapa tahun lalu. Tapi hal itu justru menyebabkan ia mendapat julukan lain yaitu kejam dan monster pembunuh karena bidang militernya.
Evelyn sedikit merasa kasihan pada Ethan, pria itu hidup sendiri tanpa pernah benar-benar merasa dicintai dan dipedulikan.
Bahkan sekedar kedatangannya dari medan perang pun, orang-orang hanya menunggu kabar kemenangannya, bukan bagaimana kondisi pria itu.
Pandangan rakyat kepada Ethan juga buruk karena termakan rumor yang bahkan tidak disanggah oleh pria itu sendiri. Keberadaannya di kerajaan ini pun sedikit terlupakan karena ia jarang sekali muncul di permukaan.
"Aku akan mengurus ini paman, anda tidak perlu khawatir. Ku pastikan bahwa pangeran kedua akan bersedia turun tangan dengan masalah ini."
"Baiklah Nona, semoga hal ini cepat terselesaikan. Maaf atas ketidakmampuan saya dalam menangani masalah ini." Benedict merasa tidak enak hati.
Ia juga hanya bisa mengangguk setuju, tidak mungkin ia tidak mendengar kabar bahwa pangeran kedua sangat mencintai nona mereka. Jadi dia bisa sedikit percaya bahwa pangeran itu bersedia membantu mereka.
"Tolong jangan berkata seperti itu, anda sudah cukup baik dalam mengurus hal ini. Kedepannya tolong fokuslah dengan manajemen toko dan bekerjasamalah dengan baik bersama ksatria pangeran nanti."
"Baik nona, jika masalah perizinan toko dan pengiriman barang tidak terhambat, diperkirakan toko sudah bisa dibuka sekitar 2 atau 3 minggu lagi."
"Baiklah, kalau begitu saya pamit."
Evelyn beranjak dari kursi, Benedict segera mengangguk dan mengantarkannya sampai depan pintu belakang toko.
Ginna berpamitan dengan pelayan lainnya dan segera menyusul Evelyn keluar dari toko.
Diperjalanan masih sangat ramai, beberapa orang menaruh perhatian kepada Evelyn, lebih tepatnya kepada kucing putih yang ada di gendongannya.
Kucing itu sudah bangun dan melihat sekeliling dengan mata biru indahnya. Membuat beberapa orang menanyakan dalam hati dimana mereka bisa mendapatkan kucing cantik itu juga.
"Ibu, aku mau kucing itu."