Ficool

Chapter 10 - Bab 10 terbongkarnya sebuah masalalu yang kelam

Tampa membuang waktu, mereka berempat kembali ke sekolah, hari sudah menjelang sore, siswa siswa lain sudah pulang hanya beberapa guru dan staf sekolah yang masih terlihat.

Mereka berjalan cepat melewati lorong hingga di depan ruang guru, pintu kaca tertutup, di baliknya terlihat pak guntur salah satu staf administrasi yang sedang membereskan berkas.

Rey mengetuk pintu TOK TOK TOK

Pak Guntur menoleh dan membuka pintu sedikit 

"Ya?, ada apa kalian kemari?" tanya pak guntur dengan heran 

"Kami mau menanyakan sesuatu pak, tentang... Alamat teman kami" kata Zeks

"Teman kalian?, Siapa?" tanya pak Guntur 

"Raida khoirul anwar, kami khawatir dengannya, dia tidak masuk hari ini dan kami tidak bisa menghubunginya" balas Amel

Pak Guntur mengernyit "Raida ya... Tunggu sebentar"

Pak guntur masuk kedalam dan membuka komputer di mejanya, jari jarinya mengetik dengan cepat, Memcari data siswa yang bernama Raida khoirul anwar

"Ini dia..." gumam pak guntur

"Apa sudah ketemu?" tanya Amel

Pak Guntur mengangguk lalu membaca pelan 

"Wilayah murni raya, distrik tengah, jalan langit no 17" kata pak guntur

"Murni raya?, bukankah itu perumahan dekat taman?" kata Sarah

"Terimakasih, pak" kata Rey

Pak Guntur hanya mengangguk "tapi hati hati ya, kalau kalian bertemu dengannya, sampaikan... Dia tetap harus isi from kesehatan siswa minggu ini," kata pak guntur 

Satu jam kemudian mereka tiba di jalan langit no 17, Perumahan itu bersih anak anak kecil bermain bola di jalanan, beberapa warga menyiram tanaman di halaman rumah

Rumah nomer 17 ada di ujung jalan, rumah sederhana dua lantai dengan pagar putih dan pekarangan kecil.

"Itu rumahnya" kata Amel

"Kenapa dia tidak bilang?, kalau selama ini dia tinggal di sini?" kata Zeks

Amel berjalan ke depan dan menekan bel pintu

TING-TONG

Beberapa detik berlalu, terdengar langkah kaki dari dalam, pintu terbuka ibu Raida berdiri di ambang pintu mengenakan pakaian rumah sederhana, wajahnya sedikit terkejut melihat empat remaja berdiri di depan rumahnya.

"Ya?, ada perlu apa?" tanya ibu Raida

Rey sedikit ragu "Permisi bu, kami teman sekolah Raida... Apa dia ada di rumah?"

Ibu Raida mumbuka pintu lebih lebar, menatap mereka satu persatu dengan tatapan keibuan namun tajam

"Masuklah, sebentar saja, kalian terlihat cemas" kata ibu Raida

Mereka masuk, duduk di ruang tamu kecil yang penuh aroma teh dan kayu manis,

"Jadi kalian kemari untuk mencari putraku" kata ibu Raida sambil menyeduh sebuah teh

"Eh... Tak perlu repot repot" kata Amel karena di seduhkan teh

"Tak apa... Ini teh buatan sendiri kalian cicipilah" kata ibu Raida

"Terima kasih" balas Amel

"Apakah Raida ada bu?" tanya Rey

"Raida... Sudah pergi dari tadi pagi dan dia tidak bilang mau kemana" kata ibu Raida 

"Apa ibu tahu kapan dia akan pulang?" kata Amel dengan penuh harap

"Tidak, tapi ada yang ingin aku tanyakan pada kalian semua?" kata ibu Raida dengan nada yang lebih lembut

"Ya, ibu bisa tanya apa saja pada kami" kata Rey

Ibu Raida menghela nafas "apa Raida telah kehilangan sesuatu yang cukup berharga baginya" 

Mereka kaget karena ibu Raida mengetahui kalau Raida baru saja kehilangan teman temannya.

"Bagaimana ibu bisa tahu?" tanya rey dengan heran

"Aku ini ibunya tentu saja aku tahu segalanya, sebenarnya semalam Raida kembali dengan raut wajah dan tatapan yang amat bersalah sama seperti saat 10 tahun lalu dan beberapa bulan yang lalu" kata ibu Raida 

Mereka bingung dengan perkataan ibu Raida "memangnya apa yang telah terjadi?" kata Amel kerana penasaran

"10 tahun lalu raida kehilangan sahabat yang selalu menemaninya, waktu itu terjadi kecelakaan hebat yang menyebabkan sahabatnya tiada, dan Raida menganggap kalau kecelakaan itu adalah kesalahannya, karena dia menendang subuah bola dan mengenai sebuah mobil yang menyebabkan kecelakaan itu" kata ibu Raida

Semua orang terdiam karena cerita itu "kalau beberapa bulan lalu apa yang terjadi?" tanya Amel lagi

"Kalau tentang yang itu aku tidak tau, dia bersekolah di luar negri saat dia kembali tatapannya sama seperti sebuluh tahun lalu" balas ibu Raida

