Matahari baru saja menyingsing ketika Zee, Thomas, dan Helios meninggalkan Kerajaan Eldoria. Mereka menunggangi kuda-kuda terbaik kerajaan, melintasi jalan berbatu yang mengarah ke pelabuhan utama. Tujuan mereka adalah Kerajaan Aquaria, negeri megah yang berdiri di atas perairan luas, dikelilingi oleh ombak dan terumbu karang yang indah di bawahnya.
Kerajaan Aquaria dipimpin oleh Lay Putz, Raja laut yang dikenal sebagai pemimpin yang tangguh dan bijaksana. Ia memerintah dengan tegas namun penuh keadilan, banyak rakyatnya yang senang karena dia memerintah kekuasaannya dengan baik, tak heran jika dia adalah sosok yang di hormati rakyatnya.
Sepanjang perjalanan, hanya derap langkah kuda yang terdengar. Tidak ada yang berbicara selama beberapa saat, masing-masing dari mereka sibuk dengan pikirannya sendiri.
Helios akhirnya membuka suara. "Aku masih sulit percaya bahwa kita benar-benar melakukan ini. Maksudku, Dewa Laut? Itu terdengar seperti dongeng yang diceritakan Orang tua kepada anak-anak mereka agar tidak bermain di laut saat badai datang, bukan?"
Thomas, yang menunggangi kuda di sebelahnya, hanya tersenyum tipis. "Sayangnya, banyak dongeng yang terbukti nyata di dunia ini. Jika Lay Putz sampai mengirim peringatan, maka pasti ada sesuatu yang serius."
Zee tetap diam. Pikirannya terus bergelut dengan mimpinya yang semakin sering datang. Suara bisikan dalam kegelapan, laut yang bergejolak, dan bayangan makhluk raksasa yang menatapnya dari balik gelombang.
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di pelabuhan Eldoria. Kapal layar yang telah dipersiapkan untuk mereka sudah menunggu, dengan bendera kerajaan berkibar tertiup angin. Seorang pria bertubuh kekar dengan janggut tebal menyambut mereka dengan ramah.
"Tuan Zee, Tuan Thomas, Tuan Helios," katanya sambil menunduk hormat. "Saya Rendel, Kapten yang akan membawa kalian ke Aquaria dengan selamat, apa pun yang terjadi.
Thomas melangkah lebih dulu untuk menghampirinya, menatap mata Kapten Rendel dengan sorot mata yang penuh keyakinan. "Senang bertemu denganmu, Kapten, salam kenal," katanya dengan suara yang ramah, sambil berjabat tangannya dengan erat.
Zee menghampiri mereka berdua, senyumnya tenang seperti angin laut yang lembut. Ia berkata, "Tak usah terlalu kaku, kapten. Di lautan yang luas ini kaulah yang paling tau tentangnya, Kami hanya mengikuti arahmu, bukan sebaliknya. Kita semua berdiri di tanah yang sama, dan sebentar lagi, diatas gelombang yang sama juga. Kita tidak memerlukan formalitas di atas kapal ini.
Selama kau yang memimpin perjalan ini, kami yakin tujuan ini akan berjalan dengan lancar, Kami percaya padamu, Kapten."
Rendel tertawa lepas layaknya seorang pelaut sejati, merasa beban formalitasnya perlahan menghilang. Sorot matanya mengeras sejenak, menunjukkan tekad seorang pelaut sejati. "Percayakan pelayaran ini padaku, Zee. Laut mungkin tak selalu ramah, kadang tenang, kadang menggila karena badainya. Tapi selama aku yang menggenggam kemudi, percayalah. Tak ada satu pun dari kalian yang akan termakan oleh ombak dan badainya.
Angin laut menyambut mereka dengan lembut, semilir asin yang khas, membawa suara camar dan deburan ombak yang menghantam dermaga kayu. Membawa mereka menuju perjalanan yang penuh resiko nantinya.
"Perjalanan ini tentunya akan sangat panjang dan beresiko, sudah siap?" suara Rendel terdengar, rendah tapi tegas.
Zee, Thomas, dan helios saling pandang sebentar. Mereka mengangguk bersamaan.
Rendel melangkah lebih dulu ke arah kapal, lalu menoleh ke belakang sambil memberi isyarat dengan tangannya.
