Ficool

Chapter 5 - Bab 5: Pencarian Hati yang Murni

Arka melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang lebih mantap. Setelah malam yang penuh kebingungan dan pemikiran mendalam, ia merasa sedikit lebih ringan. Kata-kata Penjaga Sungai Emas dan wanita misterius yang ia temui beberapa hari lalu mulai menyatu dalam pikirannya, membentuk sebuah gambaran yang lebih jelas tentang apa yang sebenarnya ia cari.

Sungai Emas kini semakin jauh di belakangnya. Ia harus menempuh jalan yang lebih jauh lagi untuk mencapai hulu sungai, tempat yang dianggap sebagai titik akhir bagi semua pencarian ikan emas. Meskipun masih ada keraguan dalam dirinya, Arka merasakan sebuah panggilan yang kuat, seolah-olah ada sesuatu yang lebih besar yang menanti di depan.

Namun, perjalanannya tidaklah mudah. Hutan yang semakin lebat mulai terasa lebih menakutkan. Angin yang biasanya berhembus lembut kini berubah menjadi bisikan yang tajam, seperti memperingatkan Arka tentang bahaya yang akan datang. Tanah yang sebelumnya terasa subur mulai terasa keras dan kering, seolah-olah mengikuti jejak kekeringan yang melanda desa Lembah Hijau. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat, dan meskipun ia berusaha untuk tetap tegar, ia merasakan tekanan yang tak bisa dihindari.

Hari itu, saat Arka berjalan menyusuri jalan setapak yang sempit, ia mendengar suara gemerisik di balik semak-semak. Matanya cepat menoleh, dan di sana, di antara pepohonan, ia melihat seorang anak perempuan yang sedang duduk di atas batu besar, menatapnya dengan mata yang penuh rasa ingin tahu.

"Siapa kau?" tanya Arka, mendekati anak itu dengan hati-hati.

Anak perempuan itu mengangkat wajahnya dan tersenyum, meskipun ada kesedihan di matanya. "Aku adalah penjaga hutan ini," jawabnya dengan suara lembut. "Nama saya Lira. Kau tampaknya sedang mencari sesuatu yang besar."

Arka terdiam sejenak, tak tahu harus berkata apa. Ia tahu bahwa anak perempuan ini bukan sembarang orang. Ada sesuatu yang aneh tentangnya, seolah ia mengetahui banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. "Aku sedang mencari Ikan Emas," katanya akhirnya, meskipun ia merasa kata-katanya terasa kosong. Ia tak tahu lagi apakah pencarian itu benar-benar hanya tentang ikan atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya.

Lira mengangguk pelan, matanya penuh pemahaman. "Ikan Emas, ya? Semua orang yang mencarinya pasti memiliki alasan tertentu. Tetapi, kau harus tahu, Arka, ikan itu tidak hanya menguji keberanianmu, tetapi juga niat dan ketulusan hatimu."

Arka tercengang mendengar nama itu disebutkan. "Kau tahu namaku?"

Lira hanya tersenyum, tetapi ada kerutan di dahinya yang menunjukkan bahwa ia sedang berpikir. "Aku tahu lebih dari yang kau kira. Ikan Emas itu ada untuk memberi pelajaran, bukan hanya untuk diperebutkan. Kau akan mendapatkan apa yang kau cari hanya jika kau memahami apa yang sebenarnya kau inginkan."

Arka merasa cemas. Kata-kata Lira seakan menusuk jantungnya. Apa yang sebenarnya ia cari? Pikirannya kembali berputar pada desanya yang sedang dilanda kekeringan dan pada harapan yang ia gantungkan pada ikan emas tersebut.

"Bagaimana aku bisa tahu apa yang sebenarnya aku inginkan?" tanya Arka, lebih kepada dirinya sendiri daripada pada Lira.

Lira menatap Arka dengan lembut. "Ketika kau belajar untuk melepaskan keinginan pribadi dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih besar, barulah kau akan mengetahui apa yang sebenarnya kau cari. Ikan itu tidak hanya untuk disembunyikan atau dimiliki, tetapi untuk diajarkan kepada siapa pun yang mencarinya. Sebuah pembelajaran yang mengubah hidup."

