Malam itu di Hero Cafe, salah satu kafe terkenal di Kota Perwada.
BRAK!
Semua orang terkejut saat terdengar suara dobrakan keras dari arah pintu.
Di pintu masuk yang baru saja dirusak, tujuh orang pemuda berpakaian serba hitam melangkah masuk dengan langkah mantap, bak para prajurit yang siap bertempur.
Semua orang yang ada di ruangan tersebut menjadi terkejut dengan kehadiran kelompok yang memiliki tanda pengenal khusus berupa logo grup yang sengaja ditempelkan pada pakaian masing-masing, dan simbol itu benar-benar milik kelompok bandit metropolitan yang menamakan dirinya sebagai Geng JAY'X.
Biang chaos datang!
Kelompok ini terkenal suka berbuat onar di tempat umum dan tergolong cukup meresahkan masyarakat. Namun, siapa yang sanggup menghentikan mereka?
Jangankan hanya satuan keamanan kecil, aparat penegak hukum saja sering mereka jadikan permainan.
Geng JAY'X memiliki penampilan menakutkan. Mereka mengenakan jaket kulit hitam berbahan sintetis, kacamata hitam, celana hitam yang robek-robek di sana-sini disertai beberapa tambalan stiker-stiker aneh dan rambut panjang acak-acakan, sangat tak sedap dipandang mata.
Sambil menerobos masuk, salah seorang di antara mereka bersiul dan menepuk-nepuk pelayan perempuan yang semua hendak menyambut tamu.
Dia adalah Kenzo, salah seorang anggota Geng JAY'X.
Dengan tingkah tengil, Kenzo berkata, "Hei, Cantik. Cepat sajikan wine atau dan minuman yang paling bagus di sini!" Suaranya tegas dan keras.
'Wine?' Wanita pelayan tertegun.
"Si--siap, Tuan!" Pelayan wanita mengangguk dengan wajah pucat sambil melihat sekilas ke arah para tamu tak diundang yang langsung menuju ke arah meja paling sudut.
"Jangan lupa sediakan juga wanita-wanita cantik dan seksi untuk melayani kita semua. Okay?" lanjut Kenzo sambil mencolek nakal pipi gadis pelayan tersebut.
Gadis pelayan tertegun, tak tahu harus berkata apa.
"Tunggu apa lagi?" Kenzo mendorong bahu pelayan wanita itu dengan kasar sehingga tubuh pelayan itu terhuyung. "Cepat!"
Beberapa orang yang mendengar menggelengkan kepala. Jelas-jelas kelompok ini sengaja mencari perkara dengan meminta hal tidak disediakan di sana.
Toko ini hanyalah sebuah kafetaria tempat minum berbagai macam jenis kopi, bukan night club atau tempat pelacuran.
Tubuh gadis pelayan kafe gemetar. "Tapi, Tuan-tuan, kami tidak menyediakan hal-hal seperti itu. Tidak ada ada minuman keras atau wanita untuk menghibur pelanggan."
Mata Kenzo melotot. "Kami tidak mau tahu. Kamu tinggal penuhi saja pesanan kami. Jika tidak ...."
Kenzo menyentuh pipi gadis pelayan dengan sentuhan dingin. "Maka kami tidak akan segan-segan menghancurkan tempat ini sampai rata dengan tanah cuma gara-gara satu kesalahan pelayan kecil sepertimu."
Meski nada bicara Kenzo lirih, tapi itu adalah ancaman.
Pemuda berambut ikal itu menyeringai sinis dan berlalu begitu saja dengan meninggalkan jejak ketakutan di hati gadis pelayan.
"Baik. Kami akan berusaha memenuhinya. Tuan-tuan silakan menunggu sebentar." Gadis itu membungkuk hormat dan bergegas melarikan diri secepatnya.
Kenzo menarik seringai tipis di sudut bibirnya, kemudian melangkah pergi mengikuti kawan-kawannya yang lain.
"Minggir!" bentak Zane, seorang pria berwajah tegas dengan badan kekarnya yang tampak sangat kuat.
Orang-orang penghuni meja langsung melarikan diri secepatnya, takut berhadapan dan bermasalah dengan Geng JAY'X.
Suasana cafe yang awalnya ramai seketika berubah menjadi hening. Para pelayan terlihat ketakutan. Beberapa orang pelanggan melirik tak suka ke arah rombongan yang terkenal sebagai bandit kota, sang pengacau.
Namun meski demikian, para pelayan tetap melayani para tamu dengan senyum kaku. Mereka tak ingin membuat masalah kecil dengan kelompok ini.
Di balik bar, seorang pria paruh baya bernama Ali tampak menyipitkan mata. Ia sudah bekerja cukup lama di kafe ini sebagai kepala pengurus dan lelaki itu belum mengenal tamu-tamu aneh tersebut. Dia memilih membiarkan mereka, ingin mengetahui apa yang akan mereka lakukan di sini
PRANG!
Salah seorang dari mereka dengan sengaja menjatuhkan gelas-gelas di atas meja hingga serpihan kaca berhamburan di lantai kafe.
Orang ini bernama Nayaka, yang terkenal memiliki temperamen paling buruk, kejam dan liar.
"Hei! Pelayan! Cepat bereskan meja ini. Kami tidak mau ada bekas minum orang lain di sini!" teriak Nayaka, orang yang memiliki darah Jepang, dengan nada tinggi. Suaranya serak dan kasar, tapi seolah dibuat-buat garang.
Tubuh para pengunjung kafe seperti membeku, tapi juga ingin lari secepat mungkin dari tempat itu. Mereka bahkan sampai menahan napas, tidak berani bergerak.
Seorang pelayan pria tampak gugup dan bersiap untuk mengambil gelas baru, sedangkan pelayan lain bergegas mengambil peralatan kebersihan.
Namun sebelum para pelayan kafe bertindak, seorang pemuda bertopi mencabut tongkat lipat dari balik jaketnya dan menghantam meja kaca di tengah ruangan dengan pukulan keras.
Suara pecahan memecah ketegangan. Semua orang terlonjak kaget. Ponsel milik kepala pengurus yang tengah bersiap mengubungi pihak keamanan pun terjatuh.
Gelak tawa pecah!
"Hahahaha!"
"Hahahaha!"
"Hahahaha!"
"Kita mulai saja pestanya!" teriak Zane sambil mengacungkan tinju ke atas, lalu menendang kursi di depannya hingga terbalik.
Kacau!
Dalam sekejap, suasana berubah menjadi medan perang. Para pelanggan berteriak dan berhamburan. Kursi dilempar, botol pecah, lampu gantung roboh.
Tiga dari tujuh pemuda berandalan itu mulai menghancurkan isi kafe, memukul dinding, menendang speaker. Salah satu bahkan memanjat meja DJ dan membalikkan peralatan musik.
Ali berlari dari balik bar, wajah merah padam. "Hei, berhenti!"