Ficool

Chapter 11 - BAB 11 — Pekerjaan yang Menyalakan Api

Angin malam terasa lebih berat dari biasanya, seperti membawa kabar buruk yang sengaja diselipkan ke dalam lipatan gelapnya kota. Surya berdiri di depan gedung tua yang catnya mengelupas, pagar besinya bengkok seperti telah lama digigit waktu. Di depannya, seorang lelaki berjas hitam menyerahkan selembar amplop coklat.

"Ini pekerjaanmu yang pertama… sebagai orang kami," katanya. Suaranya pelan, namun di dalamnya ada nada gugup. "Kalau berhasil, seluruh kota akan bicara."

Surya menerima amplop itu tanpa ekspresi.

Tidak bertanya.

Tidak menawar.

Tidak ingin tahu kenapa ia.

Dan mungkin justru itu alasannya:

Ia dipilih karena tidak banyak bicara, tapi sekali bekerja, hasilnya selalu membuat orang berhenti tidur nyenyak.

Nama targetnya: Garda Adinata, bos kriminal yang terkenal licin. Tak pernah tersentuh hukum. Tak pernah mampu disentuh kelompok bawah tanah lain. Orang-orang bilang, Garda punya "pelindung"—entah manusia, entah sesuatu yang lebih gelap.

Banyak yang mencoba menagih utangnya.

Banyak yang mencoba menundukkannya.

Semua berakhir hilang, atau kembali dengan tubuh patah.

Pekerjaan Surya?

Sederhana:

Masuk. Ambil yang harus diambil. Buat dia membayar. Dengan cara apa pun.

Tapi para bos tidak menunggu Surya membawa hasil.

Mereka hanya ingin melihat sesuatu:

apakah rumor tentang tatapan anak desa itu benar adanya?

apakah dia benar-benar punya sesuatu dalam dirinya yang tidak dimiliki manusia biasa?

Sebab kalau Surya gagal, itu biasa.

Tapi kalau dia berhasil…

itu akan menjadi cerita baru yang menyalakan seluruh dunia gelap.

Rumah Garda Adinata seperti benteng kecil:

pagar delapan meter, satpam bersenjata, kamera di setiap sudut.

Semua yang masuk harus punya alasan.

Surya tidak punya izin, tidak punya kartu, tidak punya pangkat.

Yang ia punya hanya langkah yang pelan… dan hening yang aneh.

Ketika satpam menegurnya, Surya hanya menatap.

Bukan menantang, bukan mengancam.

Namun ada sesuatu dalam tatapan itu—sesuatu yang membuat dua satpam dewasa spontan menelan ludah.

"Mas… ada perlu?"

Surya tidak jawab.

Tidak juga tersenyum.

Ia hanya melangkah melewati mereka.

Dan yang anehnya, kedua satpam itu… tidak mencegah.

Tidak menahan.

Tidak menjerit.

Seolah tubuh mereka kehilangan perintah untuk melawan.

Seolah ada bayangan lain yang ikut berjalan tepat di samping Surya.

Di dalam rumah, Garda sedang makan bersama dua pembantunya. Ketika Surya muncul di pintu, semua orang kaget—bagaimana ia bisa lolos penjagaan? Kenapa alarm tak berbunyi?

"Siapa kamu?" Garda bertanya sambil berdiri.

Surya duduk di kursi seberang meja, pelan, seolah mengisi kursi kosong di rumah sendiri. Tak ada suara selain dentingan sendok pembantu yang jatuh karena takut.

"Aku datang untuk mengambil yang bukan milikmu," kata Surya pelan. Nada suaranya datar, tapi ruangan tiba-tiba terasa sesak.

Garda tertawa, tapi tawanya terdengar dipaksa.

"Anak kecil macam kamu? Apa kamu tahu—"

Garda terhenti.

Mata Surya menatapnya—tenang, tapi ada sesuatu yang bergerak di balik hitam matanya. Sesuatu yang seperti bayangan lain mengikuti napasnya.

Sekejap, Garda merasakan tengkuknya dingin.

Pembantu di sebelahnya pucat.

Dan sesuatu yang tidak tampak seperti berdiri di belakang Surya.

Lima menit berlalu tanpa suara.

Tidak ada bentakan.

Tidak ada kekerasan.

Hanya lima menit yang membuat Garda terlihat seperti melihat sesuatu yang tidak boleh dilihat manusia.

Ketika Surya keluar dari rumah itu, wajah Garda sudah basah keringat.

Dan sebelum matahari naik besok pagi, seluruh utangnya dilunasi.

Double.

Kabar itu menyebar lebih cepat daripada angin pasar malam.

Nama Surya tidak lagi sekadar rumor.

Ia kini disebut sebagai:

"Bayangan yang Menagih."

"Pendiam yang Mengusir Setan dari Orang-orang Besar."

"Anak desa yang membawa sesuatu yang bukan milik dunia terang."

Di dunia gelap, cerita seperti itu tak pernah mati.

Ia hidup, tumbuh, dan memanggil orang-orang baru yang ingin melihat sampai di mana batas anak itu sebenarnya.

Dan sejak hari itu, api pertama telah dinyalakan.

Api yang kelak menyeret Surya jauh lebih dalam, jauh lebih kelam…

Ke arah tempat yang bahkan ayahnya dulu tak pernah menyentuh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

More Chapters