Arena Jiwa – Gelombang Kedua
Arena itu berdetak perlahan, seperti jantung raksasa yang tertanam di bawah bumi.
Debu keemasan berhamburan di udara, menari seperti mantra yang belum selesai diucapkan.
Mereka berputar di sekitar Adipati, lalu perlahan terserap ke dalam kulitnya,
seolah membawa bisikan halus jiwa-jiwa yang memilih bernaung dalam darah Raiman.
Setiap butiran terasa seperti bara yang menembus kulit, yang sangat menyakitkan, namun memberi tenaga yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Fragmen Jiwa diserap"
+2 Kekuatan dasar bertambah
+1 Ketahanan tubuh meningkat
Tulisan itu muncul di udara, samar, melayang seperti mantra yang terbentuk dari cahaya.
Adipati tertegun. Ia mencoba menyentuh simbol itu, tapi segera lenyap seperti asap.
“opo iki ... sistem?” gumamnya.
“utowo ilusi panggon terkutuk ?”
Ia menatap telapak tangannya. Urat-urat emas di bawah kulitnya berdenyut cepat. Darahnya kini terasa seperti cairan logam panas yang hidup dan bernafas.
Udara di sekitarnya mulai menggigil. Dan Dari balik kabut merah, langkah-langkah berat mulai terdengar ..
gemuruh seperti derap seribu prajurit di tanah neraka.
.
Tiba-tiba Tanah merekah.
Dan Dari retakan itu , keluar puluhan makhluk aneh,
bentuk tubuh mereka lebih besar, kulitnya diselimuti tulang retak, dan mata mereka membara biru seperti lava,
Mereka membawa senjata tulang yang menyala, cambuk dari urat api, bahkan tangan mereka sendiri menjelma menjadi bilah tajam.
"> [Arena Jiwa – Gelombang Kedua Dimulai]
Syarat bertahan: Habisi semua entitas dalam 10 menit"
Waktu berdetak di benaknya. Tak ada jam, tapi setiap detik terasa menekan dada.
Adipati mundur dua langkah. Nafasnya berat, tapi pandangannya tajam.
“Sepuluh menit,” bisiknya pelan. “yen iki ujian, ingsun gak bakal mundur ..”
Ia mengepalkan tangan , lalu Emas di tubuhnya berpendar seperti listrik.
Dan Saat makhluk pertama melompat, Adipati sudah menyambutnya.
Tinju dan taring bertemu di udara, menimbulkan percikan cahaya.
Suara logam beradu memantul di seluruh arena.
Tubuh makhluk itu hancur berantakan, lalu berubah menjadi debu bercahaya.
"> [Makhluk tingkat menengah dikalahkan]
+10 Fragmen Jiwa diperoleh "
Namun kali ini, teks lain muncul di bawahnya.
> [Skill Terdeteksi: “Tulang Api – Lv.1”]
Status: Dapat diwarisi.
Mengonversi ke Bentuk Jiwa Pengikut?
[Ya / Tidak]
Adipati terdiam sejenak. Ia mengikuti naluri.
“Ya.”
Debu emas makhluk itu berputar membentuk siluet samar—makhluk yang sama, namun kini lututnya menekuk di hadapan Adipati.
> [Pengikut Jiwa Diciptakan: Tulang Api Lv.1]
Status: Patuh penuh.
Perintah: Siaga di Bayangan Pengguna.
Bayangan Adipati memanjang di tanah, dan siluet makhluk itu tenggelam ke dalamnya, seperti air diserap pasir.
.
Tak berselang lama , tiba-tiba
Ada Tiga makhluk lain menyerang secara bersamaan. Adipati berputar, menendang satu ke tanah, lalu menangkis sabetan cambuk api dari sisi kanan.
Gerakannya makin luwes...
seolah tubuhnya sudah tahu cara bertarung sebelum pikirannya sempat memerintah.
“Cepet ora usah kakean mikir ...”
Dari dalam darahnya muncul gema halus, bisikan leluhur Raiman yang kini menyatu dengan napas dan nadinya.
> “getihmu kenal panggonan Iki , awakmu lagi sinau. jarne sukmoning getih dadi pandu..”
Adipati menutup matanya sepersekian detik, membiarkan tubuhnya bergerak sendiri.
Tinju kirinya menghantam kepala makhluk kedua, kakinya menendang makhluk ketiga hingga jatuh ke jurang arena.
"> [Fragmen Jiwa +7]
[Fragmen Jiwa +9]
[Fragmen Jiwa +12]"
Urat-urat emas di tangan Adipati semakin tebal, bercahaya seperti baja panas.
Di dadanya terbentuk pusaran cahaya kecil nukleus energi yang terus berputar cepat.
"> [Fragmen Jiwa mencukupi]
Skill baru tersedia: “nereseping jiwo (Lv.1)”
Deskripsi: Menyerap sisa energi musuh untuk memperkuat tubuh pengguna secara temporer.
Adipati mengangkat tangannya, menatap simbol bercahaya itu.
“Aktifkan.”
Cahaya emas menyelimuti tubuhnya. Setiap langkahnya kini meninggalkan bekas pijar di tanah.
Makhluk-makhluk di sekelilingnya berhenti sejenak, seperti tertekan oleh hawa yang tak terlihat.
Dari depan, muncul makhluk besar—dua kali tinggi manusia, membawa sabit tulang dengan bilah api biru pekat.
