Angin menggila, menghempaskan kapal ke segala arah. Langit berubah kelam, awan hitam bergulung-gulung, seolah siap menelan apa pun yang berani berlayar di bawahnya. Petir menyambar, menerangi lautan yang bergolak dengan cahaya putih menyilaukan.
Gelombang setinggi menara menghantam sisi kapal, membuat kayu-kayunya berderak nyaring. Kapten Rendel menggenggam kemudi dengan erat, berusaha menahan kapal tetap pada jalurnya. Tapi badai ini bukan badai biasa. Arus laut terlalu liar, seolah ada kekuatan yang mengendalikan amukan samudra.
Helios berpegangan pada tiang layar, matanya menyipit menahan hujan deras yang mencambuk wajahnya. "Aku belum pernah melihat badai seperti ini!" teriaknya di tengah gemuruh angin.
"Ini bukan badai alami," Thomas membalas, matanya memancarkan cahaya kebiruan saat ia mencoba merapal mantra. Tapi sebelum sihirnya selesai, ombak besar menghantam kapal, membuatnya terpental ke geladak.
Zee menatap ke dalam laut yang bergolak. Di antara gulungan ombak, ia melihat sesuatu—bayangan besar yang bergerak di bawah permukaan. Bukan ikan, bukan paus… tapi sesuatu yang jauh lebih mengerikan.
Lalu, dari dalam kegelapan laut, sebuah tentakel raksasa menyembul ke permukaan. Warnanya hitam legam, dengan sulur-sulur yang berdenyut mengerikan. Tentakel itu melesat, mencengkeram bagian belakang kapal dan mulai menghancurkan papan kayu dengan mudah.
"Kraken!" salah satu awak kapal berteriak panik.
Kapten Rendel mencabut pedangnya. "Jangan biarkan makhluk itu menghancurkan kapal! Serang balik!"
Zee tidak menunggu perintah kedua. Dengan satu lompatan, ia menebas tentakel yang melilit buritan kapal. Pedangnya memotong daging makhluk itu, membuatnya meraung kesakitan. Darah hitam menyembur ke udara, bercampur dengan hujan deras.
Thomas yang sudah bangkit dari geladak langsung merapal mantra. Lingkaran sihir muncul di udara, dan api biru menyembur dari telapak tangannya, membakar tentakel lain yang mencoba melilit tiang utama.
Helios berlari ke bagian depan kapal, menarik pisau bertali dari ikat pinggangnya, lalu melemparkannya ke arah mata makhluk itu yang sesekali muncul di permukaan. Pisau itu menancap tepat di bagian lunaknya, membuat Kraken meraung dan menarik diri ke dalam laut.
Namun badai belum berhenti. Justru semakin ganas. Angin makin kencang, menciptakan pusaran air di sekitar kapal. Petir menyambar tiang layar, membuatnya patah dan jatuh ke geladak.
Air mulai masuk ke kapal, membuat beberapa awak terlempar oleh gelombang liar. Salah satu prajurit meluncur ke laut, berteriak panik sebelum tubuhnya hilang ditelan ombak. Helios mencoba meraihnya, tapi sia-sia.
"Sial!" Helios mengumpat, matanya dipenuhi amarah dan ketakutan.
Zee menoleh ke Thomas. "Kita tidak bisa bertahan lebih lama lagi!"
Kapten Rendel berusaha mengendalikan kapal, tapi angin terus mendorong mereka ke tengah badai. Layarnya robek, tali-tali terlepas, dan kayu kapal mulai terbelah.
Thomas menggigit bibirnya. "Aku punya satu cara... tapi ini berisiko."
Tanpa menunggu persetujuan, ia merapal mantra baru. Lingkaran sihir yang lebih besar muncul di udara, menciptakan pusaran angin di belakang kapal. Angin itu mendorong mereka maju dengan kecepatan luar biasa, menjauh dari badai dan Kraken.
Untuk sesaat, harapan muncul. Namun sebelum mereka bisa bernapas lega, sebuah ombak raksasa setinggi gunung datang dari belakang.
"Pegangan!" teriak Kapten Rendel.
Zee hanya sempat merasakan hempasan angin kencang sebelum semuanya berubah menjadi kegelapan.
Ombak itu menelan kapal mereka sepenuhnya.
Zee merasakan tubuhnya tenggelam, air asin memenuhi paru-parunya. Ia mencoba bergerak, tapi arus terlalu kuat. Bayangan gelap bergerak di sekitarnya, suara petir samar terdengar di kejauhan.
Di sela-sela kesadarannya yang menipis, ia melihat sesuatu di dasar laut, sebuah cahaya redup yang berpendar dari kejauhan. Bentuknya seperti gerbang besar yang tertutup rapat, dihiasi ukiran kuno yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Sebelum ia sempat memikirkannya lebih jauh, segalanya menjadi hitam pekat.