Ficool

Hit Kiss and Run

moonflow
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
123
Views
Synopsis
Janya menatap Orn seolah gadis itu baru saja menyelamatkan dunia, menggunakan lip balm. "Serius? Kau bawa bedak ke tengah baku tembak," gumamnya, sambil menghitung peluru terakhir di magazinnya. Orn tersenyum, lalu menepuk pipinya sendiri. "Aku nggak mau mati jelek." Janya menghela napas dalam-dalam, menatap gadis di sampingnya yang sekarang sedang menggunakan lipstik. "Logika bodoh dari mana itu?!" "Logika content creator." Orn mengedip. "Trauma dulu yang penting viral, Kirin." Janya menatap langit sejenak di tengah-tengah peluru yang mengincar mereka, sesaat dia mempertimbangkan untuk menyerah saja pada hidup. "Kalau kita selamat," katanya pelan, "aku bakal bener-bener tinggalin kau di hutan!" Kabur dari militer? Gampang buat Janya. Kabur dari influencer rese yang gila? Mustahil banget. Hit, Kiss, and Run. "Kadang cinta itu datang nggak bawa bunga, tapi bawa tripod."
VIEW MORE

Chapter 1 - Tendangan yang Ditonton Sejuta Orang

Di sebuah gudang tua di sisi barat Bangkok, tempat berbau solar dan darah kering menyatu menjadi parfum malam — seorang wanita berdiri di tengah ring besi, mengunyah permen karet seperti sedang menunggu bus kota, bukannya pertarungan hidup mati.

Namanya Janya Sutthipong. Di kalangan orang-orang yang cukup bodoh untuk bertaruh nyawa demi uang, dia lebih dikenal sebagai Kirin — bukan karena dia mitologis, tapi karena tendangannya bisa membuat laki-laki bertato naga menggeliat seperti ikan lele terkena strum.

Lampu-lampu neon muram menggantung rendah, memantulkan bayangan kusam di wajah-wajah penonton yang haus tontonan sadis. Di pojok ruangan, seorang pria bertubuh seperti lemari pendingin berdiri dengan tangan berbalut perban berdarah. Yang tak lain adalah lawan Janya malam ini.

"Satu juta Baht untuk siapa yang bisa menjatuhkan Kirin," seru penyiar dengan suara seberisik sepeda motor tua. "Tapi ingat, kalau mati — kami tidak menyediakan asuransi jiwa."

Sorak-sorai pecah dari bangku penonton. Sebagian tertawa dengan efek mabuk. Beberapa merekam memakai ponsel, dan salah satunya — tanpa sadar — akan membuat kehidupan Janya meledak dalam tiga hari ke depan.

"Ready?" suara wasit nyaris tenggelam oleh dentuman bass dari speaker murah.

Janya tidak menjawab. Dia hanya menoleh sedikit, meludahkan permen karetnya ke lantai, lalu mengingat rambutnya seperti ekor kuda. Dari sorot matanya ia tak menunjukkan gairah bertarung, malahan menunjukkan pandangan bosan.

Pria itu menyerang lebih dulu dengan kepercayaan diri bak karakter utama di anime-anime action. Pukulan kanan meleset cepat, keras, berputar — Janya menunduk tanpa usaha, membalas dengan serangan tulang rusuk, dan menendang lutut lawannya seperti mematikan saklar lampu.

KRAKK!

Ada bunyi patah, diikuti erangan si pria bertubuh besar itu.

Penonton berseru, entah jijik atau puas. Lawannya tumbang, mengerang sambil menggenggam lututnya yang berbelok ke arah yang salah.

Pertarungan selesai dalam dua belas detik.

Janya menghela napas. "Minggu depan bawakan aku lima orang sekaligus."

Seorang pria bertubuh kurus menghampirinya dari luar ring, membawa amplop lusuh.

"Seperti biasa, Kak Kirin. Setengah tunai, setengah transfer. "

Janya mengambil amplop itu tanpa melihat. "Transfer ke akun lama. Kalau telat, kau yang ku-lipat minggu depan."

Pria itu tertawa kikuk, "Tentu, Kak."

Janya turun dari ring, mengambil jaket hitamnya yang kusut, dan berjalan keluar gudang tanpa menoleh ke belakang. Orang-orang bersorak memanggil namanya, tapi dia tak memberi isyarat apa pun. Di luar, hujan rintik menyambutnya, sepertinya langit juga bosan dengan Bangkok malam ini.