Suara auman berat mengguncang udara.
"> [Entitas Tingkat Tinggi – Penghancur Tulang Api Lv.3]"
Makhluk itu berlari.
Adipati tak mundur. Ia maju dengan tinju terangkat.
Benturan mereka seperti ledakan petir. Cahaya emas dan biru bertabrakan, memecah udara menjadi badai debu jiwa.
Makhluk itu menjerit, lalu pecah menjadi ratusan pecahan cahaya.
"> [Makhluk tingkat tinggi dikalahkan]
+40 Fragmen Jiwa diperoleh
[Skill lawan: “Sabit Tulang Api – Lv.3” dapat diserap]
Mengonversi ke Pengikut Bayangan?
"ya/tidak..?"
“Ya.”
Cahaya biru dari sisa makhluk itu menyatu ke tanah, membentuk siluet berlutut.
Tulang-tulangnya membentuk tubuh baru dari debu emas,lalu ia menunduk di depan Adipati.
" [Pengikut Baru Ditambahkan]
Nama: Penghancur Tulang Api
Level: 3
Status: Taat Mutlak"
Bayangan Adipati kini bergoyang pelan, seperti menyimpan puluhan roh yang beristirahat di dalamnya.
Gelombang demi gelombang datang tanpa henti.
Namun kini Adipati tidak lagi bertarung sendirian.
Setiap makhluk yang tumbang, jiwanya terserap, menjadi bagian dari pasukan bayangan yang bersembunyi di balik langkahnya.
Arena berguncang di bawah pijakan puluhan entitas bayangan yang menyerang atas perintahnya.
Api, asap, dan cahaya emas beradu di udara.
Setiap serangan menciptakan ledakan kecil, dan nama Adipati mulai bergaung di udara seperti mantra neraka.
> “Dia... menguasai darah terlarang itu,” bisik salah satu arwah penonton dari kabut merah.
“Dia membangunkan sistem Raiman!”
Dalam hitungan menit, semua musuh musnah.
Arena kini sunyi, tertutup debu keemasan yang berpendar lembut.
Adipati berdiri di tengah, napasnya berat, tapi tatapannya tenang.
> [Arena Jiwa – Gelombang Kedua Diselesaikan]
+100 Fragmen Jiwa
Level naik: 2
Atribut meningkat otomatis
Pengikut: 17 entitas aktif
Adipati menatap udara di depannya.
“Level dua…” gumamnya, suaranya serak.
Tubuhnya terasa lebih ringan, pikirannya lebih tajam. Luka-lukanya menutup, dan darah emas di tubuhnya kini berdenyut seperti jantung kedua.
Namun sebelum ia sempat bernapas lega, langit berubah.
tiba-tiba Awan merah terbelah.
Dari celahnya turun sosok bersayap hitam dengan mata ungu menyala, membawa sabit panjang dari api gelap.
auranya membuat seluruh arena bergetar.
" [Entitas Elit – Pengawas Arena Jiwa]
Julukan: Sang Penimbang Jiwa
Level: ???
“Kowe njangkah Tan Soyo cepet Nang.. .”
Suara itu bergema berat, menembus udara dan tulang.
Adipati menatapnya tanpa gentar.
> “Sopo Kowe ..?”
“ingsun sing jogo alam gaib, .
Kowe wis nguripke getih terlarang,
Kowe Saiki WIS wani ganggu neraca Sukmo...
Saiki , lawan ingsun...”
Tanah mulai retak . Arena berdenyut seperti jantung raksasa.
Emas di tubuh Adipati bersinar, membentuk pola rumit seperti aksara jawa kuno di kulitnya.
Ia menurunkan tubuhnya, menyiapkan posisi bertarung.
Senyum tipis terukir di wajahnya.
> “yen Iki pancen ujian,” katanya pelan,
“mongko aku Ra bakal kalah..”
Tiba-tiba Di belakangnya, ada 17 bayangan pengikutnya muncul dalam formasi perang.
Sang Penimbang Jiwa menurunkan sabitnya dan udara sektika terbelah.
Raksasapada menatap ke dalam cermin hitamnya.
Bayangan Adipati tampak jelas , berdiri di tengah arena yang porak poranda.
“siro WIS tangi” gumamnya pelan.
Sementara Dari balik kabut, suara tua menjawab, berat dan penuh makna.
“Darah Raiman memang keras kepala. Tapi lihatlah..bahkan di neraka pun, ia belajar bangkit.”
Raksasapada tersenyum tipis.
“Iku sebape ingsun ora lebur Sukmone ,ingsun pingin weruh,... sepiro adoh wonge kuat....”
Lonceng hitam berdentang tiga kali.
Arena kembali bergetar.
" [Kandidat Penebus Jiwa – Adipati Soesilo]
Status: Bertahan.
Nilai Jiwa: 218 Fragmen.
Arena berguncang, retakannya membentuk urat cahaya merah menyala.
Udara bergetar...gelombang ketiga segera datang.
Adipati menatap jurang yang terbuka di hadapannya; tekadnya berkilau dingin, lebih tajam dari baja.
Lalu, dari bibirnya meluncur kata-kata yang tak pernah diajarkan manusia:
“Sira nyawaku,
tan pisah saking pepetengan.
Weninga,
sang perang kang bakal kawujud.”
🪶 Bersambung....
