Ficool

Chapter 1 - Bab 1: Ombak di Bawah Langit Eldoria

Angin dingin berhembus dari utara, membawa aroma garam laut yang menyelimuti benteng tinggi Kerajaan Eldoria. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menciptakan cahaya keemasan yang terpantul di atas permukaan air. Ombak berdebur dengan ritme yang tak biasa, seakan menyampaikan pesan yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang cukup peka.

Dari menara tertinggi kastil, Zee, sang pendekar legendaris, berdiri tegak dengan memegang pedangnya di pinggang. Matanya tajam menatap cakrawala yang jauh, seolah mencari sesuatu yang tak kasat mata. Hembusan angin memainkan rambut hitamnya yang terurai, sementara pikirannya tenggelam dalam bayangan mimpi yang terus mengganggunya.

Di sisinya, berdiri Thomas, penyihir kerajaan yang dikenal karena kemampuannya dalam menciptakan ilusi dan menguasai berbagai kekuatan elemen alam. Jubah birunya berkibar diterpa angin, sementara bola matanya memancarkan kecerdasan dan sedikit kecemasan.

"Kau terlihat gelisah, Zee," kata Thomas dengan suara tenang. "Ada yang mengganggu pikiranmu?"

Zee menghela napas panjang. "Aku tidak tahu, Thomas. Beberapa hari terakhir, aku terus bermimpi tentang lautan yang bergejolak… dan suara yang berbisik dalam kegelapan."

Thomas melirik temannya dengan penuh perhatian. "Mimpi, ya? Mungkin itu hanya kelelahan. Kita telah melewati banyak pertempuran akhir-akhir ini."

Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan percakapan. Seketika mereka terhenti, karena terdengar suara langkah tergesa-gesa dari belakang mereka. Seorang pemuda dengan rambut hitam pendek dan sepasang belati tergantung di pinggangnya muncul dengan ekspresi serius.

Helios, adik Thomas, melangkah mendekat dengan napas sedikit tersengal. "Raja Piren ingin bertemu dengan kalian berdua sekarang juga. Ada sesuatu yang penting."

Zee dan Thomas saling bertukar pandang sebelum akhirnya mengangguk dan mengikuti Helios menuju ruang pertemuan kerajaan.

Ruangan megah itu diterangi oleh cahaya lilin yang berpendar di dinding batu. Di tengah ruangan, duduk seorang pria dengan jubah besar berwarna merah marun, mahkota emas bertengger di kepalanya. Dialah Raja Piren, penguasa Eldoria.

"Zee, Thomas, Helios," suara raja terdengar dalam dan penuh kewibawaan. "Aku mendapatkan laporan dari para pengintai. Laut mulai bergejolak dengan cara yang tidak biasa."

Thomas mengerutkan kening. "Apa maksud Baginda?"

Raja Piren berdiri dan berjalan mendekati jendela besar yang menghadap ke perairan lepas. "Kerajaan Aquaria telah mengirim utusan beberapa hari lalu. Lay Putz memperingatkan kita tentang sesuatu… sesuatu yang lebih berbahaya dari perang mana pun yang pernah kita hadapi."

Zee terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Apa itu?"

Raja Piren menatap mereka dengan ekspresi serius. "Dewa Laut."

Ruangan itu tiba-tiba terasa lebih dingin.

Helios, yang biasanya penuh percaya diri, menelan ludah. "Maksud Baginda… dewa yang selama ini hanya ada dalam legenda?"

Raja Piren mengangguk. "Legenda itu nyata. Lay Putz percaya bahwa Dewa Laut telah bangkit kembali… dan ia mengincar dunia ini."

Suasana dalam ruangan menjadi mencekam. Tak ada yang berani berbicara untuk beberapa saat, seolah kata-kata yang baru saja diucapkan raja terlalu berat untuk dicerna.

Zee menggenggam pedangnya erat. "Jika itu benar, maka kita harus bersiap. Aku akan berbicara dengan Lay Putz dan mencari tahu lebih lanjut tentang kebangkitannya."

