Ficool

Chapter 7 - JEMBATAN CINTA KITA

Chapter 7: Rumah di Balik Senja

Langit mulai gelap, tapi ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan mengalir di dada Ayra. Pilihannya malam itu bukan sekadar memilih antara dua pria—tapi memilih siapa yang membuatnya merasa menjadi dirinya sendiri tanpa harus berpura-pura kuat.

Dimas sudah pergi, tanpa kata pamit, hanya meninggalkan satu lirikan terakhir yang kosong. Tapi Ayra tahu, itu adalah penutup cerita lama yang sudah terlalu lama terbuka.

Ren berjalan di sampingnya, diam seperti biasa. Tapi langkahnya terasa lebih tenang, lebih mantap. Di tangan kirinya, buku sketsa yang selalu ia bawa kini terbuka, angin malam membolak-balik halamannya.

"Terima kasih," kata Ayra akhirnya, memecah sunyi.

Ren menoleh. "Untuk apa?"

"Untuk tidak menuntut... tapi hadir. Untuk tidak mendesak... tapi bertahan."

Ren tertawa kecil. "Aku bukan pahlawan, Ayra. Aku cuma seseorang yang tahu rasanya kehilangan... dan tak ingin ada orang lain merasakannya sendirian."

Mereka berhenti di ujung jembatan. Di seberang sana, rumah-rumah kecil mulai menyalakan lampu. Jalanan basah memantulkan cahaya seperti bintang yang jatuh ke bumi.

"Kau tahu," kata Ren pelan, "sejak kecil aku tak pernah merasa punya rumah. Aku berpindah-pindah, membawa sketsa, mencari tempat yang bisa menerima aku apa adanya."

Ayra menoleh padanya. "Dan sekarang?"

Ren tersenyum, kali ini lebih hangat.

"Sekarang aku merasa... aku menemukannya. Tapi rumah itu bukan bangunan. Rumah itu—kamu."

Ayra terdiam. Ada air mata yang menetes, tapi bukan karena sedih. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia menangis karena hatinya utuh.

Ia menggenggam tangan Ren. "Kalau begitu... biarkan aku juga belajar membangun rumah di sampingmu."

Ren tak menjawab, hanya menggenggam tangannya lebih erat. Mereka berjalan turun dari jembatan, langkah demi langkah, seperti melangkah ke babak baru kehidupan.

Dan saat mereka berjalan menjauh, jembatan itu berdiri sunyi di belakang mereka. Tak lagi menjadi tempat luka, tapi kini menjadi saksi kelahiran cinta yang tumbuh... perlahan, tulus, dan penuh harapan.

More Chapters