Ficool

Chapter 2 - BAB 2

 "Segera temui saya.."

Suara pria dengan nada berat itu, menelpon seseorang.

Pria itu langsung menaruh kembali ponselnya, kedalam saku jas miliknya, lukanya sudah lumayan kering, berkat bantuan Sierra.

"Suatu hari nanti, saya akan membalas kebaikanmu, karena saya tidak suka berhutang budi dengan siapa pun."

Pria itu cukup lama menunggu sang asisten untuk menjemput dirinya.

"Kenapa lama sekali, saya lama menunggumu!"

"Maaf tuan, saya sedikit kesusahan mencari alamat rumah ini."

"Ayo kita pergi, sebelum ada yang melihat kita."

Lalu, keduanya meninggalkan rumah Sierra, tanpa berpamitan dahulu kepada Sierra.

"Kejadian waktu itu, harus kita balas dengan impas."

***

Sedangkan Sierra, dia sedang sibuk melayani pelanggan, meski pun dia mempunyai pegawai, tetapi Sierra tidak mau cuman berdiam diri, apa lagi restorannya sedang ramai.

"Aku bersyukur, semakin hari, semakin ramai," ucap Sierra tersenyum manis.

"Maaf bu, ada yang menunggu bu Sierra di ruangan ibu."

Sierra mengangguk, dia langsung berjalan kearah ruangannya.

"Alleta, ada apa? Tumben?" tanya Sierra, mengerutkan keningnya.

Sosok wanita bernama Alleta, sahabat Sierra sedari dia pindah ke kota tersebut.

Alleta memeluk Sierra, dengan suara isak tangis terdengar dari mulutnya, sontak saja membuat Sierra kebingungan, harus berbuat apa.

"Ada apa, kenapa kamu menangis?" tanya Sierra.

Namun, Aletta tidak menjawab, dia semakin memeluk erat Sierra.

"A-aku.."

"Jangan bicara dulu, kalo masih menangis," ucap Sierra, dia mengelus punggung Alleta.

Alleta melepaskan pelukannya, dia menatap Sierra dengan tatapan sendu.

"Ada apa, kenapa menangis?" tanya Sierra.

"Aku nggak jadi menikah, dia tiba-tiba memutuskan pernikahan kami," ucap Alleta.

"Apa kekasihmu memberikan alasan, kenapa dia memutuskan sepihak?" tanya Sierra lagi.

Aletta menggelengkan kepala, tangannya memainkan ujung bajunya.

"Brengsek, berani-beraninya dia melakukan semua itu," geram Sierra,

"Ayo, sekarang kita cari dia ke rumahnya," lanjut Sierra.

"Aku sudah ke rumahnya, tapi katanya dia sudah pergi," ucap Alleta.

 "Ta.."

Sierra memeluk Alleta, dia kasihan dengan nasib sahabatnya, sudah 3x dia gagal menikah, dengan laki-laki berbeda.

Brak..

Pintu terbuka lebar, terlihat seorang wanita masuk kedalam ruangan Sierra.

"Kayla, ngagetin aja," ujar Sierra.

"Ra, Ta.. Aku sudah menemukan jejak laki-laki brengsek itu, ayo kita kesana, kita hajar dia," ajak Kayla, dengan suara yang sudah emosi.

"Jangan, nanti kalian kenapa-kenapa," cegah Alleta karena khawatir.

"Urusan itu belakangan, yang penting kita hajar dulu cowok gila itu," sahut Sierra, rasa kesalnya sudah memuncak.

Ketiga perempuan itu, bergegas meninggalkan restoran, Sierra sudah menitipkan restoran kepada pegawainya.

"Kay, pelan-pelan aja bawa mobilnya, aku takut," ucap Alleta, dengan wajah memasang wajah polosnya itu.

"Kita nggak punya banyak waktu, katanya cowok gila itu akan meninggalkan kota ini," sahut Kayla.

"Kamu dapat informasi dari mana?" tanya Aletta.

"Kamu lupa, siapa aku?" tanya Kayla, sembari tersenyum.

Diantar ketiga sahabat itu, Kayla yang paling bar-bar, sedangkan Sierra, dia akan bertindak sesuai keadaan.

"Kenapa kita ke hotel?" tanya Aletta kebingungan, pasalnya hotel itu sepertinya sedang melangsungkan pernikahan.

"Cowok gila itu sedang melangsungkan pernikahan disini," jawab Kayla.

Mendengar itu, sontak saja Alleta syok.

"Ayo kita masuk, kita hajar bajingan itu!"

Dengan perasaan emosi yang sudah memuncak, Kayla dengan Sierre masuk ke dalam hotel, didalam hotel itu sudah ramai, banyak tamu yang hadir disana.

"Dasar bajingan!" teriak Kayla.

Suara Kayla, membuat satu ruangan itu menatap dirinya..

"Satu tonjokan buat Lo yang udah hancurin sahabat gua!"

