Ficool

Chapter 4 - Jejak Pertama di Jalan Kultivasi

Pagi hari tiba dengan lembut, menyingkap tirai kabut yang menyelimuti desa Sunyi seolah membangunkannya dari tidur panjang. Cahaya matahari yang hangat menembus celah-celah dedaunan dan menari di atas permukaan sungai kecil yang berkelok di antara rerimbunan pohon. Suara burung berkicau mengiringi udara pagi yang segar, namun suasana damai dan indah ini berbanding terbalik dengan hati Li Chen yang penuh dengan gejolak.

Berbulan-bulan penuh perjuangan dan latihan keras telah dilaluinya sejak pertemuan pertama dengan Master Yun. Kini, langkahnya bersama Xia Mei menapaki arah yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya. Jalan menuju langit yang penuh liku dan bahaya.

"Kau sudah cukup kuat untuk merasakan Qi sekarang," ujar Master Yun sambil menatap tajam ke arah sebuah bukit kecil di ujung desa yang dikenal sebagai Bukit Langit. "Di sinilah perjalanan sejati seorang kultivator dimulai. Tempat aliran energi bumi bisa kau rasakan dengan jelas, dan tubuh mulai bisa menyesuaikan diri."

Li Chen merasa napasnya sesak, campuran rasa takut dan semangat membara. "Aku siap, Master. Aku tidak ingin lagi menjadi manusia biasa yang lemah dan tak berdaya," ucapnya penuh tekad.

Xia Mei yang berdiri di sampingnya mengangguk perlahan. "Kita akan berjuang bersama-sama. Tak ada lagi yang akan kita takutkan."

Mereka bertiga mulai menaiki Bukit Langit yang tidak terlalu tinggi, tapi penuh dengan keajaiban alam. Pepohonan tua berdiri megah, akar-akarnya menjalar kuat ke dalam tanah. Angin pagi membawa aroma tanah basah dan bunga liar, seolah menyambut para penantang yang tiba untuk mencari jawaban dan kekuatan.

Saat mencapai puncak bukit, Master Yun memberi mereka ruang terbuka yang dikelilingi batu-batu besar dan rerumputan liar. "Duduklah," katanya. "Kita akan mulai dengan dasar. Cultivation bukan hanya tentang mengumpulkan kekuatan, tapi juga keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan alam."

Li Chen menutup matanya dan mengambil posisi bersila. Ia mengingat semua ajaran yang diberikan Master Yun — tentang bagaimana mengendalikan napas, merasakan energi alami, dan membuka mata hati. Perlahan ia mencoba menyesuaikan diri dengan irama Qi yang mengalir di alam ini.

Awalnya, ia hanya merasakan gelombang kecil, seperti aliran angin sejuk yang menyentuh kulit, samar dan halus. Namun, tekadnya untuk berubah membuatnya berusaha semakin keras. Dengan setiap hentakan jantung, ia mencoba menyatukan perasaannya dengan energi alam yang terbentang luas di sekelilingnya.

Di saat yang sama, Xia Mei melakukan hal yang sama, tapi raut wajahnya tampak lebih tenang dan teratur. Ia telah berlatih selama bertahun-tahun secara tersembunyi, dan kini mulai membuka potensinya sebagai kultivator yang tangguh.

Master Yun mengawasi dengan serius, sesekali mengeluarkan kata-kata bijak untuk membimbing mereka. "Qi adalah darah kehidupan alam semesta ini. Jika kau bisa menyatu dengan Qi, sekuat apapun badai yang datang, kau tidak akan mudah patah."

Namun, di bawah ketenangan pagi, bayangan gelap terus mengintai. Dalam hutan yang lebih jauh dari desa, sekelompok pasukan berbalut jubah hitam bergerak dengan cepat dan berwibawa. Mereka membawa senjata berkilauan dan aura mengancam yang membuat udara sekitar terasa beku.

Seorang pria bertopeng berdiri di depan, dengan mata yang tajam dan dingin menatap ke arah Bukit Langit. "Mereka sudah menginjak tanah suci. Jika kita biarkan Li Chen dan Xia Mei menguasai energi itu, rencana besar kita akan gagal," ucapnya dingin, suaranya seperti bisikan kematian.

"Bunuh mereka sebelum mereka tumbuh menjadi ancaman!" perintahnya tegas.

Kembali ke Bukit Langit, Li Chen membuka matanya perlahan. Ada kilatan kehijauan yang berkilau samar di sekitar tubuhnya. Rasanya seperti energi alam telah mulai meresap ke dalam jiwanya, membuat seluruh tubuhnya bergetar halus namun penuh kekuatan. Sebuah pertanda bahwa awal perjalanan kultivasinya mulai membuahkan hasil.

Tetapi bahaya bukanlah sesuatu yang bisa dihindari begitu saja. Li Chen dan Xia Mei tahu bahwa setiap langkah yang mereka ambil kini semakin dekat dengan perjuangan yang lebih sulit dari sebelumnya.

"Ini baru permulaan," bisik Li Chen pada dirinya sendiri. "Aku harus menjadi lebih kuat, bukan hanya untuk diriku, tapi juga untuk mereka yang kucintai."

Tangannya menggenggam erat batu pusaka yang mulai bersinar lebih terang, seperti mengerahkan seluruh kekuatan yang ia punya. Melangkah maju bukan hanya soal kekuatan, tapi juga tentang keberanian dan harapan yang tidak pernah padam.

Di bawah langit pagi yang membiru, mereka memulai salah satu babak terpenting kehidupan mereka, di mana setiap detik terasa seperti pertaruhan besar antara hidup, mati, dan keabadian

More Chapters