Raja Piren mengangguk. "Aku mempercayakan tugas ini padamu, Zee. Pergilah ke Aquaria besok pagi. Thomas, Helios, kalian ikut dengannya."

Ketiganya mengangguk. Namun, sebelum mereka bisa pergi, raja menambahkan, "Hati-hati di perjalanan. Aku merasakan ada sesuatu yang mengintai kita… sesuatu yang bukan dari dunia ini."

Zee, Thomas, dan Helios saling bertukar pandang, merasakan firasat buruk yang sama.

Di luar kastil, laut bergelora lebih kuat dari sebelumnya. Ombak yang tadinya tenang, kini membawa arus gelap yang mengerikan. Di dasar laut, sesuatu yang sangat tua dan penuh kebencian mulai bergerak.

Dewa laut sudah memperhitungkan semuanya.

Malam hari pun telah tiba. 

Bulan di malam itu bersinar terang tidak seperti biasanya. Banyaknya bintang yang bertebaran di langit Eldoria, membuat langit malam itu, jauh tampak lebih indah dari malam-malam sebelumnya. 

Zee berdiri di balkon kerajaan yang menghadap ke laut. Angin malam yang sejuk berhembus di wajahnya, membawa aroma garam dan kebebasan.

Dia menatap ke arah laut yang gelap, pikirannya melayang jauh ke dalam memori masa lalu. Bayangan bulan yang terpantul di permukaan air membuatnya teringat akan janji yang pernah di ucapkan kepada Gurunya, Narbaros. 

Narbaros. Saat itu, masih merupakan seorang pendekar pedang yang misterius dan legendaris. Zee masih ingat saat pertama kali bertemu dengan Narbaros di sebuah gua terpencil di pinggir laut. Saat itu ia berlari menuju ke gua itu, Zee kecil menangis tersedu-sedu, dia diejek dan dikucilkan di tempat ia tinggal. 

Zee yang saat itu masih menangis di dalamnya. Tiba-tiba Narbaros menghampirinya, entah dari mana ia muncul. Zee kecil terdiam saat kemunculannya. Zee tau Narbaros adalah seorang pendekar legendaris yang misterius. 

Di kesunyian yang tenang itu akhirnya Narbaros berkata, "Menangis tidak akan mengubah apa pun, berdirilah, nak! Dunia ini tidak peduli pada mereka yang hanya meratap kesedihan saja, kau harus menjadi lebih kuat. Aku percaya segala rintangan yang kamu lewati, akan mudah nantinya."

Narbaros berhenti sejenak, lalu melanjutkan, 

"Aku melihat sesuatu di dalam dirimu, nak. Sesuatu yang membuatku percaya bahwa kamu memiliki potensi untuk menjadi pendekar pedang yang hebat. Maukah kamu menjadi muridku?"

Zee terkejut dengan tawaran Narbaros. Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan menjadi murid seorang pendekar pedang legendaris seperti Narbaros.

Sejak saat itu, kata-kata Narbaros menjadi motivasinya sampai sekarang, kata-kata itu juga membuatnya mempunyai alasan untuk tetap hidup. 

Narbaros memiliki mata yang tajam dan wajah yang serius. Walaupun begitu, Narbaros memiliki hati yang baik, dia melawan kejahatan di balik bayang bayang. 

Zee menganggap Narbaros lebih dari sekedar Guru. Narbaros sudah seperti Ayahnya sendiri, Zee kecil hidup sendiri di lingkungan yang kumuh, hidup tanpa orang tua, teman, maupun Kerabatnya sendiri. Narbaros lah yang saat itu, paling peduli padanya. 

Bertahun-tahun berlalu, Zee tumbuh menjadi sosok yang berbeda dari dirinya yang dulu. Di bawah bimbingan Narbaros, ia bukan hanya menjadi lebih kuat secara fisik, tetapi juga lebih bijak dalam berpikir dan bertindak.

