Ficool

Chapter 2 - Sebuah Cermin Pembohong

Bab 2: Jangan Percaya Matamu Sendiri

Pagi harinya, Raina terbangun di atas tempat tidur. Napasnya memburu, keringat dingin membasahi leher. Ia memeriksa jam dinding—06.14.

Semalam... ia merasa seperti mimpi.

Tapi kakinya pegal, dan tangannya memar. Seolah ia benar-benar berdiri berjam-jam di depan cermin.

"Akhirnya kamu kembali, Raina..."

Suara itu masih terngiang. Dan entah kenapa, kata "kembali" membuat bulu kuduknya berdiri. Seolah ia pernah mengalami ini sebelumnya. Tapi kapan?

Hari itu, Raina mencoba mengalihkan pikirannya. Ia membersihkan loteng rumah, menyusun buku-buku tua neneknya. Di antara tumpukan debu, ia menemukan sebuah kotak kayu kecil dengan kunci berkarat.

Di dalamnya—lembaran kertas usang bertuliskan tangan:

"Terkadang, cermin tidak memantulkan siapa kamu, tapi siapa kamu sembunyikan."—Catatan Harian Nenek

Jantung Raina berdegup keras. Ia menelusuri lebih banyak catatan, dan menemukan beberapa kalimat yang lebih aneh:

"Raina kecil sering bicara sendiri di depan cermin.""Kadang dia tertawa... kadang menangis... kadang bicara bahasa yang tak kukenal."

Raina menggigit bibir. Ia tidak ingat semua itu. Masa kecilnya kabur—hanya fragmen-fragmen samar yang muncul seperti kabut pagi.

Sore hari, ia kembali ke kamar.

Cermin itu masih tergantung di sana—diam, tapi penuh ancaman yang tak terlihat.

Raina mengambil selimut dan menutupinya. Tapi saat ia melangkah mundur...

...selimut itu jatuh sendiri. Tanpa angin. Tanpa suara.

Dan di balik kaca buram itu, ia melihat bayangannya lagi. Tapi kali ini... matanya berbeda. Hitam. Datar. Mati.

"Raina," suara itu bergema, "kau bisa bohong pada dunia… tapi tidak pada cermin ini."

Raina menjerit. Ia berlari keluar kamar dan mengurung diri di ruang tamu. Tapi satu pertanyaan terus mengejarnya:

Siapa yang sebenarnya ada di dalam cermin itu?

More Chapters