Ficool

Chapter 73 - Chapter 73 – Whispers of Spirit and Flame

Chapter 73 – Whispers of Spirit and Flame (Bisikan Roh dan Api)

"Baiklah," ucapnya dengan suara tenang namun penuh wibawa. "Mari kita mulai. Pemahaman hari ini akan membahas tentang alkemia, seni pengolahan unsur dan materi untuk menciptakan hasil yang melebihi batas alami."

Ia memandang ke sekeliling, lalu menambahkan, "Jika ada rekan kultivator yang ingin membagikan pengalaman atau pengetahuan mereka, silakan maju. Ini adalah kesempatan untuk saling belajar, bukan untuk bersaing."

Beberapa bisikan kembali terdengar, kali ini disertai anggukan setuju. Para kultivator memang menantikan momen ini, acara yang hanya diadakan sekali setiap bulan oleh Sekte Kabut Tengah, tempat mereka bisa memahami lebih dalam jalan kultivasi melalui berbagai sudut pandang dan pengalaman.

Vuyei menoleh ke kakaknya dan berbisik pelan, "Kak... aku ingin mendengar tentang bagaimana mereka membuat pil tingkat tinggi. Mungkin ada teknik rahasia yang belum pernah diajarkan di tempat lain."

Zienxi meliriknya sebentar dan mengangguk kecil. "Dengarkan baik-baik. Kalau ada yang berguna, kita bisa mencobanya nanti."

Dengan itu, mereka berdua kembali memfokuskan perhatian ke tengah aula, di mana seorang kultivator tua dari barat melangkah maju. Tangannya membawa kantung kecil berisi serbuk berwarna kehijauan, dan matanya bersinar saat ia mulai menjelaskan rahasia teknik fermentasi energi dalam pil penyembuh langka.

Setelah kultivator tua itu menyelesaikan penjelasan mendalamnya, keheningan menggantung sejenak di aula besar itu, seolah setiap orang tengah mencerna setiap kata yang baru saja dilontarkannya. Lalu, salah satu tetua berdiri perlahan dari tempat duduknya, jubahnya bergoyang ringan diterpa angin spiritual dari ventilasi alami bangunan itu. Wajahnya penuh penghargaan, dan suaranya terdengar mantap, namun tidak meninggikan diri.

"Sungguh pemahaman dan penjelasan yang sangat bagus," ucap tetua itu dengan anggukan hormat. "Rekan kultivator, pemahamanmu tentang alkemia sungguh luar biasa. Aku mengagumimu."

Kultivator tua itu membalas dengan senyum tipis dan membungkuk sopan. “Terima kasih. Namun, pemahamanku ini masih jauh dari sempurna. Aku masih harus banyak belajar. Mungkin... salah satu dari para kultivator di sini memiliki pemahaman yang lebih dalam dibanding diriku,” ucapnya rendah hati, lalu kembali melangkah menuju tempat duduknya, dengan langkah perlahan namun penuh wibawa.

Suasana kembali tenang, sebelum suara tenang dan dalam dari salah satu tetua sekte menggema lembut, namun membawa tekanan halus yang mengisi ruangan.

“Siapa lagi yang ingin memberikan pemahaman tentang alkemia?” ucapnya pelan namun tegas.

Aula mendadak diam. Para kultivator muda yang hadir saling berpandangan, namun tak satu pun dari mereka berani maju. Wajah mereka penuh kebimbangan, karena sebagian besar dari mereka datang ke tempat ini justru untuk belajar, bukan untuk menunjukkan keahlian mereka yang masih dangkal. Keheningan terasa menekan. Detik demi detik berlalu seperti angin dingin yang menusuk diam-diam.

Namun tepat ketika suasana mulai membeku, suara langkah kaki ringan memecah kebisuan. Seorang kultivator wanita melangkah maju dari barisan tengah. Wajahnya menenangkan, cantik dalam kesederhanaan, dan auranya mengalun anggun seperti embun pagi yang turun di kelopak teratai.

Gaun putih panjangnya berkilau samar diterpa cahaya lampu kristal spiritual di langit-langit aula. Rambutnya panjang menjuntai hingga pinggang, dikunci pita biru pucat. Tatapan matanya tenang dan dalam, menyapu hadirin dengan keteduhan yang tidak dibuat-buat.

Para kultivator memandangnya dengan penuh perhatian.

Wanita itu berdiri di depan, membungkuk ringan. Suaranya jernih, bersih dari keraguan.

“Rekan-rekan kultivator,” ucapnya tenang, “aku akan membagikan pemahamanku tentang alkemia. Mungkin tak sedalam para tetua, namun aku harap ini bisa memberikan sedikit manfaat.”

Sorotan mata para pendengar pun berubah. Beberapa bahkan tampak lebih bersemangat. Ketulusan suaranya dan keanggunannya membuat mereka ingin mendengarkan dengan sepenuh hati.

Zienxi duduk tenang, seperti tak terpengaruh, namun matanya mengikuti setiap gerakan wanita itu. Di sisinya, Vuyei menatap ke depan dengan pandangan teduh, namun menyimpan rasa penasaran yang kian tumbuh. Ia menggenggam lengan bajunya pelan, berusaha menyimak dengan sepenuh perhatian.

Wanita itu menghela napas perlahan, lalu mulai menjelaskan.

“Alkemia bukan sekadar mencampurkan bahan dan menunggu hasil akhir. Ia adalah seni menyeimbangkan tubuh, energi, dan niat. Tiga unsur yang seringkali dilupakan oleh banyak peracik pemula.” Ia melangkah perlahan, menatap hadirin satu per satu. “Satu daun yang sama bisa berubah menjadi racun... atau menjadi obat, tergantung pada niat sang alkemis dan waktu saat energi spiritual di sekitarnya bergerak.”