Ia menyalakan rokok yang entah sudah berapa kali disulut, lalu berjalan menyusuri gang sempit, seolah baru saja pulang dari shift kerja biasa, bukan dari membongkar sendi manusia.

Di sisi lain kota, Ornchanok "Orn" Sangkrajang — influencer TikTok dengan 400 ribu pengikut yang sebagian besar adalah remaja dan ibu-ibu penggemar skincare — baru saja menggunggah video tentang "manfaat masker lidah buaya di musim hujan".

Ia mengenakan jubah mandi, wajah penuh masker hijau, dan latar suara lo-fi jazz.

"Ingat ya, jangan pakai lidah buaya kalau kamu alergi ... atau punya mantan yang benci tanaman hijau." katanya pada penonton live TikToknya.

Ia tertawa pada candaannya sendiri.

Lalu notifikasi muncul. Video teratas di linimasa; "WANITA GILA HANCURKAN PARA BANDIT PASAR MALAM!"

Judul clickbait, thumbnail blur, dan deskripsi singkat, "Nonton sampai habis! Asli kayak film!"

Orn, dengan refleks seorang pencari konten, langsung klik.

Video itu direkam oleh pengunjung pasar malam, memperlihatkan seorang wanita — berambut basah, bertubuh tegap, mengenakan hoodie hitam dan celana training lusuh — menghajar tiga orang preman dalam waktu kurang dari satu menit. Ada gerakan patah tangan yang terlalu cepat, terlalu rapi, seolah dilakukan oleh orang terlatih seperti tentara.

Di akhir video, wanita itu menoleh ke kamera. Hanya sekilas. Tapi cukup untuk melihat wajahnya.

Orn memencet tombol pause, lalu zoom, zoom, dan zoom.

"Whoaa a... cantik banget." Ia cengengesan sendiri.

"Dan gila banget. Konten ini bisa viral. No. 1 Ini. HARUS viral."

Dengan kecepatan seorang profesional drama internet, ia mengunduh video itu, menambahkan suara dramatis, emoji api, dan tulisan menggelegar hasil akhirnya menjadi,

💥 "BADASS THAI FEMALE JOHN WICK???" 💥

Ia upload ulang dengan caption, "Cewek secantik ini ngapain hajar preman?? AKU PERLU BERTEMU DIA SEKARANG."

Dan internet pun bekerja sesuai kodratnya.

Kembali ke Janya, sekarang ia sedang duduk di sebuah kedai mie kecil yang buka 24 jam. TV di pojok kedai memutar ulang video yang sama, sekarang sudah disunting oleh program berita. Meski wajahnya diblur, Janya tetap tahu itu dirinya.

Suara reporter berbicara cepat,

" — saat ini belum diketahui identitas wanita tersebut, tapi banyak yang berspekulasi ia adalah anggota militer atau mantan atlet — "

Janya menatap layar dengan ekspresi datar, yang seolah berdecak, "Sialan!" Tangannya meremas sumpitnya terlalu keras, sampai kayunya patah.

Dari sakunya, ponselnya bergetar. Dua pesan masuk.

KIRIN. AKU MELIHATMU.

AKU PIKIR KAU SUDAH BUNUH DIRI.

– K

Janya menatap layar ponsel itu lama, sebelum mematikannya dan berdiri.

Satu tendangan, satu video, satu nama viral.

Sekaligus hidup yang sudah ia kubur dua tahun lalu, baru saja menggali jalannya keluar.

***

Bangkok pukul lima pagi adalah campuran antara mimpi buruk dan karaoke.

Orang-orang entah sedang mabuk, patah hati, atau bermimpi menjadi bintang TikTok.

Sementara Ornchanok Sangkrajang, di tengah semua itu, mengendarai motor listrik kuning sambil memegang tripod dan GPS.

"Aku tahu dia lewat sini! Kamera CCTV-nya jelas banget!" katanya sendiri, memandangi layar ponselnya dengan keyakinan detektif dadakan.

Ia mengenakan hoodie pink, celana pendek, dan helm bergambar unicorn.

Orang-orang yang ia lewati menatapnya, seolah menatap seorang badut yang mengendarai sepeda beroda satu.

"Nggak mungkin aku gagal kali ini. Ini ... ini bisa jadi serial YouTube-ku sendiri dengan judul, 'MENCARI WANITA PENGHANCUR KAKI PREMAN!'"

Ponselnya terus bergetar dengan komentar yang terus berdatangan,

"Kontenmu GILA! Siapa ceweknya?"

"Bikin part 2 plis!!"

"Namanya siapa sih 'si penghancur kaki' itu?"

