Ficool

Chapter 4 - Bab 4: Kehilangan dan Penyesalan

Pagi hari setelah malam yang penuh kejutan, Arka terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Ia duduk di tepi sungai, masih terngiang dalam ingatannya tentang ikan emas yang begitu dekat, tetapi tetap menghindar. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa lega. Seperti yang diucapkan oleh Penjaga Sungai Emas, ikan itu bukanlah sekadar untuk ditangkap. Ia mulai memahami bahwa perjalanannya ini lebih dari sekadar mencapai tujuan yang terlihat.

Meskipun ikan itu menghilang, Arka merasa bahwa sesuatu telah berubah dalam dirinya. Ia merasa lebih tenang dan lebih paham tentang arti pencarian ini. Namun, ada satu perasaan yang masih mengganggu hatinya: penyesalan.

Arka terus merenung di tepi sungai, mengingat kembali malam itu. Saat ikan emas muncul untuk kedua kalinya, ia begitu dekat, namun bukannya menangkapnya, Arka merasa bahwa tangannya justru tidak tergerak untuk mencoba lebih keras. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih penting daripada sekadar menangkap ikan itu, tetapi apakah ia bisa sepenuhnya melepaskan keinginan pribadinya?

Hari itu berlalu tanpa kejadian yang berarti. Arka berjalan kembali ke hutan, mencari petunjuk lebih lanjut atau mungkin jawaban untuk pertanyaan yang berputar di kepalanya. Hutan di sekitar sungai kini terasa lebih sunyi. Hanya ada suara langkah kakinya dan gemericik air yang mengalir, seakan alam juga ikut merenung bersamanya.

Arka merasakan sesuatu yang aneh. Setiap langkah yang ia ambil terasa lebih berat daripada sebelumnya. Ia mulai merasakan kelelahan yang mendalam, bukan hanya fisik, tetapi juga batin. Perjalanan ini ternyata lebih panjang dan lebih sulit dari yang ia bayangkan. Setiap ujian yang ia hadapi semakin membuka mata Arka tentang dirinya sendiri, dan meskipun ia merasa semakin dekat dengan tujuannya, ia juga merasa semakin jauh dari kedamaian yang ia cari.

Di tengah perjalanan, Arka bertemu dengan seorang wanita muda yang sedang duduk di bawah pohon besar. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, namun wajahnya memancarkan kedamaian yang luar biasa. Mata wanita itu menatap Arka dengan penuh perhatian, seolah tahu apa yang sedang ia rasakan.

"Apakah kau yang mencari ikan emas itu?" tanya wanita itu dengan lembut.

Arka terkejut, namun ia tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran. "Ya, aku sedang mencarinya. Aku ingin menangkap ikan itu untuk desaku, untuk menyelamatkan mereka dari kekeringan. Tapi... aku merasa ada yang salah. Aku merasa kehilangan sesuatu."

Wanita itu tersenyum kecil, tetapi ada kesedihan dalam tatapannya. "Ikan emas memang istimewa, tetapi lebih dari itu, ia adalah cermin bagi hati manusia. Ketika kau mengejarnya, kau akan dihadapkan pada diri sendiri. Apa yang kau inginkan sejati, dan apa yang sebenarnya kau butuhkan."

Arka terdiam, kata-kata wanita itu sangat mendalam. Ia merasa bahwa ia masih belum sepenuhnya memahami apa yang ia cari. "Aku ingin menyelamatkan desaku. Tetapi aku juga merasa bahwa ikan itu menguji sesuatu dalam diriku yang lebih dalam."

Wanita itu mengangguk perlahan. "Itulah ujian yang sebenarnya. Ketika kau ingin sesuatu dengan sangat kuat, terkadang kita kehilangan pandangan tentang apa yang benar-benar penting. Kau harus menemukan keseimbangan antara keinginan dan pengorbanan."

Arka merasa kebingungan. "Tapi, apa yang harus aku lakukan? Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi aku merasa semakin jauh dari tujuanku."

Wanita itu berdiri dan berjalan mendekatkan diri pada Arka. "Ketahuilah, Arka. Jalan yang kau pilih bukan hanya tentang menangkap ikan itu. Ini adalah perjalanan untuk menemukan siapa dirimu sebenarnya. Kamu harus belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa diperoleh dengan usaha keras. Terkadang, kita harus belajar melepaskan dan percaya bahwa takdir akan menunjukkan jalan yang lebih baik."

Arka menatap wanita itu dengan penuh rasa ingin tahu. Ia merasa ada kebenaran dalam kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu. Namun, apakah ia sudah siap untuk melepaskan keinginannya dan menerima apa yang datang? Atau akankah ia terus mengejar sesuatu yang mungkin takkan pernah ia capai?

Malam hari tiba dengan cepat, dan Arka kembali ke tepi sungai. Ia duduk di batu besar yang telah menjadi tempat favoritnya. Dalam kegelapan malam, suara gemericik air terdengar lebih menenangkan, tetapi juga mengingatkannya pada perjalanan panjang yang telah ia jalani. Ia merasa ada sesuatu yang penting yang harus ia pelajari di malam ini.

Tak lama setelah itu, ia mendengar suara di kejauhan. Sosok pria tua itu muncul di dekatnya, Penjaga Sungai Emas. Dengan langkah pelan, pria itu mendekat dan duduk di samping Arka tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah beberapa saat, Arka akhirnya membuka suara. "Aku merasa seperti kehilangan sesuatu. Aku tidak tahu apakah aku cukup murni hatinya untuk menangkap ikan itu. Aku merasa semakin jauh dari apa yang aku cari."

Penjaga Sungai Emas mengangguk pelan, matanya menyiratkan kebijaksanaan yang mendalam. "Itulah ujian yang sebenarnya, Arka. Ikan itu bukan untuk dipaksakan, dan perjalanan ini bukan untuk memenangkan sesuatu. Ini adalah perjalanan untuk memahami bahwa dalam setiap keputusan kita, ada konsekuensi yang harus diterima. Kadang, kita merasa kehilangan, namun itu adalah bagian dari proses menemukan diri kita."

Arka menunduk, menatap permukaan air yang berkilau. Ia merasa lelah, tetapi juga merasa bahwa ia telah belajar banyak. "Aku mulai memahami, tetapi aku masih merasa bingung. Bagaimana aku bisa tahu apakah aku sudah siap untuk menerima apa yang akan datang?"

Penjaga itu tersenyum, meski senyumnya penuh dengan makna yang dalam. "Kau tidak perlu tahu jawabannya sekarang. Semua akan datang pada waktunya. Apa yang harus kau lakukan adalah terus berjalan, dengan hati yang terbuka. Kadang, kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi kita akan mendapatkan apa yang kita butuhkan."

Bab 4 berakhir dengan Arka yang merasa sedikit lebih tenang, meskipun jalan yang akan ditempuh masih panjang. Ia menyadari bahwa perjalanan ini bukan tentang menangkap ikan emas, tetapi tentang menemukan makna yang lebih dalam tentang diri sendiri dan apa yang sesungguhnya ia inginkan dari hidup ini.

Dengan pemahaman itu, Arka melangkah ke depan, siap untuk menghadapi ujian-ujian berikutnya dalam perjalanannya. Ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil akan membawa ia lebih dekat pada jawaban yang selama ini ia cari.

More Chapters