"Luar negri?" gumam Zeks dengan bingung

"Raida pasti sudah memanipulasi ingatannya" bisik Sarah pada Zeks

"Apa ibu tahu... Soal hal hal yang ia sembunyikan?" tanya Sarah dengan hati hati

Ibu Raida tersenyum lemah " aku tidak tahu segalanya, tapi... Aku tahu kalau putraku itu berbeda, waktu itu dan pada malam itu, aku melihatnya berdiri di bawah sinar rembulan seperti mamancarkan aura yang sangat besar namun menyedihkan, pada waktu itu aku yakin kalau putraku memiliki luka yang sangat dalam dan menanggung beban yang sangat besar" 

"Tapi aku memilih untuk percaya padanya" kata ibu Raida dengan senyum hangat

Amel memggenggam tangannya "kami juga ingin begitu bu, kami juga akan selalu percaya padanya" 

"Kalian memang teman teman yang baik, aku senang Raida memiliki teman seperti kalian" kata ibu Raida dengan nada lembut

Tiba tiba saja jam veylock mereka bergetar "apa yang terjadi, ini sangat cepat Bukankah baru kemarin kita..." kata Zeks karena kaget

"Zeks..." kata Amel dengan serius 

Zeks seketika terdiam dia menyadari kalau sekarang bukan saatnya membicarakan hal ini

Ibu Raida tersenyum lembut "sepertinya kalian memiliki hal yang harus di lakukan, pergilah lakukan apa yang harus kalian lakukan sekarang"

"Kami minta maaf kalau kedatangan kami mengganggu, kami pamit, lain kali kami akan mampir lagi" kata Amel

"Tak apa aku senang kalian datang, kembalilah kapanpun kalian mau" balas ibu Raida 

Mereka mengangguk lalu berlari keluar

Ibu Raida meminum teh lalu tersenyum "akan datang saat waktunya, kebenaran akan segera terungkap" 

Lima menit kemudian suasana di pusat kota berubah drastis, mobil mobil di tinggalkan begitu saja lampu jalan berkedip tak menentu, orang orang berlarian panik, sebagain bersembunyi di balik meja restoran dan kolong jembatan penyebrangan 

Di tengah jalan raya, di atas aspal yang retak dan di antara mobil mobil yang terbengkalai berdiri satu Alien.

Tingginya sekitar 3 meter, namanya adalah Varnogh, Makhluk itu berjalan perlahan, Tubuhnya seperti batu hidup yang berdenyut samar, Urat-urat biru menyala di bawah kulit kerasnya, Matanya hijau menyala, dan dari mulut lebarnya keluar dengusan panas seperti logam terbakar.

Ia mengendus udara, lalu mengaum rendah. Suara itu membuat seluruh kota terasa bergetar. " RAIDA!! TUNJUKAN DIRIMU"

Air mancur meledak kerena tekanan suaranya

"Keluarlah aku tahu kau ada di sini" kata Varnogh

Amel mendarat di ujung jalan, nafasnya berat, rambutnya tertiup angin ledakan kecil dari kejauhan, di sampingnya Rey, Zeks dan sarah mendarat satu persatu

"Siapa... Itu?" gumam sarah, matanya menyipit 

Zeks menggenggam erat pedang di lenganya "bukan Alien atau monster biasa, tapi jelas bukan manusia" 

Sarah memukul kepala Zeks dari belakang "tentu saja dia bukan manusia, lihat saja betuk tubuhnya, yang amel tanyakan itu namanya"

"Ya, mana tahu, lagi pula kenapa nanya nama sih memangnya di antara kita ada yang kenal mahluk di sana itu" kata Zeks karena kesal

"Sudah sudah, kali ini Zeks benar aku yang salah" kata Amel sambil menenangkan Sarah dan Zeks

Amel melangkah maju "siapa kau? Dan apa maumu dari Raida?" kata Amel suaranya dingin namun tegas

Mahluk itu menoleh lambat, menatap Amel dengan mata birunya yang seolah menusuk jiwa, ia melangkah maju suaranya kini menjadi lebih jelas dan berat.

"Aku varnogh, aku datang kemari atas perintah tuanku, dan aku datang bukan untuk menghancurkan tapi sebagai pembawa pesan" kata varnogh

"Dia bilang tidak menghancurkan, tapi lihat sekitarnya" bisik Zeks pada Rey

"Diam, kau bisa membuatnya menjadi agresif nanti" bisik Rey pada Zeks

Varnogh berhenti tepat di depan mobil yang hancur setengah, tangannya terangkat menunjuk langsung ke arah mereka.

"Kalian teman temannya... Bukan?" kata varnogh

Rey mengangkat satu alis penuh waspada "kalau iya, lalu apa?"

"Kalian tak perlu mati hari ini" varnogh memiringkan kepalanya "tapi kalian tahu bagaimana takdir bekerja... Bila kalian menghalangi jalan ku"

Zeks maju satu langkah, exspresinya dingin seperti baja "kalau kau cari Raida, kau datang di tempat yang salah dan waktu yang salah, dia sudah pergi dari sini"

Varnogh tertawa kecil, suara tawanya seperti dua logam yang saling bergesek

"Yang salah adalah kalian, aku paham betul bau anak itu, dan baunya masih di sini" kata varnogh

Amel, Rey, dan Sarah menatap Zeks 

"itu tak membantu Zeks" kata Sarah

"Mana ku tahu, kalau dia bisa mencium bau Raida" kata Zeks

Sarah mencabut senjatanya, "Kau bisa bicara sepuasmu, Tapi langkah berikutnya adalah lawan."

Amel menunduk, lalu mendongak dengan sorot tajam, "Kau mau cari Raida? Lewati kami dulu."

Mata Varnogh berdenyut lalu, tanpa aba-aba, dia melesat ke depan dengan kecepatan mengejutkan.

More Chapters