"Aku rela nggak tidur demi nonton kecantikan kamu, Orn!!"

Orn membalas beberapa pesan dengan gif api dan emoji mata hati. Tapi pikirannya hanya satu, aku harus temukan dia duluan. Sebelum orang lain!

Dia belok tajam ke gang sempit, nyaris menabrak tukang sapu.

"Sorryyy!! Konten penting!!"

Di kepalanya, ini seperti kisah romantis.

Cewek misterius, badass, yang muncul dari kabut malam, lalu menghilang seperti bayangan.

Tapi yang ia tidak tahu adalah wanita itu bisa menusuk leher seseorang dengan batang es krim, dan tidak akan segan melakukannya.

Sementara itu, Janya duduk di lantai kamar sempitnya yang berada di lantai dua sebuah bangunan tua dekat sungai Chao Phraya.

Matanya menatap langit-langit kusam dengan dinding penuh bekas tambalan.

Satu-satunya sumber cahaya hanya lampu meja dan layar laptop usang yang terbuka di depannya — memutar ulang dirinya sendiri menghajar preman, lagi dan lagi.

Ia mengusap wajahnya. Napasnya dalam, berat.

"Stupid," gumamnya. "Selera orang yang ngedit ini jelek banget!" Ya video yang ia tonton adalah video yang di-upload oleh Orn.

Dia tahu ini akan terjadi cepat atau lambat. Tapi bukan begini. Bukan karena video TikTok yang dianggapnya norak.

Janya membuka folder rahasia di laptop. Berisi, dokumen-dokumen operasi militer, laporan korban, peta satelit, file audio.

Di antara semua itu, ada satu foto lama — tim pasukan khusus, semua tersenyum. Wajah Janya paling ujung, dan hanya wajah di tengah yang dia coret-coret dengan spidol hitam.

Dia menutup foto itu cepat-cepat.

Ponselnya bergetar lagi. Kali ini dari nomor tak dikenal.

Ia abaikan saja, kemungkinan juga panggilan dari orang yang menawarkan pinjaman.

Getaran berhenti beberapa saat setelahnya, lalu pesan masuk.

Janya. Kau pikir bisa sembunyi selamanya?

Orang-orang mulai bertanya. Tentang Phu Wiang; tentang mayat-mayat itu.

Kami semua tahu kau masih hidup. Sampai kapan kau bersembunyi dengan nama, "Kirin"?

Janya meletakkan ponsel, menutup laptopnya. Lalu memungut tas kecil dari bawah ranjang berisi; uang tunai, kartu SIM, satu pistol revolver kaliber 38.

Ia menggantungkan jaket kulitnya di bahu, lalu menatap cermin kecil di dinding.

Tatapan itu, milik wanita yang dulu bisa membunuh tanpa memikirkan apakah itu baik atau buruk. Walaupun sekarang hanya menampakkan tatapan lelah.

Di tempat lain, Orn akhirnya menemukan kedai mie 24 jam tempat seseorang mengaku melihat "wanita kuat itu".

Ia duduk, ngos-ngosan, membuka kameranya, dan mulai merekam.

"Hari ini, aku mencari seorang cewek misterius yang dijuluki 'penghancur kaki'. Orang bilang dia bisa mematahkan tulang Cuma pakai tangan kosong. Tapi aku yakin ... dia juga punya hati lembut. Siapa tahu, mungkin juga ... kulit glowing?"

Dia tertawa sendiri. Lalu merunduk saat melihat seorang wanita bertopi dan jaket kulit masuk ke warung. Langkahnya berat tapi teratur.

Wajahnya — benar-benar sama seperti di video!

"OH MY GOD." kagetnya.

Orn menjatuhkan ponsel-nya. Kamera masih merekam.

Ia menyelinap ke bangku seberang. Menyalakan kamera. Lalu zoom, zoom, zoom.

Janya duduk, menyantap mienya dengan kaldu yang mengepul. Wajahnya datar, hampir bosan. Seperti sedang berpikir untuk menghajar mie-nya juga.

Orn mulai merekam vlog tambahan dengan suara berbisik,

“Kawan-kawan ... dia ada di sini. Ini bukan prank, sumpah! Si penghancur kaki. Cewek tergila yang pernah aku lihat. Tapi juga ... kayaknya agak hot." — ekhemm — "Oke fokus, Orn. Fokus! Ini momen emas — ”

Tiba-tiba Janya menoleh. Matanya menatap lurus bak peluru yang melesat ke arah kamera.

Orn beku. Detak jantungnya lompat dari tulang rusuk.

