Ficool

Chapter 1 - AWAL KEJADIAN

Darah berceceran dimana-mana, suara tembakan senjata api saling bersahutan. Di dalam mansion megah itu.. Banyak mayat yang tergeletak.

"Jangan tinggalkan jejak, kita harus membunuh semua keluarga Watson!"

Pria memakai topeng itu memberikan intruksi kepada semua anak buahnya.

"Saya tidak menemukan anak gadis keluarga ini, tuan!"

"Anak itu.. Biarkan dia hidup, supaya dia hidup menderita melihat keluarganya sudah terbunuh!"

Setelah membantai semua orang di mansion itu, mereka yang wajahnya tertutup topeng, meninggalkan mayat yang sudah tergeletak.

 "Ayah.. Ibu.."

Anak yang kira-kira berumur 10tahun itu, keluar dari bawah meja, jantungnya berdebar kencang, setelah melihat orang-orang yang membunuh keluarga meninggalkan mansion.

"Nak.."

"Ayah.. Jangan tinggalkan aku," tangis anak gadis itu, menatap sang ayah yang sudah berlumuran darah, disekujur tubuhnya.

"Dengarkan ayah, nak. Tinggalkan kota ini, jangan kembali kemansion ini, sebelum kamu berusia 20tahun.." Titah pria itu, sembari menyentuh wajah sang anak.

"Tidak, aku tidak akan meninggalkan ayah sampai kapanpun!" kekeh gadis itu.

"Pergi cepat! Jangan hiraukan ayah dengan ibumu, kami akan baik-baik saja."

"Ada sebuah kotak dikamar ayah, bawa itu.. Jangan buka kalo kamu belum berusia 20tahun, temukan kakakmu."

"Ayah sayang sama kamu, dan juga kakakmu, katakan itu kalau kamu sudah menemukan kakakmu!"

Setelah mengatakan itu, pria paruh baya itu tak sadarkan diri, dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.

"Ayah.."

Anak itu menyeka air matanya dipipi, memeluk tubuh kedua orangtuanya, namun. Dia mengingat ucapan sang ayah, agar dirinya secepatnya meninggalkan tempat itu

Dia bergegas pergi, tidak banyak barang yang dia bawa, hanya baju dan uang untuk dia bertahan hidup..

"Maafkan aku ayah, ibu.. Aku tidak bisa menolong kalian, tapi aku berjanji, akan menemukan orang yang sudah membunuh kalian.."

Dia benar-benar meninggalkan mansion itu, menyusut air matanya yang sudah membasahi seluruh wajahnya.

   ***

10Tahun kemudian..

Disebuah kota yang cukup ramai, ada seorang gadis ceria dan humoris, dia seorang pemilik restoran yang cukup terkenal di kota itu. Selain, makanannya enak, harganya cukup terjangkau..

"Akhir-akhir ini, restoran cukup ramai, aku semakin bersemangat," ucap Sierra, pemilik restoran itu.

Pemilik restoran itu masih muda, banyak yang kagum dengan kepribadian Sierra, selain baik, dia juga sangat peduli kepada orang yang kurang mampu.

"Selamat pagi, Sierra." Sapa Karel, laki-laki yang selama ini mengejar cinta Sierra, tapi tidak Sierra gubris.

"Karel, pagi-pagi sekali sudah kesini, ada apa?" tanya Sierra, menatap canggung.

"Memangnya tidak boleh, calon suami menemui calon istrinya," goda Karel tersenyum.

"Karel, kamu apa-apaan sih," ujar Sierra kesal.

Karel tertawa kecil, melihat ekspresi wajah Sierra, dia sudah biasa mendapatkan tolakan dari Sierra, tapi tidak membuat dia menyerah.

"Kamu tidak masuk kantor?" tanya Sierra.

"Cape, tiap hari kerja terus, sesekali mau menikmati hidup," jawab Karel.

"Baru sadar, ya. Kemana aja selama ini," kata Sierra tertawa.

 Karel hanya tersenyum kecil menatap Sierra.

"Mau pesan apa?" tanya Sierra.

"Jangan repot-repot, restoranmu sedang ramai, layani saja dulu mereka," kata Karel.

"Pengertian sekali," ucap Sierra,

"Yasudah, aku layani mereka dulu, ya. Kamu duduk manis saja disini," lanjut Sierra.

Karel hanya mengangguk, memberikan jawaban.

"Dia benar-benar bekerja keras untuk hidupnya.. Coba saja kalo dia mau menikah denganku, pasti dia cuman duduk manis dirumah," gumam Karel, menatap Sierra yang sedang melayani pengunjung restorannya.