Kayla menghajar cowok itu, dengan bantuan Sierra.

"Lo pikir, kita akan diam saja, saat Lo menyakiti sahabat kita!"

"Alleta memang diam, tapi kami tidak akan!"

Cowok itu tidak sempat melawan Kayla dengan Sierra, karena kekuatan mereka cukup kuat untuk menghajar dirinya.

"Sudah, dia akan mati kalo kalian terus menghajar dia," ucap Aletta,

"Aku nggak mau, kalian berurusan dengan polisi," lanjut Aletta.

Sierra dengan Kayla mengatur napasnya, hampir saja mereka membunuh didepan banyak orang.

"Hari ini Lo selamat, tapi tidak dilain hari," ancam Kayla, sembari menatap tajam.

"Aletta, maafkan aku.."

Plak..

Plak..

Suara tamparan terdengar nyarinf, mendarat dipipi mantan kekasihnya.

"Jangan harap, aku akan memaafkan kamu, bajingan!"

Setelah mengatakan itu, Aletta menarik tangan kedua sahabatnya, untuk meninggalkan tempat itu..

"Ta, kamu nggak apa-apa, 'kan?" tanya Sierra.

"Aman, aku nggak apa-apa kok," jawab Aletta tersenyum,

Sierra dengan Kayla, memeluk Alleta.. Mereka tahu bagaimana perasaan Alleta sekarang.

"Makasih, kalian selalu ada buat aku," ucap Alleta.

"Kami akan selalu ada," jawab Sierra.

Alleta cukup beruntung, bisa mempunyai kedua sahabatnya, yang selalu ada.. Karena dia lahir dari keluarga yang broken home.

 "Ta, kamu nginap dirumah aku aja, ya?" sahut Kayla.

"Kalo nggak dirumah Kayla, dirumah aku aja, gimana?"

"Makasih, tapi aku akan pulang kerumah," jawab Aletta.

"Orangtua kamu, udah tahu masalah ini?" tanya Kayla.

Aletta mengangguk..

"Aku khawatir, kalo mereka akan memarahi kamu," ucap Sierra.

"Kalian tenang saja, itu tidak akan terjadi," jawab Alleta.

Mereka cukup tahu, bagaimana keluarga Aletta

"Kamu yakin?" tanya Kayla.

"Aku yakin," jawab Aletta.

***

 Setelah mereka menghajar mantan kekasih Aletta, mereka langsung membawa Aletta berjalan-jalan, agar tidak terlalu berlarut dalam kesedihannya.

"Sekarang, aku mau mengikuti jejak kalian," ucap Aletta.

"Jejak yang mana?" tanya Kayla.

"Untuk tidak mempunyai cowok," jawab Aletta,

"Buat apa punya cowok, kalo ujung-ujungnya disakitin juga," lanjut Aletta.

"Ta, kamu ngak mati rasa sama cowok, 'kan. Takut aja malah suka sama cewek," ujar Kayla.

"Kay.." Sierra menatap tajam kearah Kayla.

"Sorry, maksud aku bukan seperti itu," ucap Kayla, yang baru menyadari ucapannya.

Aletta tertawa kecil, melihat raut wajah Kayla.

"Aku faham, apa maksud kamu, Kay.." Jawab Alleta,

"Maksud aku begini, kan selama ini kalian tidak mempunyai kekasih, jadi aku juga akan sama, aku sudah gagal menikah 3x, cukup trauma juga," lanjut Alleta.

"Maaf kalo jawabanku lancang, kamu mencari sosok ayah 'kan di laki-laki lain," ucap Sierra.

"Ya, karena aku tidak mendapatkan kasih sayang dari sosok seorang ayah.. Ayahku memang masih ada tapi perannya tidak ada," jawab Alleta.

"Aku faham, kita akan selalu jadi rumah buat kamu pulang," ucap Sierra.

Aletta tersenyum mengangguk.

"Udah ah, jangan sedih-sedih, kita nikmati waktu ini dengan happy, karena jarang sekali kita mempunyai waktu seperti ini," ujar Kayla.

"Mak'lum, sibuk dengan pekerjaan masing-masing," sahut Sierra.

Mereka menikmati waktu bertiga, namun saat mereka bersenang-senang, ponsel Sierra berbunyi.

"Siapa?" tanya Kayla.

"Karel."

"Dia lagi, memangnya dia ngak bosan, ya. Gangguin hidup kamu terus," ujar Kayla.

"Aku juga tidak tahu, dia sering datang ke restoran, meminta aku menerima perasaannya," kata Sierra.

"Menurut aku, dari pada kamu terus di datangin Karel, mending kasih tahu alasan kamu menolak dia," ucap Kayla.

"Aku setuju dengan Kayla, biar kamu juga lega," sahut Aletta.

"Nanti aku pikirkan."

Sierra tidak menjawab telpon dari Karel, dia meletakan kembali ponselnya.

***

More Chapters