Janya berdiri, membawa mangkuknya, berjalan mendekat Orn yang mulai kikuk.

Langkah demi langkah. Orn refleks menyembunyikan ponselnya — terlambat.

Janya berdiri di hadapannya. Mata mereka bertemu, Janya menatap Orn seperti mata elang yang mengawasi kelinci buruannya.

"Video itu kau yang buat?" tanyanya datar.

Orn gugup. "Yang ... yang mana?"

"Yang ‘BADASS THAI FEMALE JOHN WICK???'. Ada emoji BOOM-nya dua."

"Err ... yang viral itu? Maksudmu yang ditonton satu juta kali dalam satu hari? Yang banyak komentar 'gue mau dinikahin cewek ini’? Yang ... "

"Ya. Yang itu."

Janya duduk di depannya. Meletakkan mangkuk mie di meja.

Orn bisa mencium bau kaldu, keringat, dan sesuatu yang mirip bubuk mesiu?

"Apa tujuanmu?" tanya Janya.

"Konten," jawab Orn cepat. Lalu menyesal.

Janya menyipitkan mata. "Kau pikir ini drama Netflix? Aku bisa membuatmu hilang sebelum matahari terbit."

"Dan itu akan sangat ... sangat viral?" Orn langsung menyesali kata-katanya lagi. "Maaf! Maksudku, aku gak niat. Aku Cuma ... kamu keren, dan emm ... orang-orang ingin tahu siapa kamu.”

Janya menatapnya lama.

Lalu — tak terduga — tersenyum kecil. Tapi senyum itu seperti pisau, tipis dan berbahaya.

"Kau lucu," katanya.

Orn membalas cepat, “Kau juga. Tapi ... anehnya menarik, si penghancur kaki.”

"Hah? Penghancur kaki? Kau mau aku putar sendi kakimu ke belakang?!"

"Err ... maaf, orang-orang ngasih julukan itu," Orn memukul-mukul mulutnya pelan.

Untuk beberapa detik, keduanya hanya saling menatap.

Di luar, hujan turun perlahan.

Lalu — BOOM!

Pintu kedai terbuka keras. Tiga pria bertopeng hitam masuk.

Salah satu dari mereka menodongkan pisau lipat ke arah kasir.

"Jangan ada yang bergerak!"

Orang-orang berteriak. Piring-piring berjatuhan, sementara hujan di luar makin deras.

Orn menunduk panik. "T - Tuhan! Ini nyata??"

Janya tidak bergerak. Ia hanya menatap penodong itu dengan mulut yang sibuk menyeruput mie-nya.

Matanya berubah, bukan bosan lagi, namun sesuatu yang tajam, sekaligus terlalu tenang.

Pria bertopeng mendekat. "Hei, lo! Cewek itu! Angkat tanganmu — "

KRAK!

Satu tendangan ke lutut. Pria itu jatuh berteriak.

BRAK!

Janya memutar tubuh, menyikut wajah pria kedua.

THWACK!

Kepala pria ketiga menghantam meja mie.

Orn hanya bisa melongo. Semuanya terjadi dalam lima detik. Momen yang susah dipercaya jika tidak melihatnya dengan mata-kepalanya sendiri. Namun, untungnya semua terekam oleh ponselnya yang masih merekam otomatis di kantong hoodienya.

Janya berdiri di tengah kekacauan. Orang-orang di kedai menatapnya seperti baru melihat dewi perang turun dari langit.

Ia menoleh pada Orn.

"Matikan kameramu."

Orn perlahan mengangkat ponselnya.

Tersenyum canggung. "Sudah ... aku ... aku bahkan gak sadar nyala ... "

Janya mendekat, merampas ponsel itu dari saku hoodie Orn, ia melihat layar rekamannya masih aktif.

Ia menghapus video itu tanpa ekspresi. Lalu mengembalikan ponsel ke tangan Orn.

"Mulai sekarang," katanya pelan, "jangan ikut aku."

Orn membuka mulut. Lalu menutupnya lagi.

"Jangan cari aku juga!" Janya keluar dari kedai tanpa menoleh.

Orn mulai berdiri dengan kakinya yang terus bergetar hebat.

Ia melirik pintu yang baru saja ditinggalkan wanita paling menarik sekaligus paling berbahaya yang pernah ia lihat.

" … aku pasti ikut," gumamnya.

Trek audio terakhir dari vlognya pagi itu berbunyi,

"Cewek itu bisa membunuhmu dengan sumpit. Tapi aku? Aku malah pengin ngajak dia collab. Anw, dia glowing banget!"