"Naiklah, kita tidak bisa berlama lama disini… Aquaria sudah menunggu kedatangan kita."
suara itu menggema ringan, terseret angin laut yang menggulung perlahan ke arah kapal. Tak ada yang membalas dengan kata kata, hanya langkah langkah pasti dari Zee, Thomas, dan Helios yang menyusul dari belakang.
Satu per satu tangga tali mereka langkahi, begitu mereka naik ke atas kapal, suara perintah mulai terdengar di antara hiruk pikuk ombak dan tiupan angin.
"Angkat sauh! seru salah satu pelaut.
Beberapa awak kapal sigap bergerak, menarik tali dan mengangkat jangkar yang masih terendam di air asin. Derit tali dan dentingan besi terdengar bersahutan, bersatu dengan suara kain layar yang dikibarkan perlahan ke udara
"Buka layar utama!"
"Periksa arah angin!"
Layar putih yang besar mengembang seperti dada seekor naga laut yang baru saja bangun dari tidurnya yang panjang. Kapal berguncang pelan, lalu mulai bergerak perlahan, membelah ombak kecil yang memantul cahaya matahari sore itu
Rendel berdiri di ujung geladak, tangannya menggenggam tali pengikat layar. Sorot matanya menatap jauh ke arah cakrawala.
"Arahkan ke tenggara… kita menuju Aquaria," ucapnya, tenang tapi penuh tekad.
Kapal perlahan mulai meninggalkan pelabuhan, membawa mereka semua pada perjalanan yang penuh tantangan menuju Aquaria, namun perjalanan ini tentu tidak akan mudah karena mereka harus melewati badai nantinya.
Helios melirik ke arah Rendel. "Menurutmu, apakah perjalanan ini akan berjalan lancar, Kapten?"
Kapten Rendel menghela napas. "Sejujurnya, laut beberapa hari terakhir tidak bersahabat. Gelombangnya tidak seperti biasanya, dan ada laporan bahwa beberapa kapal hilang tanpa jejak. Tapi jika keberuntungan masih berpihak, kita bisa mencapai Aquaria sebelum badai benar benar datang."
Helios menyakinkan dirinya bahwa perjalanan ini akan berjalan lancar. Dia tahu bahwa perjalanan menuju Aquaria tidak akan mudah, tapi ia yakin bahwa mereka bisa mengatasi semua tantangan yang ada di depan mereka.
Saat malam tiba, langit mulai dipenuhi awan gelap. Ombak mengguncang kapal, membuat beberapa awak mulai gelisah. Helios yang biasanya ceria kini duduk di sudut kapal, menatap laut dengan ekspresi serius.
"Aku merasa ada sesuatu yang mengawasi kita," bisiknya.
Thomas melirik ke arahnya. "Hanya perasaanmu saja. Jangan terlalu dipikirkan."
Namun Zee merasakan hal yang sama. Angin dingin menusuk tulangnya, membawa bisikan samar yang mirip dengan mimpinya. Dia berdiri di tepi kapal, menatap ke dalam kegelapan lautan.
Tiba-tiba, ada sesuatu yang bergerak di bawah air.
Zee menegang. Bayangan hitam yang sangat besar melintas di bawah kapal. Tidak berbentuk seperti ikan atau paus, lebih seperti sesuatu yang jauh lebih besar…
"Hentikan kapal!" teriak Zee.
Kapten Rendel berlari ke kemudi, mencoba mengendalikan kapal yang mulai bergoyang keras. Ombak semakin liar, seakan ada sesuatu yang bangkit dari kedalaman laut.
Lalu, dari dalam gelapnya samudra, muncul suara gemuruh. Bukan raungan makhluk, tapi lebih seperti suara guntur yang menggema di bawah air.
Air laut di sekitar kapal tiba-tiba naik, membentuk pusaran yang semakin membesar. Ombak menghantam kapal dengan keras, membuat kayu-kayunya berderak.
"Kita harus keluar dari sini!" seru Thomas.
Kapten Rendel mencoba memutar kemudi, tapi angin kencang mulai berhembus, mendorong kapal lebih jauh ke laut. Hujan mulai turun, membasahi geladak kapal, sementara langit di atas mereka berubah kelam.
Zee mencengkeram pedangnya. Perasaannya tidak enak. Sesuatu yang kuat ada di bawah sana. Ia tidak tahu mahkluk apa yang ada di bawah sana.