Ficool

Chapter 3 - shadow of rivalry

"The game of power begins where the shadows fall."

Hari itu, Solvara Academy terasa lebih berat dari biasanya, seolah dinding-dinding marmer dan lampu kristal menyimpan bisikan-bisikan rahasia yang hanya bisa didengar oleh mereka yang cukup waspada untuk mendengarkan. Avery melangkah ke aula besar untuk pelajaran pagi, membawa catatan dan buku-bukunya dengan tangan yang sedikit gemetar, bukan karena lelah, tapi karena ketegangan yang terus menumpuk sejak pertemuannya dengan Damien Vale.

Di tengah keramaian siswa elit, mata Avery langsung menangkap sosok-sosok yang tampaknya memegang kendali atas dinamika sosial akademi: kelompok-kelompok kecil dengan tawa yang terencana, tatapan yang menyelidik, dan senyum yang penuh strategi. Dan di antara mereka, seorang gadis berambut pirang dengan seragam rapi mendekatinya, matanya menatap Avery dari atas ke bawah dengan evaluasi penuh ketidaksukaan.

"Kamu… si beasiswa baru?" suara gadis itu lembut tapi menusuk, seolah setiap kata ditaburkan dengan racun terselubung.

"Ya… aku Avery," jawabnya perlahan, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdebar.

Gadis itu tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak hangat. "Kamu tahu di sini, tidak ada tempat untuk mereka yang hanya datang karena keberuntungan atau beasiswa, bukan? Jika ingin bertahan, kamu harus lebih dari sekadar pintar. Kamu harus pintar dalam… permainan ini."

Avery menelan ludah, menyadari bahwa ini baru awal dari pertempuran sosial yang ia hadapi. Dunia akademi elit ini bukan hanya soal nilai atau prestasi; ini soal strategi, aliansi, dan kemampuan membaca setiap gerakan lawan.

Saat ia berusaha menjauh, suara yang familiar terdengar di belakangnya.

"Kamu belajar cepat, tapi masih terlalu polos," kata Damien, muncul dari bayang-bayang aula dengan senyum tipis yang selalu membuat Avery bingung antara ingin kesal dan penasaran. "Jangan khawatir, aku tidak akan menyulitkanmu… terlalu banyak. Setidaknya untuk sekarang."

Avery menatapnya, berusaha membaca maksudnya, tapi matanya hanya menemukan misteri. Mengapa Damien, yang seharusnya berada di dunia kelas atas dan tidak peduli dengan orang lain, tampak… memperhatikannya?

Belum sempat ia menjawab, bel berbunyi menandakan pergantian kelas. Avery melangkah ke kelas berikutnya dengan kepala penuh perhitungan. Di ruang seni, ia menemukan kelompok lain yang tampak memperhatikannya dengan campuran rasa penasaran dan permusuhan. Mereka tampaknya sudah mendengar tentang keberadaannya, dan desas-desus tentang "beasiswa baru yang berani menatap Damien" mulai menyebar, meski Avery tidak sepenuhnya yakin.

Seiring hari berlalu, Avery menyadari bahwa setiap senyum, tatapan, dan kata yang terucap di Solvara Academy memiliki makna ganda. Sekali salah langkah, seseorang bisa kehilangan status, reputasi, atau bahkan teman sejati yang masih langka di antara siswa-siswa elit ini.

Malam menjelang, dan aula utama dipenuhi cahaya lembut dari lampu kristal. Avery duduk sendiri, menulis catatan hari pertamanya, merenungkan semua yang terjadi. Rivalitas sudah mulai terasa; bisik-bisik, pandangan dingin, dan strategi tersembunyi mulai membentuk pola rumit di sekelilingnya. Tapi di tengah semua itu, satu hal tetap jelas: Damien Vale adalah bayangan yang selalu mengikuti langkahnya, sosok misterius yang membuat hatinya berdetak lebih cepat, meski ia mencoba menahan diri untuk tidak terlalu terpikat.

Saat angin malam menyelinap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, Avery merasakan sesuatu dalam dirinya berubah: ketakutan mulai digantikan oleh tekad, rasa penasaran mulai menyalakan keberanian, dan perasaan yang lebih rumit—antara kagum, takut, dan ketertarikan—mulai tumbuh, menandakan bahwa perjalanannya di Solvara Academy baru saja dimulai, dan setiap langkah ke depan akan penuh intrik, persaingan, dan rahasia yang siap terungkap.

More Chapters