Langit malam terbelah oleh kilatan cahaya hitam.
Petir berdentum tanpa suara, seolah waktu sendiri berhenti sejenak menyaksikan dua kekuatan berbeda saling berhadapan.
Di satu sisi berdiri Wu Jian, tubuhnya dikelilingi aura Vital Essence berwarna biru kehijauan.
Di sisi lain, makhluk kegelapan yang lahir dari retakan dimensi — Void Spawn, ciptaan langsung dari kehampaan yang pernah menghancurkan dunianya.
“Aku tak akan membiarkan kehampaan menelan dunia ini juga…”
suara Wu Jian bergetar, tapi matanya tenang.
Makhluk itu meraung, udara bergetar.
Dari tubuhnya memancar kabut hitam yang mengandung aroma kehancuran. Setiap langkahnya membuat rumput layu dan tanah berubah menjadi abu.
Wu Jian mengatur napas.
Tubuhnya bergerak cepat seperti bayangan, menghindari cakar Void Spawn yang melesat menghancurkan batu besar di belakangnya.
Ia melompat ke udara, telapak tangannya menyala — Vital Essence mengalir deras.
“Teknik Vitalis Pertama — Ledakan Kehidupan!”
Energi biru meledak dari telapak tangannya, menghantam dada makhluk itu dan menciptakan gelombang kejut besar.
Namun, tubuh Void Spawn seperti asap, menyerap sebagian besar serangan itu tanpa luka berarti.
“Tsk…” Wu Jian menggertakkan gigi. “Tubuhnya seperti kegelapan itu sendiri…”
Sang guru, yang berdiri jauh di atas tebing, menatap dengan tenang.
“Vital Essence adalah kehidupan, Wu Jian. Tapi kegelapan itu tidak hidup. Untuk mengalahkannya, kau harus membangkitkan sesuatu yang lebih tinggi dari kehidupan itu sendiri…”
Kata-kata itu menggema di kepala Wu Jian.
Lebih tinggi dari kehidupan?
Apa yang bisa melampaui Vital Essence?
Sementara itu, Void Spawn berteriak keras. Kabut hitam di sekelilingnya mulai berputar, membentuk pusaran kehancuran.
Langit berubah menjadi ungu gelap, tanah merekah, udara menjadi berat.
Wu Jian memusatkan pikirannya, darahnya mendidih.
Ia memejamkan mata, dan dalam kegelapan pikirannya, ia melihat sesuatu — api.
Api yang dulu muncul di hatinya, saat ia melihat orang tuanya mati di tangan Void Layer.
Api yang ia kubur dalam latihan panjang.
Api yang kini membakar seluruh jiwanya.
“Jadi ini… yang lebih tinggi dari kehidupan.”
“Bukan hanya hidup — tapi kehendak untuk bertahan hidup!”
Mata Wu Jian terbuka — kini bersinar merah keemasan.
Energi di tubuhnya berubah drastis. Vital Essence yang lembut kini membara, menjadi Api Vitalitas yang melahap udara di sekitarnya.
“Ini adalah kekuatanku…”
“Kehidupan yang dibakar oleh tekad!”
Wu Jian berlari maju, tubuhnya diselimuti nyala api biru-merah.
Setiap langkahnya meninggalkan jejak terbakar di tanah.
Ia meninju Void Spawn, dan kali ini tinjunya menembus tubuh kegelapan itu, membuatnya mengeluarkan jeritan nyaring.
“Tidak mungkin… energi kehidupan tak seharusnya bisa melukai kehampaan…”
gumam sang guru dengan mata terbelalak. “Kecuali jika… kehendak Wu Jian telah menolak hukum alam itu sendiri.”
Void Spawn melompat mundur, tapi Wu Jian tidak memberi waktu.
Ia meluncur di udara, tinjunya menyala seperti matahari kecil.
“Teknik Vitalis Kedua — Amarah Langit!”
Tinju itu menghantam makhluk itu dengan kekuatan yang mengguncang langit.
Ledakan besar terjadi, membentuk kawah raksasa.
Cahaya biru dan merah menyatu, membelah kegelapan, dan untuk pertama kalinya sejak pertempuran dimulai — malam menjadi terang.
Ketika debu mereda, tubuh Wu Jian berdiri di tengah kawah, napasnya berat, pakaiannya robek, tapi matanya tajam seperti bilah pedang.
Di depannya, Void Spawn menghilang perlahan, meninggalkan serpihan hitam yang bergetar sebelum lenyap ke udara.
Ia menang.
Tapi bukan kemenangan yang membuatnya bergetar — melainkan perasaan aneh di dalam tubuhnya.
Energi di dadanya berputar liar, menciptakan pusaran cahaya di dalam tubuhnya.
Dari dalam, suara lembut terdengar:
“Selamat, anak waktu… kau telah menembus Ranah Jiwa Awal.”
Sang guru muncul di belakangnya, tersenyum lembut.
“Kau bukan hanya bertahan, Wu Jian. Kau telah melampaui dirimu sendiri. Sekarang kau adalah pejalan di jalan sejati kekuatan.”
Wu Jian menatap langit.
Awan terbelah, dan seberkas cahaya keemasan jatuh menimpa wajahnya.
Ia mengepalkan tangan, merasakan kekuatan baru yang mengalir di nadinya.
“Void Layer… tunggulah. Aku akan naik melampaui semua batas. Aku akan membuatmu menyesali hari kau menyentuh keluargaku.”
Di kejauhan, Dewa Waktu yang sejati — jauh di luar dimensi — membuka matanya.
Tatapannya menembus ribuan realitas, melihat Wu Jian yang kini berdiri sebagai penerus kehendak waktu.
“Kehendak yang bahkan aku tak bisa kendalikan…”
“Dia mungkin… harapan terakhir melawan kehampaan.”
