Ficool

Chapter 72 - Chapter 72 – Whisper of the Alchemist Heart

Chapter 72 – Whisper of the Alchemist Heart (Bisikan Hati Sang Alkemis)

Malam itu, di dalam gua kecil yang tersembunyi di dekat bukit berbatu, dua sosok muda duduk bersila dalam keheningan. Vuyei dan Zienxi kakak beradik yang telah melalui banyak hal tenggelam dalam meditasi di tempat yang telah menjadi titik peristirahatan spiritual mereka.

Jarak sekitar empat kaki memisahkan keduanya, namun ikatan mereka jauh lebih dekat dari itu. Energi spiritual yang tenang dan murni mengalir perlahan masuk ke dalam tubuh Zienxi, menyelubungi tubuhnya dengan aura lembut yang hampir tak terlihat. Di sisinya, Vuyei juga berdiam dalam keheningan, menyerap energi alam dengan napas yang teratur dan fokus yang tak goyah.

Tujuh hari berlalu dalam sekejap. Saat fajar ke delapan mulai mengintip dari celah bukit, Vuyei perlahan membuka matanya. Ia menoleh ke samping, mendapati kakaknya masih dalam posisi yang sama, tak bergeming sedikit pun.

“Huh… aku ingin mempelajari hal baru,” gumam Vuyei lirih, seolah hanya berkata kepada dirinya sendiri. “Seperti… alkemia. Aku ingin mendalami pemahamanku, agar bisa membuat pil dengan tanganku sendiri.”

Dua hari lagi berlalu. Zienxi belum juga membuka mata. Vuyei duduk bersandar di dinding gua, menatap kakaknya yang masih tenggelam dalam dunia dalamnya. Ia mendengus pelan.

“Kak, kapan kau membuka matamu?” gerutunya dengan nada kesal. “Sudah sembilan hari kau terbenam dalam kultivasi. Apa kau tidak merasa bosan? Tidak ingin jalan-jalan menikmati dunia?”

Saat matahari sore menebarkan cahaya keemasan dari balik bukit, Zienxi akhirnya membuka matanya perlahan. Aura yang tenang masih menyelimuti tubuhnya. Ia mengalihkan pandangan ke arah Vuyei yang kini cemberut sambil memeluk lutut.

“Ada apa dengan wajahmu itu?” tanya Zienxi datar.

Vuyei mengangkat wajahnya dengan cepat. “Akhirnya kau selesai juga. Aku bosan sekali, Kak,” sahutnya.

Zienxi mengedip pelan. “Kenapa tidak pergi ke kota?”

“Tidak seru jika hanya sendirian. Aku ingin bersamamu,” jawab Vuyei cepat. “Lian Roushi dan teman-temannya mungkin sudah kembali ke sekte mereka. Aku tidak punya teman lain… selain dirimu.”

Zienxi memandangi adiknya tanpa ekspresi, lalu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari gua. Vuyei tersenyum tipis dan segera berdiri, mengikuti langkah kakaknya.

Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di jalanan menuju kota Feifei. Langit senja mulai berubah menjadi malam yang berkilauan. Kota itu menyambut mereka dengan gemerlap lentera-lentera yang menggantung di sepanjang jalan, menyinari wajah-wajah para penduduk dan pelancong yang hilir mudik. Suasana ramai, penuh kehidupan.

Zienxi mengajak Vuyei menikmati malam kota. Mereka berjalan menyusuri jalan utama, melewati para pedagang yang menjajakan kain, aksesori, hingga manik-manik. Suara tawa dari kedai-kedai ramai terdengar seperti nyanyian dari dunia yang lebih ringan.

Bangunan-bangunan kota Feifei berdiri megah dengan paviliun-paviliun yang tinggi dan indah. Beberapa penjaga berjubah dengan lambang sekte terpampang di dada mereka, mengamati keramaian dari kejauhan.

Vuyei tampak sangat senang, wajahnya berseri di bawah cahaya lentera. Ia menoleh ke kakaknya sambil tersenyum.