Setelah Sierra menyelesaikan pekerjaannya, dia kembali ke meja Karel.

"Aku tahu, kamu kesini karena ada masalah'kan?" sahut Sierra.

"Tidak ada, aku hanya kesini saja," jawab Karel.

"Rel, kita sudah berteman selama 6tahun, aku tahu bagaimana kamu," ucap Sierra.

Karel menghela napas panjang..

"Ayo cerita sama aku, ada apa?" tanya Sierra.

"Ibu menjodohkan aku lagi," ucap Karel, menatap kosong kearah jendela.

"Lalu..?

" Kamu kan tahu, aku tidak mau menikah kalo tidak dengan kamu," ujar Karel.

"Rel, dengerin aku.."

"Jangan menunggu aku, yang entah sampai kapan aku siap untuk menikah, orangtuamu mau yang terbaik buat kamu, apa salahnya kalo kamu menuruti keinginan ibumu," ucap Sierra.

"Ra, kita sudah membahas masalah ini, ya. Jadi jangan paksa aku untuk menikah dengan wanita lain," ujar Karel.

"Aku mencintai kamu sebagai sahabat aku, tidak lebih dari itu, Rel!"

"Kamu harus ingat itu," tegas Sierra.

"Dan aku akan menunggu, sampai kapanpun itu.. Aku akan menunggu perasaanmu berubah buat aku," kata Karel.

"Terserah, tapi jangan salahkan aku, kalo aku tidak bisa membalas perasaanmu," ujar Sierra.

"Kenapa kamu tidak mencoba, mencintai aku?" ucap Karel, menatap kearah Sierra.

"Karena orangtuamu tidak suka denganku, Karel. Maafkan aku," batin Sierra.

"Ayo katakan, jangan hanya bengong! Memanya, selama ini kedekatan kita tidak cukup berarti bagi kamu?"

Karel menjaga nada bicaranya, meskipun perasaannya ingin marah.

"Karel, perasaan tidak bisa dipaksakan," jawab Sierra, dia menahan air matanya disudut mata.

Karel menghela napas berat..

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak seperti tadi," ucap Karel, dengan perasaan bersalah.

Sierra tersenyum, dia menatap Karel.

"Aku buatkan minum untukmu, ya.."

Sierra meninggalkan Karel, dia akan membuatkan minum untuk Karel, agar perasaannya lega.

"Jus alpukat, kesukaanmu," ujar Sierra.

"Terima kasih," ucap Karel.

Karel meneguk jus alpukat kesukaannya.

 ***

Hari sudah mulai gelap, Sierra akan menutup restorannya, karena sudah malam.

"Sudah sepi, padahal masih jam segini," gumam Sierra melihat kearah jam ditangannya.

Jarak rumah Sierra dari restoran kerumahnya tidak terlalu jauh, dia selalu membawa sepeda miliknya.

Namun, ditengah jalan, saat akan dekat kerumahnya, Sierra tidak sengaja menabrak seorang pria yang sepertinya sedang terluka.

"Maaf tuan, saya tidak melihat ada orang," ucap Sierra.

"Tolong.. Selamatkan saya," kata pria asing itu.

Sierra melongo, melihat darah yang sudah berlumuran diperut pria asing itu.

"Ayo tuan, saya akan membawa anda kerumah saya," kata Sierra.

Sierra bergegas membawa pria asing itu, kerumah miliknya tanpa pikir panjang, karena Sierra tidak tega melihatnya sudah berlumuran darah.

"Tidur saja, aku akan mengobati luka anda, tuan," ucap Sierra

Sierra membersihkan darahnya terlebih dahulu, memakai air hangat.

"Tidak sakit?" tanya Sierra, menatap pria asing itu.

Dia hanya menggeleng, menatap kearah Sierra.

"Wajahnya seram sekali, tidak senyum sama sekali," batin Sierra.

Setelah membersihkan darah pria itu, Sierra mengobati bagian luka diperut pria itu.

"Apa kena begal, sepertinya ini luka tusukan," batin Sierra.

Tapi, Sierra tidak banyak bertanya, karena Sierra takut pertanyaannya akan menyinggung pria asing itu.

"Anda istirahat saja, lukanya sudah saya obati," ucap Sierra,

"Hari sudah malam, sudah waktunya istirahat."

"T-Terima kasih, sudah menolong saya, dan memberikan kesempatan saya menginap disini," ucap pria asing itu, membuka suara dengan nada terbata-bata.

Sierra tersenyum, setelah dia memberikan selimut dan juga bantal, Sierra masuk kedalam kamarnya, matanya sudah sangat mengantuk.

"Gadis itu cukup menarik perhatian saya.."

***

More Chapters