Ficool

Chapter 7 - Ch. 07

"Tentu saja kami siap, Bos! Kami akan bertindak sesuai perintah dan petunjuk yang Anda berikan." Nayaka sangat bersemangat.

"Bos jangan khawatir. Kami pasti akan melakukan yang terbaik dalam tugas ini," ujar Kenzo, tak kalah antusias.

"Baguslah." Jay merasa lega. "Masalah penculikan ... oh bukan, maksudku untuk tugas penyelamatan Danny Wijaya aku serahkan kepada kalian berdua dan juga Ken yang akan mengawasi Kenzo dan Nayaka dari jauh. Usahakan untuk tetap saling terhubung."

Jay mendekati Kenzo dan Nayaka yang berdiri berdampingan, menepuk bahu keduanya dengan tepukan hangat. "Ingatlah untuk tetap waspada dan selalu berhati-hati."

"Siap!" seru Kenzo dan Nayaka, nyaris bersamaan, sedangkan Ken hanya menganggukkan kepala.

"Tugas semacam ini, serahkan saja kepada ahlinya." Nayaka menepuk-nepuk dada dengan bangga.

"Lalu, bagaimana denganku dan yang lainnya?" Nina tentu saja tak ingin ketinggalan. "Bos Jay, adakah tugas untukku?

"Apa lagi?" Nayaka semenjak ingin menggoda satu-satunya gadis di sana. "Ya elu tinggal di sini dan memasak aja buat kita-kita dan elu gak perlu repot-repot pergi ke mana pun. Bukannya cewek harusnya begitu?"

"Bener. Cewek nggak seharusnya turun tangan ikut berpetualang bareng kita-kita para pria tangguh. Emangnya elu ntar bisa apa selain mewek?" Kenzo menambah bahan bakar pada candaan Nayaka.

"Nah, dengerin tuh, Nina Gendut. Elu duduk manis aja di sini sambil main game Molly," ujar Nayaka sambil menyentil cepol rambut Nina dengan nakal.

Cepol rambut Nina sedikit berantakan akibat ulah Nayaka.

"Bener tuh yang Nayaka bilang. Sebaiknya elu stay di sini buat jaga markas dan enggak ikut campur urusan lelaki," timpal Kenzo dengan seenaknya. "Elu cuma bakal jadi beban kalo ikutan kita-kita."

Nina kesal hingga mulutnya mengerucut. Dia merasa diremehkan dan candaan ini terlalu garing, sama sekali tidak lucu.

Nina langsung melayangkan cubitan kecil di lengan Nayaka. "Terapin aja tuh aturan ke cewek-cewek elu berdua, Buaya Darat!"

"Aahh!" Nayaka meringis menahan sakit akibat cubitan kecil yang dipelintir. "

"Hei, Jelek, lepasin cubitan lu!" teriak Nayaka sambil menahan sakit.

Namun, semakin Nayaka berteriak, kian keras pula pelintiran Nina. "Nggak akan! Ini akibatnya kalo punya bibir monyong yang doyan ngomong seenaknya sama cewek kek gue!"

"Tapi kan gue cuma becanda," ujar Nayaka.

"Bodo amat!" Nina masih merasa jengkel.

"Cukup!" Jay membentak, bermaksud mengakhiri perang ini.

Semuanya seketika terdiam, seperti jangkrik terinjak.

"Sekarang bukan saatnya untuk bercanda. Semua orang akan mendapatkan tugas sesuai dengan keahlian masing-masing," lanjut Jay dengan suara tinggi.

"Maaf, Bos. Tadi kami kebablasan. Kami cuma bercanda biar suasana tidak terlalu tegang. Jujur saja, tugas kali ini membuatku sedikit takut." ujar Kenzo yang langsung menoleh ke arah Nina. "Nina, maafin gue, ya?"

"Maafin gue juga, Nin." Kenzo mengulurkan tangannya, meminta berjabat tangan.

"Humph!" Nina melengos ke arah lain, enggan memaafkan.

Sementara Kenzo dan Nayaka main berusaha meminta maaf kepada Nina, Jay diam-diam tengah memikirkan rencana selanjutnya. Jika dipikir-pikir, sejujurnya ia merasa bimbang juga.

Di pihak lain dia ingin bertemu dengan kakeknya dan membawakan beberapa hadiah untuk orang tua itu. Namun, di pihak lain ia merasa sangat enggan untuk bertemu dengan kedua orang yang sangat dibencinya, yaitu Diana Legiani dan Romario Wijaya.

Jay terdiam sesaat, berpikir apa yang akan dilakukannya pada pesta ulang tahun Heru Wijaya, sang kakek, dan ia akhirnya mengambil keputusan yang cukup mengejutkan.

"Aku akan datang ke pesta itu untuk memberi beberapa kejutan kepada mereka," ucap Jay, tiba-tiba dan suasana langsung berubah seketika.

Orang menoleh ke arah Jay, menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Ya," tukas Jay, tanpa ragu. Pandangan pria tampan itu lantas tertuju ke arah Nina yang juga tengah menatapnya. "Dan Nina ... maukah kamu menjadi istriku?"

PRANK!

Gelas yang dipegang Zane langsung jatuh ke lantai dan pecah seketika. Bir di mulutnya mengalir secara tanpa sadar.

PFFTTT!

Kevin menyemburkan minuman bersoda yang baru saja diminumnya dan dia terbatuk-batuk akibat tersedak sampai ingin pipis.

BRAK!

Setumpuk berkas yang sedang diperiksa oleh Ken tanpa sadar terlepas dari pegangan sebelum berhamburan ke segala arah.

DEG!

Jantung Nina berdebar keras, seperti baru saja dihantam pukulan tinju.

Dunia seakan berhenti beraktivitas, bumi serasa tak lagi berputar akibat pertanyaan Jay terhadap Nina.

Nina sendiri tengah dihadapkan pada suatu kebingungan bagaimana cara dia menjawab pertanyaan Jay. Entah ini hanya mimpi atau memang suatu kenyataan dia masih tak berani memikirkannya lebih dalam.

Memangnya siapa yang tidak bermimpi menjadi istri Jay?

More Chapters