“Aku suka malam seperti ini,” ucapnya pelan. “Kadang… aku ingin waktu berhenti di momen-momen seperti ini.”

Zienxi hanya menatap keramaian di depan mereka, namun untuk sekejap, ekspresi keras di wajahnya melunak, seperti menyetujui kata-kata adiknya… meski ia tidak mengatakannya dengan suara.

Malam telah turun dengan tenang. Angin lembut berhembus, membawa aroma segar dari pepohonan sekitar danau. Di tepi danau tempat biasa mereka menikmati malam, Zienxi berdiri menghadap permukaan air yang berkilauan diterpa cahaya bulan. Di sisinya, Vuyei berdiri dalam diam, ikut menikmati ketenangan yang jarang mereka temui di tengah kesibukan dunia kultivasi.

"Besok Sekte Kabut Tengah akan mengadakan acara," ucap Zienxi tiba-tiba, tanpa menoleh pada adiknya.

Vuyei menatap kakaknya dengan alis sedikit terangkat. "Kenapa? Apakah ada sesuatu?" tanyanya lembut.

"Sekte itu rutin menggelar pertemuan setiap bulan," jawab Zienxi pelan, masih memandang danau. "Berbagai kultivator dari penjuru negeri datang ke sana, untuk berbagi pemahaman dan pengalaman. Terkadang ada pertukaran wawasan, kadang teknik, kadang hanya diskusi."

"Apa Kakak ingin ke sana?" tanya Vuyei, suaranya lembut namun mengandung rasa ingin tahu yang tulus.

Zienxi diam sesaat, lalu mengangguk kecil. "Kupikir... ya."

Vuyei tersenyum tipis. "Kalau begitu, aku akan ikut."

Zienxi menoleh, menatap wajah adiknya sekilas dan tersenyum singkat. "Baiklah."

Mereka kembali terdiam, membiarkan suara air yang tenang dan desiran angin menjadi latar percakapan singkat itu. Malam semakin larut, dan bintang-bintang mulai memenuhi langit.

Keesokan paginya, Zienxi dan Vuyei bersiap dan segera meninggalkan kota Feifei. Mereka melesat cepat menuju arah barat, menuju lokasi Sekte Kabut Tengah.

Perjalanan tak memakan waktu lama. Dengan kecepatan terbang mereka, hanya dibutuhkan waktu singkat untuk menembus lembah dan perbukitan yang diselimuti kabut tipis. Udara di sana terasa dingin dan segar, menyambut kedatangan mereka dengan ketenangan yang khas.

Sekte Kabut Tengah berdiri megah di lereng bukit, dengan bangunan-bangunan sederhana berwarna kelabu pucat yang menyatu dengan kabut sekitarnya. Aroma herbal dan energi spiritual samar menyelimuti udara, menandakan tempat itu bukan sekadar tempat belajar, tapi juga tempat merenung dan memahami kedalaman dao.

Zienxi dan Vuyei mendarat perlahan di depan gerbang kayu besar yang terbuka menyambut. Suasana di dalam sekte tampak damai, tapi juga penuh kesungguhan.

Zienxi dan Vuyei melangkah perlahan menaiki anak-anak tangga batu yang tampak seakan-akan terukir dari kabut itu sendiri. Di sekitar mereka, para kultivator dari berbagai penjuru negeri tampak berdatangan, mengenakan jubah yang mencerminkan sekte serta asal mereka. Beberapa terlihat tenang dan penuh wibawa, sementara yang lain tampak gugup, mungkin karena ini adalah kali pertama mereka menghadiri acara besar semacam ini. Di antara kerumunan, Zienxi bisa merasakan fluktuasi kekuatan spiritual yang halus namun kuat, sebuah pertanda bahwa banyak kultivator tingkat tinggi juga hadir.

“Kak... apakah kau tahu mereka dari sekte mana?” tanya Vuyei sambil melirik sekelompok orang berpakaian hitam keunguan yang berjalan dengan langkah mantap dan kepala tegak.

