Kaya dengan Sierra hampir saja kalah melawan mereka semua, tapi kedatangan Zane dengan Alvaro menyelematkan mereka berdua.
"Berhenti kalian!" titah Zane.
Mendengar suara Zane yang sudah tidak asing ditelinganya, mereka langsung menunduk sopan kearah Zane.
"Kalian sudah menyakiti calon istri saya, saya pastikan tidak akan mengampumi kalian!" ancam Zane.
"Tuan Zane! Maaf kalau saya tidak tahu kalau salah satu wanita ini adalah calon istri anda!" Pria paruh baya yang akan menikahi Aletta itu lemas, saat mendengar kebenaran yang Zane katakan.
"Bawa mereka, dan berikan mereka hukuman yang setimpal!" titah Zane, kepada semua bodyguardnya.
Tentunya semua bodybuard Zane bukan orang sembarangan, mereka orang terlatih yang tidak bisa dikalahkan begitu saja.
"Sierra, kamu nggak apa-apa?" tanya Zane yang terlihat khawatir.
Sierra tidak menjawab pertanyaan Zane, dia lebih fokus kepada kondisi Kayla, yang sepertinya lebih parah melebihi dirinya.
"Kay, ayo kita ke RS, sekarang!" ajak Sierra.
"Sie, gua nggak apa-apa, jangan khawatirin gua, Lo harus lihat Aletta. Gua takut kalau dia yang kenapa-kenapa," kata Kayla.
"Aletta baik-baik aja, kondisi Lo yang mengkhawatirkan sekarang," ujar Sierra.
Sekuat Sierra dengan Kayla, mereka tetap tumbang karena melawan puluhan pria yang berbadan besar, sedangkan mereka hanya berdua.
"Alvaro, bawa dia ke RS milikku, berikan dia perawatan yang intensif, kondisinya cukup parah!" titah Zane.
Alvaro membawa Kayla kedalam gendongnnya, karena melihat Kayla yang terlihat sudah lemas.
Kayla tak menolak, karena dirinya tak punya tenaga.
Alvaro membawa Kayla duluan, sedangkan Zane akan menemani Sierra dan Aletta.
"Sie, Kayla kemana? Kenapa dia digendong pria asing kedalam mobilnya?" tanya Aletta.
"Kayla terluka, Aletta. Tapi kamu tenang saja dia nggak akan kenapa-kenapa," jawab Sierra.
"Sie.." Aletta menangis, mendengar sahabatnya terluka karena menolong dirinya.
"Udah jangan nangis, sekarang kita susul Kayla ke RS, dia pasti butuh kita," ucap Sierra mengelus pundak sahabatnya.
Zane tidak banyak bicara, dia hanya melihat interaksi kedua sahabat itu, Zane cukup terkesan dengan persahabatan mereka.
10 menit lamanya, akhirnya mereka sampai di RS Alveric.
"Cepat bawa kami keruangan Kayla, kami harus melihat dia!" pinta Sierra, tanpa melihat wajah Zane.
Zane cukup bingung dengan Sierra, karena saat Sierra bicara dengannya, Sierra tak pernah melihat wajahnya.
"Ayo kita masuk kedalam, sahabat kalian ada diruangan VIP," ajak Zane.
"Kayla.. Lo nggak apa-apa?" tanya Aletta terlihat khawatir.
"Gua yang terluka, kenapa Lo yang nangis Aletta," kata Kayla.
"Kay, Lo terluka karena gua, kalian nolongin gua. Gua nggak tahu harus berterima kasih kayak gimana," ucap Aletta, menangis terisak.
"Gua nggak suka kalau diantara kita ada yang bicara seperti itu, kita bertiga sudah lebih dari keluarga," ujar Kayla.
Sierra memeluk kedua sahabatnya, mereka saling beruntung karena sudah bertemu.
"Alvaro, jaga mereka disini, jangan ada satu orangpun yang boleh masuk kesini, tanpa alasan yang jelas, atau tanpa persetujuan saya!" tegas Zane.
"Baik tuan, saya akan menjaga nona Kayla dan nona Aletta disini," jawab Alvaro.
"Sierra, ayo ikut dengan saya!" ajak Zane, langsung menarik tangan Sierra, tanpa Sierra iyakan ajakan Zane.
"Ada apa, kenapa anda membawa saya kedalam ruangan dokter?" tanya Sierra.
"Kamu terluka, tangan kamu berdarah, ayo saya obati," kata Zane.
"Saya nggak apa-apa, nanti juga luka ini akan sembuh sendiri," jawab Sierra ketus.
"Jangan terlalu sering membiarkan luka sembuh sendiri, takutnya nanti jadi infeksi. Dan penyembuhannya akan lama," kata Zane.