Arka merasa seperti sebuah beban berat mengalir dari pundaknya. Ia merasa bahwa jawabannya sudah dekat, namun entah mengapa, ada rasa takut yang tak bisa ia hindari. Ia takut bahwa pencariannya ini hanya akan berakhir sia-sia, seperti yang dialami banyak orang yang datang sebelumnya.

"Apakah kau yakin kau siap menerima apa yang akan datang?" tanya Lira dengan suara tenang, mengamati Arka dengan tajam.

Arka menggigit bibirnya, berusaha untuk menahan perasaan cemas yang terus menggerogoti. "Aku tidak tahu. Aku takut bahwa jika aku tidak menangkapnya, aku akan gagal. Seluruh desa mengandalkanku."

Lira menunduk, seolah memahami ketakutan Arka. "Keinginan untuk menyelamatkan orang lain memang mulia, tetapi jangan lupakan dirimu sendiri. Terkadang, kita tidak bisa memberi sesuatu kepada orang lain jika kita sendiri tidak memahami apa yang kita butuhkan."

Arka merasa perasaan itu semakin berat di dadanya. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku sudah mencoba sekuat tenaga, tetapi rasanya semakin jauh dari tujuanku."

Lira tersenyum lembut. "Kadang, perjalanan itu bukan tentang menemukan tujuan, tapi tentang memahami prosesnya. Ikan Emas akan datang ketika kau berhenti mencari, ketika kau mulai memahami bahwa takdir tidak selalu datang sesuai keinginan kita."

Setelah beberapa saat, Arka mulai merasa lebih tenang. Kata-kata Lira benar-benar menyentuh hatinya. Ia mulai mengerti bahwa pencariannya bukan hanya soal mendapatkan sesuatu, tetapi tentang belajar menerima perjalanan itu sendiri.

Hari itu berakhir dengan Arka yang merenung lebih dalam tentang perjalanan yang sedang ia tempuh. Lira menghilang seperti ia datang, meninggalkan Arka dengan banyak pertanyaan, tetapi juga dengan perasaan yang lebih ringan. Tiba saatnya bagi Arka untuk melanjutkan perjalanan menuju hulu sungai.

Namun, tidak lama setelah ia melangkah ke dalam hutan kembali, sebuah suara keras tiba-tiba terdengar dari arah depan. "Jangan melangkah lebih jauh!" Suara itu tegas dan penuh peringatan.

Arka terkejut dan cepat berhenti. Di depan, muncul sosok tinggi besar dengan pakaian yang tampak seperti bagian dari alam itu sendiri. Sosok itu menghalangi jalannya dengan tatapan yang tajam. "Siapa kau?" tanya Arka, merasa sedikit ketakutan.

"Saya adalah penjaga hutan ini," kata sosok itu dengan suara yang dalam dan berat. "Apa yang kau cari?"

"Aku mencari Ikan Emas," jawab Arka, walaupun hatinya kini terasa lebih ragu daripada sebelumnya.

Penjaga itu mengangguk, namun matanya tetap penuh peringatan. "Ikan Emas bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Banyak yang sudah gagal. Apa yang kau cari, anak muda? Ikan itu atau pemahaman yang ada di baliknya?"

Arka terdiam, menyadari bahwa pertanyaan itu bukanlah hal yang mudah dijawab. Sesuatu dalam dirinya mulai menyadari bahwa ia mungkin sudah terlalu lama terfokus pada hasil akhirnya, tanpa benar-benar mengerti proses yang sedang ia jalani. Apa yang sebenarnya aku cari?

Bab 5 berakhir dengan Arka yang merenung, perasaan bingung mulai mencair menjadi pemahaman baru. Ia menyadari bahwa perjalanan ini tidak hanya menguji kekuatan fisiknya, tetapi juga niat dan hati nuraninya. Ia melangkah lebih jauh ke dalam hutan, siap menghadapi ujian yang lebih besar, dan berharap ia bisa menemukan jawabannya di ujung jalan.

More Chapters