Bayangan dan LukaSuasana klub masih menggema dengan sisa dentuman musik, tapi di balik kemewahan dan keanggunan, ada bayangan yang menyelinap pelan. Pria berbaju hitam duduk termenung di ruang VIP, matanya menatap gelas kosong yang tadinya berisi minuman mahal. Lelaki muda yang tadi terbakar dalam ciuman itu kini berdiri di depan kaca, menyentuh lukanya yang tersembunyi di balik kemeja."Apa semua ini hanya permainan bagimu?" suara lirihnya pecah, penuh kebingungan sekaligus rasa sakit.Pria itu berbalik, diam sejenak sebelum menjawab dengan nada pelan namun tajam, "Permainan yang hanya kita yang tahu aturannya."Tatapan mereka bertaut, terasa seperti dua dunia yang bertabrakan—satu penuh kontrol dan kekuasaan, satu lagi sarat kebebasan yang terluka. Namun malam itu, di tengah kemewahan dan kilauan lampu, mereka tahu bahwa luka dan bayangan masa lalu tidak bisa begitu saja terhapus dengan sentuhan atau ciuman."Jika kau ingin ikut dalam permainan ini, kau harus siap dengan konsekuensinya," bisik pria itu, meraih tangan si muda dengan lembut namun pasti.Lelaki muda itu menggigit bibir, menerima genggaman itu dengan campuran takut dan harapan. Malam ini bukan sekadar awal dari sesuatu yang panas dan liar, tapi sebuah perjalanan yang akan membawa mereka melewati gelap dan terang, kekuasaan dan kelembutan, luka dan penyembuhan.Di balik pintu tertutup itu, sebuah cerita baru dimulai, di mana cinta dan dominasi melebur menjadi satu, meninggalkan jejak yang tak mudah dilupakan.