Ficool

Chapter 2 - Tragedi Kereta Berdarah

Bab 2: Kursi yang Tidak Pernah Dipesan

Ayla duduk terpaku. Matanya terus menatap kursi 18A—bangku di belakangnya yang basah dan hangat, padahal tidak ada siapa pun yang duduk di sana.

Ia memberanikan diri berdiri, meraba permukaan kursi.

Darah. Masih segar.

"Ini… bukan ilusi," gumam Ayla."Seseorang baru saja duduk di sini."

Tapi tidak ada satu pun penumpang di sekitarnya yang bereaksi.

Kejadian di Gerbong 6

Petugas akhirnya berhasil membuka paksa pintu gerbong 6.

Semua penumpang di dalamnya selamat—kecuali satu.

Seorang pria paruh baya ditemukan tewas tergantung di toilet belakang, dengan posisi tubuh yang mustahil: menghadap ke belakang, dengan kepala menunduk dan tangan terikat ke arah berlawanan dari engsel pintu.

Yang membuatnya lebih aneh, tidak ada tanda kekerasan dari luar. Tidak ada jeritan. Tidak ada yang mendengar apa-apa.

Dan di lantai toilet, tergores satu kata:

"TIKET."

Bangku Siluman

Ayla kembali ke gerbong 7 dan memberanikan diri bertanya pada petugas:

"Bangku 18A, di belakang saya. Itu dipesan siapa?"

Petugas menatap layar tablet tiket digitalnya, lalu mengerutkan dahi.

"Tidak ada. Kursi itu tidak dipesan siapa pun, Mbak.""Dan secara sistem… kursi itu seharusnya tidak aktif. Sudah dimatikan sejak 3 tahun lalu."

Ayla menatap layar—memang tidak ada data.

Namun saat ia kembali ke kursinya, di sandaran bangku 18A…terdapat kartu tiket kertas tua. Robek, penuh bercak darah.

Di tiket itu tertulis:

"Penumpang: Nona Merah"Gerbong 7, Kursi 18ATanggal Keberangkatan: 13 Oktober 1993

Suara dari Bawah Kursi

Malam semakin larut. Hujan mulai turun. Kereta melaju perlahan seperti diseret.

Saat semua penumpang kembali tenang, Ayla mencoba memejamkan mata. Tapi tiba-tiba…

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan dari bawah kursinya.

Ayla berjongkok, mengintip ke kolong.Kosong.

Namun, sebuah tangan pucat perlahan muncul dari dalam celah lantai, menggenggam pita merah tua yang lusuh.

Pita itu bergoyang… seakan mengundang Ayla mengambilnya.

"Ambil, dan kamu akan tahu siapa korban berikutnya…"bisik suara dari dalam lantai, nyaris tak terdengar.

More Chapters