Dari seorang anak yang dulu rapuh dan dipenuhi keraguan, kini ia menjadi seseorang yang teguh, penuh tekad, dan memahami arti kekuatan yang sesungguhnya.

Narbaros tidak hanya mengajarinya cara bertarung, tetapi juga bagaimana menghadapi kehidupan dengan kepala tegak.

"Kekuatan sejati bukan hanya soal seberapa keras kau bisa memukul, tapi seberapa keras kau bisa bertahan tanpa kehilangan dirimu sendiri," begitulah yang selalu dikatakan Narbaros.

Zee mengingat semua pelajaran itu dengan baik. Setiap luka, setiap rasa sakit, dan setiap kemenangan kecil yang ia raih, semuanya membentuk dirinya menjadi seperti sekarang.

Dan kini, ia siap menghadapi dunia dengan kekuatan yang telah ia tempa selama ini.

Namun, saat Zee masih berlatih di bawah bimbingan Narbaros, Bangsa Penghancur datang menyerang kerajaan Eldoria. Bangsa Penghancur merupakan Bangsa yang sangat kejam dan bengis, kerap kali mereka menyerang desa-desa kecil tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sangat kuat, bahkan pernah salah satu kerajaan hampir hancur karena mencari masalah dengan Bangsa Penghancur.

Narbaros, yang saat itu merupakan salah satu pendekar pedang terhebat di benua tersebut, memutuskan untuk menghadapi Bangsa Penghancur sendirian. Pertempuran sengit terjadi, sayangnya karena musuh terlalu banyak, dia kewalahan dan juga terluka parah.

Zee yang saat itu sedang mengevakuasi warga. Melihat Narbaros terluka parah, akhirnya datang membantunya. Dengan amarah yang meluap luap, tanpa ia sadari, ia membangkitkan energi kekuatan yang besar, dari teknik berpedang yang ia pelajari dari Narbaros selama ini. Zee mengalahkan pemimpin Bangsa penghancur dan mengalahkan 1.000 pasukannya. 

Pasukan lain yang melihat pemimpin mereka mati dengan tragis oleh amarah Zee, melarikan diri menuju ke kapal-kapal mereka. 

"mundurrrr, kembali ke kapal!!!" Kata salah satu pasukan yang mengucapkannya berkali kali

Pertarungan yang panjang akhirnya selesai, tanah basah oleh darah, banyak mayat mayat yang tergeletak dimana mana. Di Antara mayat mayat itu ada Narbaros yang sudah di ujung nyawanya, dia tergeletak tak berdaya karena lukanya yang semakin parah. 

Sebelum dia meninggal, Narbaros memanggil Zee ke sampingnya. "Zee, aku telah mengajarkanmu teknik berpedang terhebat di benua Eldoria, " kata Narbaros dengan suara lemah. "Tapi, aku ingin kamu berjanji. Berjanji untuk tidak pernah menggunakan kekuatanmu untuk kejahatan. Gunakanlah teknik berpedangmu untuk melindungi yang lemah, dan jadilah lebih baik lagi dari aku."

Zee berlutut di samping Narbaros, tangannya mengepal erat. Matanya berkaca kaca, tapi ia berusaha menahan air matanya. 

"Aku tidak selalu ada untuk membimbingimu, Zee. Tapi ingatlah, seorang pendekar sejati bukan diukur dari seberapa kuat dia, melainkan dari bagaimana ia menggunakan kekuatannya."

Zee masih ingat janji itu, dan sekarang. Dia merasa bahwa dia harus menjadi lebih baik lagi, dan menggunakan kekuatannya untuk melindungi yang membutuhkan.

Zee merenung, apa yang telah dia capai sejauh ini? Apakah dia telah memenuhi harapan Gurunya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut berputar-putar di kepalanya, membuatnya merasa takjub dan bingung.

Malam itu, semakin dingin. Zee akhirnya berhenti memikirkan semua itu, ia tahu. Pertarungan yang lebih besar akan menanti.

More Chapters