Ficool

Chapter 5 - Tragedi Kereta Berdarah

Bab 5: Tiga Tiket, Dua Nama

Ayla masih terpaku di pintu gerbong 7. Di luar, kabut Peron 13 semakin padat, mengaburkan bayangan dirinya yang berdiri diam dengan mata hitam legam dan senyum getir.

"Aku tak akan menggantikanmu," tegas Ayla."Aku akan memutus rantai ini."

Bayangan itu hanya tertawa pelan.

"Tapi kau lupa satu hal… kereta ini butuh tiga jiwa. Satu sudah diambil. Kau bisa memilih—mengorbankan satu lagi, atau… menjadi dua korban berikutnya."

Tiket Ketiga

Ayla kembali masuk ke gerbong, napas memburu. Di bangkunya, kini tergeletak dua tiket kereta tua, identik seperti sebelumnya.

Yang mengejutkan—salah satunya bertuliskan namanya sendiri.Tiket kedua... tidak ada nama.

Namun di balik tiket kosong itu tertulis:

"Penumpang pengganti dapat ditulis oleh penumpang bertanda."

Tiba-tiba, tinta merah mulai muncul di jari Ayla, menetes dari kuku—seolah kereta sendiri memaksanya menulis nama.

Laras? Dito? Atau Siapa?

Pikirannya berputar cepat.Siapa yang akan ia tulis?

Laras, teman sekampus yang ia kenal sejak ospek—tulus, ceria, dan tidak tahu apa-apa tentang kereta ini.

Dito, pria misterius dari gerbong 5 yang sempat bicara padanya di stasiun, seolah tahu lebih banyak dari yang ia tunjukkan.

Atau…

"Apa aku harus menulis nama seseorang dari masa lalu?"

Ayla memejamkan mata. Teringat wajah wanita berpakaian merah dalam penglihatannya—korban pertama yang menyelamatkannya saat kecil.Dan satu nama terlintas di benaknya:

"Nina."

Bayangan yang Membisikkan

Tiba-tiba, suhu di dalam gerbong turun drastis. Kabut masuk perlahan lewat celah jendela.Sosok "Ayla" dari luar muncul kembali, kini berdiri di lorong gerbong, mendekat.

"Tulis saja namanya… dan kita beres.""Kalau tidak, kita akan menjemput dia sendiri."

Ayla menggenggam tiket kosong itu.Tangannya gemetar. Tapi sebelum ia menulis, kereta kembali berguncang.

Korban Kedua Sudah Dipilih

Teriakan terdengar dari gerbong 5.

Ayla berlari ke sana. Seorang penumpang—Dito, tubuhnya membiru, matanya terbuka lebar tanpa pupil. Di dadanya, tergores angka "2" dengan darah.

Di lantai dekat kakinya… tiket kedua menghilang.

"Dito... tidak pernah berniat membantu," bisik suara dalam kepala Ayla."Dia bagian dari permainan ini. Dan sekarang... tinggal satu."

Tersisa Satu Jiwa

Ayla kembali ke bangkunya.Kini, hanya ada satu tiket terakhir. Namanya terhapus. Masih kosong.

Dan di atas tiket itu, secarik kertas tertulis:

"Satu nama lagi… sebelum kereta mencapai stasiun terakhir. Jika tidak ditulis… maka seluruh gerbong akan ikut masuk daftar."

More Chapters