Ficool

Chapter 6 - Tragedi Kereta Berdarah

Bab 6: Gerbong Terakhir

Ayla menatap tiket kosong di tangannya, darah dari jarinya menetes perlahan ke kertas tua itu. Namun nama belum juga tertulis. Ia sadar, bukan sekadar menulis—ia harus memilih dengan niat.

Dan waktu terus bergerak.Stasiun terakhir makin dekat.

Dari pengeras suara yang sudah lama mati, kini terdengar suara berderak:

"Perhatian untuk seluruh penumpang… kita akan tiba di akhir perjalanan. Penumpang tanpa tiket akan diseret keluar secara paksa."

Gerbong yang Terkunci

Ayla memutuskan menyusuri kereta, mencari siapa yang tersisa. Tapi gerbong demi gerbong kosong. Bahkan tubuh Dito yang tadi mati di gerbong 5… hilang.

Saat ia mencoba masuk ke gerbong 13, pintunya terkunci.

Tapi di jendela, ia melihat sekilas: penuh penumpang berwajah kosong, semua duduk tegak, memegang tiket merah di tangan mereka.

Dan di tengah-tengah mereka, duduk seorang wanita berbaju merah—Nina.

Pengakuan dari Masa Lalu

Tiba-tiba kereta melambat. Ayla terdorong mundur.Lorong berubah menjadi kabut. Lalu ia berada… di sebuah stasiun tua, seperti dalam kilas balik.

Ia melihat dirinya sendiri sebagai anak kecil, menangis sendirian.Ibunya belum datang.Kereta datang lebih cepat dari jadwal.

Seorang remaja—Nina—menemukan Ayla dan membimbingnya menjauh.

"Jangan naik kereta ini. Kereta ini… untuk mereka yang harus membayar.""Aku sudah menulis namaku sendiri demi kamu, Ayla."

Dan seketika Ayla sadar: seluruh tragedi ini dimulai karena seseorang menyelamatkannya… dengan menggantikan tempatnya.

✍️ Menulis dengan Kesadaran

Ayla kembali ke kenyataan.Tangannya menggenggam tiket. Tinta darah masih menetes.

Ia sadar: bukan soal memilih siapa yang dikorbankan. Tapi memilih siapa yang siap mengganti luka masa lalu.

Dan ia menulis, dengan tenang:

"Ayla Nur Rahmah"

Tiket Terkunci

Begitu nama itu selesai ditulis, tiket menyala merah, lalu terbakar perlahan.Namun anehnya—bukannya tubuh Ayla yang lenyap, melainkan…

Gerbong 13 perlahan meleleh dari dalam.

Semua penumpang tak bernama, semua wajah kosong, lenyap seperti debu, termasuk sosok Nina.

Sisa kereta menjadi terang. Matahari pagi menyinari lorong.Kereta perlahan berhenti di stasiun Surabaya—yang nyata.

Satu Bangku Kosong

Semua penumpang yang tersisa turun. Tapi saat Ayla hendak ikut, petugas menghentikannya.

"Maaf Mbak, Anda naik dari mana? Kami tidak punya catatan atas nama Anda di tiket digital."

Ayla hanya tersenyum.

"Saya bukan penumpang. Saya cuma menyelesaikan satu perjalanan yang tertunda."

Ia menyerahkan tiket terakhir yang hangus sebagian, lalu melangkah pergi.

Di belakangnya, gerbong 7 terlihat kosong.

Namun di kursi 18A, terselip satu pita merah… dan foto Ayla tersenyum, hitam putih.

More Chapters