Zienxi memalingkan wajahnya sekilas, mengamati kelompok yang dimaksud. “Aku tidak tahu,” jawabnya singkat, namun matanya tetap mengamati aura mereka dengan tenang.

Kultivator yang ditunjuk Vuyei berasal dari Sekte Wedian, salah satu sekte yang disegani dari Negara Zhongluan, sebuah negara besar di utara Negara Guhawe. Negara Zhongluan dikenal sebagai tanah dengan konsentrasi energi spiritual yang tinggi, tempat berdirinya sekte-sekte kuat, termasuk sekte utama dari cabang Sekte Akar Hitam. Kekuatan dan pengaruh mereka melampaui banyak wilayah, menjadikan kehadiran mereka di acara ini bukan hal yang mengejutkan, tapi tetap menimbulkan rasa waspada.

Zienxi dan Vuyei terus melangkah hingga akhirnya mereka tiba di depan gerbang utama Sekte Kabut Tengah. Bangunan megah yang berdiri di hadapan mereka tampak seperti bagian dari kabut itu sendiri, tembok berwarna kelabu pucat berdiri tinggi dengan ukiran kabut dan awan yang hampir hidup, seolah-olah bergerak perlahan di bawah sinar lembut matahari pagi. Aula utama membentang luas, mengundang semua tamu untuk masuk, dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lentera kabut dan lukisan awan yang berputar samar.

Ratusan kultivator sudah berkumpul di dalam, berdiri berkelompok sesuai sekte atau wilayah asal mereka. Riuh pelan terdengar di antara suara langkah kaki dan bisikan halus. Tak lama kemudian, suasana berubah menjadi hening saat seorang pria tua muncul dari dalam aula, mengenakan jubah panjang berwarna kelabu yang nyaris tak membedakannya dari kabut di sekeliling. Ia diikuti oleh beberapa tetua sekte dan murid senior yang mengenakan jubah serupa.

Ketua Sekte Kabut Tengah berdiri di atas panggung batu yang membentuk setengah lingkaran, memandang ke arah seluruh peserta dengan mata yang tajam namun tenang. Suaranya bergema pelan namun membawa kekuatan yang membuat semua orang terdiam.

“Acara hari ini akan dimulai sekarang,” ucapnya dengan suara penuh ketegasan. “Para rekan kultivator dari penjuru negeri, silakan berkumpul di aula utama. Biarkan hati kalian tenang, dan biarkan pemahaman mengalir seperti kabut di antara gunung.”

Zienxi dan Vuyei saling menatap sejenak, lalu melangkah masuk ke dalam aula, mengikuti arus kultivator lain. Dalam hati, Zienxi tahu bahwa acara ini bisa menjadi titik awal dari hal-hal yang lebih besar. Sementara Vuyei, dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tumbuh, perlahan merasakan bahwa langkahnya bersama sang kakak mulai memasuki ranah pemahaman yang lebih luas dari dunia kultivasi.

Para kultivator dari berbagai penjuru negeri mulai memenuhi aula yang luas dan dingin itu. Zienxi dan Vuyei berdiri di sisi barat aula, berdampingan dengan beberapa kultivator lainnya. Aura spiritual yang tenang menyelimuti tempat tersebut, namun tak dapat menyembunyikan rasa antusias dan waspada di mata para hadirin. Suara gemuruh bisik-bisik rendah terdengar dari berbagai penjuru, membicarakan siapa saja yang hadir, sekte mana yang mereka wakili, dan harapan mereka terhadap pemahaman hari ini.

Zienxi tetap diam, tatapannya lurus ke depan. Vuyei di sisinya tampak lebih ekspresif, memperhatikan orang-orang di sekitarnya, mencoba mengenali wajah-wajah asing dan jubah-jubah khas yang mungkin menunjukkan asal mereka.

Tak lama, salah satu tetua Sekte Kabut Tengah melangkah maju ke tengah aula. Jubah kelabunya berkibar pelan saat ia mengangkat tangannya, meminta perhatian.

More Chapters