"Saya rasa, anda membawa saya kesini bukan hanya ingin membicarakan ini, cepat katakan!" pinta Sierra.
"Kamu memang wanita cerdas, bisa cepat menangkap maksud orang lain," kata Zane tersenyum.
Zane mengobati lalu menutup luka Sierra dengan sangat rapi..
"Saya kira, anda tidak bisa mengobati luka seperti ini," kata Sierra.
"RS ini milik keluarga Alveric, dan ini ruangan saya," jawab Zane.
"Kamu dokter?" tanya Sierra.
"Ya, sebelumnya saya dokter, lalu memutuskan untuk berhenti dan mengurus perusahaan!" jawab Zane.
Sierra hanya mengangguk-ngangguk.
"Saya tadi melihat kamu membawa mobil terburu-buru, lalu saya ikuti kamu. Makanya saya tahu kalau kamu ditempat itu," ucap Zane.
"Bukannya kamu pulang tadi?" tanya Sierra.
"Tadi saya akan meninggalkan restoran kamu, tapi melihat kamu terburu-buru!" jawab Zane,
"Saya rasa kita sudah terikat sejak dulu, karena entah kenapa.. Saya melihat kamu itu kayak beda aja," ujar Zane.
"Emh, dia juga merasakan hal yang sama, aku juga merasa kalau dia itu nggak asing buat aku, tapi aku lupa!" batin Sierra.
"Jangan melamun."
"Lukamu sudah kering, saya sudah mengobatinya," kata Zane.
"Terima kasih!" ucap Sierra tersenyum.
"Sebetulnya saya sudah memikirkan apa permintaan saya sama kamu," ucap Zane.
"Apa? Katakan saja sekarang!" sahut Sierra.
"Saya hanya ingin mengajak kamu bekerja sama dengan restoran kamu, dan saya pastikan kalau restoran kamu akan semakin ramai," jawab Zane.
"Saya mendirikan restoran itu sendiri, sejak beberapa tahun yang lalu, jadi kalau ada yang mau ikut campur tangan di restoran itu, saya akan memikirkannya dulu," sahut Sierra, karena itu keputusan yang harus dipikiran yang matang.
"Saya tidak meminta jawabannya sekarang, tapi. Saya harap kamu nggak lama memberikan keputusan itu," kata Zane.
"Akan saya pikirkan lagi, karena itu hal yang penting bagi saya," jawab Sierra,
"Kalau gitu aku akan kembali keruangan sahabat saya. Sekali lagi terima kasih," ucap Sierra.
Zane menggelengkan kepala, melihat kepergian Sierra yang terburu-buru.
"Padahal saya hanya meminta itu, tapi kenapa kamu seperti berat."
***
"Kay, dimana Aletta?" tanya Sierra.
"Sedang dibawa bicara sama tuan Alvaro!" jawab Kayla,
"Tadi dia cukup lama menangis menyalahkan dirinya karena melihat aku terluka seperti ini, tapi Alvaro membantu aku menenangkan dia," kata Kayla.
"Dia seperti biasa, selalu menyalahkan dirinya atas semua kejadian didalam hidupnya," ucap Sierra.
"Gua takut kalau Aletta akan melakukan hal yang bahkan kita saja tak terpikirkan kesana!" ujar Kayla.
"Kita tahu bagaimana dia, kalau dia benar-benar sudah capek, dia akan melakukan sesuka hatinya," timpal Sierra.
"Semoga tidak ada yang tahu kalau nanti dia melakukan sesuatu, karena itu bukan hanya akan membahayakan dirinya, tetapi juga dengan komunitas kita!" kata Kayla.
"Gua percaya kalau dia nggak akan bertindak gebabah," sahut Sierra.
Sierra dengan Kayla cukup lama membahas kejadian yang menimpa mereka tadi, jujur mereka tidak tahu dari bagian mana pria itu.
"Sie, Kay... Ayo kita makan, aku sudah beli tadi," ajak Aletta.
"Gua mau pulang, nggak mau lama-lama di sini, perusahaan gua nggak ada yang urus," kata Kayla.
"Sebelum Lo sembuh, biar gua yang bertanggung jawab sama perusahaan Lo," sahut Aletta.
"Lo yakin?" tanya Kayla.
Aletta mengangguk, untuk meyakinkan Kayla.
"Saya akan mengikuti kemanapun nona Aletta pergi, karena tuan Zane menyuruh saya melakukan itu!" kata Alvaro.
"Cie punya bodyguard," goda Sierra.
"Sebenarnya aku nggak mau, tapi tuan Alvaro memaka aku, mau bagaimana lagi 'kan!" kata Aletta.
Sierra dengan Kayla tertawa dengan tingkah lucu sahabatnya itu.
***