Beberapa kultivator tampak mulai mencatat.

“Aku percaya, bahwa di dalam setiap bahan, ada ‘sisa kehidupan’ energi yang tertidur, yang hanya bisa dibangunkan jika kita menyelaraskan ritme hati kita dengan elemen bahan tersebut. Saat aku meracik pil sederhana untuk luka dalam, aku membiarkan diriku merasakan gelombang lemah dari daun penyembuh yang kugunakan. Bukan hanya menyentuhnya, tapi menghayati setiap getaran kecil yang timbul darinya."

Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan lembut.

“Di saat itulah, aku menyadari: alkemia sejati bukan tentang kekuatan spiritual semata. Tapi tentang pemahaman yang intim terhadap kehidupan dalam bentuk paling sederhana akar, daun, embun, dan waktu.”

Hening. Tak satu pun berani berbisik.

Bahkan beberapa tetua tampak terdiam, wajah mereka mencerminkan kejutan dan sedikit rasa kagum. Meski yang ia sampaikan bukan teknik hebat seperti fermentasi energi, namun pemahamannya... begitu menyatu dengan esensi sejati dari alkemia.

Setelah beberapa saat, wanita itu menunduk dengan sopan, lalu kembali ke tempat duduknya. Langkahnya tetap tenang, tak tergesa. Aura hangat yang sempat memancar pun perlahan mereda, tapi meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang menyaksikannya.

Zienxi masih belum mengatakan sepatah kata pun. Tapi dalam matanya yang dalam dan redup, seberkas kilau muncul, bukan karena kagum, tapi karena pemikiran baru yang mulai membentuk simpul di benaknya.

Begitu penjelasan wanita cantik itu selesai, aula kembali hening untuk sesaat, seolah-olah semua orang masih mencerna kata-katanya. Beberapa tetua mengangguk pelan, dan para kultivator muda tampak saling bertukar pandang dengan rasa kagum. Meski penjelasan yang diberikan tidak terlalu panjang, caranya menyampaikan begitu tenang, terstruktur, dan dipenuhi ketulusan, membuat siapa pun yang mendengarnya merasa bahwa ia telah melalui pengalaman panjang dalam jalan alkemia.

Salah satu tetua dari sisi timur berdiri perlahan sambil menautkan tangan, “Rekan kultivator wanita, pemahamanmu mungkin masih awal, namun cara pandangmu terhadap aliran spiritual dalam transmutasi tanaman penyembuh sangatlah tajam. Tak banyak orang yang menyadari hubungan harmoni suhu dengan denyut energi dalam pil tahap awal.”

Wanita itu tersenyum dan sedikit menundukkan kepala. “Aku hanya belajar dari pengalaman pribadi dan kesalahan-kesalahan kecil yang terus kulakukan. Tapi bila ada satu hal yang kusadari, adalah bahwa kepekaan rasa terhadap elemen dalam ramuan adalah fondasi dari penyatuan spiritualitas dan tubuh.”

Dari sisi barat aula, suara lembut dari salah satu tetua wanita terdengar, “Untaian pemahaman seperti ini lah yang kami harapkan di pertemuan alkemia bulanan. Bukan hanya teori tinggi, tapi juga pengalaman hidup dan keterhubungan batin terhadap alam.”

Wanita itu pun kembali ke tempat duduknya dengan tenang, dan suasana aula sedikit menghangat. Suara-suara kecil mulai terdengar, beberapa kultivator muda membicarakan teknik yang dia jelaskan, dan ada pula yang tampak mencatatnya dalam jimat tulisan mereka.

Di tengah keramaian itu, Vuyei masih menatap ke depan, namun pikirannya melayang jauh. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, lalu menatap Zienxi di sampingnya yang sejak tadi tak mengatakan apa pun, hanya memandangi panggung tanpa ekspresi.

“Wanita itu... caranya berbicara, caranya menyusun kata... ia tidak hanya menjelaskan alkemia, tapi juga menggambarkan jalan hidup. Apakah aku bisa suatu hari menyampaikan sesuatu sebijak itu di hadapan banyak orang?” pikir Vuyei dalam hati, sedikit ragu tapi juga kagum.

Namun di balik keraguan itu, sebersit api kecil mulai menyala di dalam dirinya. Bukan api persaingan, tapi api semangat. Ia ingin belajar lebih dalam. Bukan hanya untuk menjadi ahli, tapi untuk benar-benar mengerti. Karena dalam dunia kultivasi yang keras ini, pemahaman bukan hanya tentang naik tahap tapi tentang menyatu dengan dunia, dengan diri sendiri, dan dengan tujuan yang tak goyah.

Ia lalu memandang Zienxi dan bertanya pelan, “Kak, menurutmu… wanita itu hebat, kan?”

Zienxi tidak segera menjawab. Ia masih menatap panggung kosong tempat wanita itu berdiri tadi, sebelum akhirnya mengangguk ringan. “Ya… dia tidak hanya mengerti alkemia. Dia juga mengerti caranya berbicara kepada hati orang lain.”

Perkataan itu membuat Vuyei kembali menatap ke depan. Ia menghela napas panjang, bukan karena lelah, tapi karena seolah sebuah tirai baru telah terbuka dalam dirinya. Acara belum selesai, dan pemahaman baru masih bisa muncul dari siapa saja. Tapi baginya, hari itu sudah menjadi hari yang bermakna.

More Chapters